Prilly melempar tasnya ke sudut ruangan, kemudian tubuhnya dihempaskan ke hamparan spring bed king size yang dilapisi oleh seprai berwarna hijau muda dengan gambar keroppi lucu. Napasnya satu-satu. Setelah itu tangannya mengambil iPhone sixnya yang sedari tadi ia kantongi.
Tujuannya adalah twitter. Salah satu sosmed yang seeing ia gunakan untuk berkicau dikala bosan, lelah, maupun senang. Jemari indahnya pun mulai menari di atas layar handphonenya.
@prillybie tweeted:
"Nungguin jemputan sejam ga dtg². Untung ada yg mau nebeningin hee:3 #badday or #happyday?"Setelah itu, ia hanya meletakkan iPhone di samping tubuhnya dan langsung terlelap. Hari ini sangat melelahkan baginya, namun juga hari yang berhasil membuatnya senang karena dapat dibonceng oleh cogan sekolah yang ngehitznya tujuh turunan. Apalagi, ia jadi tahu alamat cowok itu. Ah, untung saja kelelahannya ditenggelamkan oleh rasa senang yang amat sangat.
•-•-•-•-•
Prilly membawa nampannya dengan penuh perjuangan. Bagaimana tidak, ia harus melewati gerombolan siswa SMA Buana Jaya--atau yang sering disebut Smanaya yang memberondongi kantin baru. Ya, kantin baru ini baru dibuka seminggu yang lalu. Kantin Mas Ken ini menjual makanan yang terkesan lain dari yang lain. For example: spaghetti, kentucky fried chicken, spicysteak, atau grilledbeef. Tapi, jangan salah duga terhadap beberapa makanan diatas. Namanya memang sangat mewah, namun harganya murah dan masakannyapun sederhana--dengan cita rasa menggugah selera, tentunya.
Prilly menghela napas lega dan mulai berjalan ke arah meja makannya, meninggalkan keramaian kantin Mas Ken yang membuat seluruh pembelinya hampir pingsan karena berdesakan. Setelah dari kantin itupun, kuping terasa terngiang-ngiang karena teriakan superkeras yang berasal dari kanan-kiri-belakang-depan kita. Memang sejatinya, orang yang beli makanan di kantin Pak Ken haruslah berhati teguh dan berjiwa tegar. Ntapz.
Seseorang menyenggol bahu Prilly, "Eh, lo lagi." kata orang itu, yang ternyata adalah Ali.
"Hehe, iya, Kak. Tadi habis dari kantin Pak Ken." jawab Prilly sambil menundukkan kepalanya, malu.
"Keknya kok pada tertarik sama kantin itu, ya? Padahal rame banget gitu," ujar Ali sambil mengalihkan pandangannya ke arah kantin sesak Pak Ken yang berada cukup jauh dari tempat ia berdiri.
Belum sempat Prilly melontarkan sepatah kata dari mulutnya, terdengar suara teriakan seseorang dari meja paling pojok belakang. Dua cowok itu meneriakkan nama Ali sembari melambai-lambaikan tangan.
Ali yang membawa satu nampan berisi banyak makanan itu lantas tersenyum pada Prilly. "Yaudah, gue duluan, ya. Macannya udah pada ngamuk, tuh, minta santapan!" ujar Ali bercanda, diiringi dengan tawa kecil Prilly. Dan baru saja Ali melangkahkan kakinya, ia berbalik lagi. "oh, lupa. Nama lo siapa?"
"Prilly. Panggil aja Ily,"
Ali menganggukkan kepalanya dan mulai berjalan meninggalkan Prilly. Sedangkan Prilly hanya bisa mengiringi kepergian Ali dengan senyum yang merekah indah menghiasi wajah manisnya.
Prillypun berjalan menuju meja dimana ketiga temannya berkumpul, yaitu: Mila, Michelle dan Gritte. Justru Prilly malah disambut teman-temannya dengan tatapan bertanya. Dan tanpa diberitahupun, Prilly sudah tau isi otak mereka.
"Habis ngobrol tadi, sama anak kelas sebelah." tutur Prilly dengan sangat percaya diri.
Gritte menaikkan satu alisnya, "Emang kita mau nanya itu, Ly?"
Prilly terhenyak. Ternyata dugaannya salah besar. "Lah, terus?" tanya Prilly kemudian, dengan rasa tengsin yang menggebu-gebu.
"Lo pikir kita gak tau, Ly? Kita liat, kok, lo ngobrol sama kak Ali tadi," ucap Mila sambil tertawa. Ia melanjutkan, "lo ada apa sama kak Ali?"
Michelle mengaduk-aduk es jeruknya, kemudian menyeruputnya melalui sedotan. "Iya, keknya deket, deh." kata Michelle setelahnya.
"Eh, jangan salah paham, deh. Gue gak ada hubungan apa-apa, kok, sama dia. Kemarin gue dikasih tebengan sama kak Ali, dan tadi kita ketemu lagi, dia juga cuman nanyain nama gue aja."
"Nanyain nama, lama-lama sosmed, terus pin bb, nomor hp, alamat rumah, terus tanya-tanya tentang keluarga. Jadi deh, tuh." canda Gritte sambil melieik ke arah Michelle dan Mila.
"Ite!" sergah Prilly sambil mengepalkan tangannya dan menaruhnya tepat di depan mata Gritte. Sedangkan Gritte, Mila dan Michelle hanya tertawa puas melihat blushing hingga pipinya memerah bak kepiting rabus.
•-•-•-•-•
Keenan mengelus-elus kucing anggoranya di ruang tengah. Sesekali ia berbicara pada kucing itu, persis seperti pasien rumah sakit jiwa yang barusan kabur dari kandangnya, *eh. Sedangkan Prilly hanya bisa memandangi adik sepupunya itu dengan tatapan aneh.
"Kee, itu kucing baru?" tanya Prilly sambil duduk di sofa depan televisi dengan membawa segelas air putih dingin. Keenan yang berada di belakang sofa kemudian mendongakkan kepala.
"Iya, Kak. Dari uncle Tito, sebagai hadiah ulangtahunku," jawab Keenan dengan tangan yang memegang sisir khusus untuk menyisir bulu-bulu lembut si kucing. "lucu, kan, Kak? Bulunya warna putih, panjang-panjang lagi. Aku kasih nama Dumbledore aja, ah! Kan mirip."
Prilly terperangah mendengar kata-kata yang terlontar dari mulut Keenan. Dumbledore? Huft, mengapa setiap kucing yang dimiliki oleh Keenan namanya berdasarkan nama pemain dalam serial Harry Potter?
Oh, Prilly lupa. Keenan memang sangat menyukai Harry Potter. Hidup Keenan pun sangat mengacu pada film itu. Poster-poster, foto, seprai dan segalanya milik Keenan berhubungan dengan Harry Potter, si penyihir berkacamata.
Dan sebelumnya, Keenan memiliki tiga kucing. Pertama, kucing berbulu oranye yang ia beri nama Ronald Weasley. Kedua, kucing dengan tubuh agak lebih besar besar--yang sebenarnya kurang wajar di kalangan kucing lainnya dan bulunya hitam panjang-panjang. Kucing ini bernama Hagrid. Yang terakhir, kucing ini tidak memiliki bulu akibat kelainan gen. Kucingnya pun sudah berkali-kali sakit dan akhirnya meninggal dunia pada bulan Januari lalu. Keenan menyebut kucing ini sebagai Voldemort.
"Jadi, Dumbledore itu penggantinya Voldemort-mu yang udah meninggal?" tanya Prilly.
"Yap!" seru gadis berumur tujuh tahun itu dengan semangat. Prilly hanya tertawa kecil sambil menekan tombol merah pada remote untuk menyalakan televisi.
Tiba-tiba, Mama Prilly datang menghampiri Prilly dengan tergesa-gesa. Penampilannya sangat rapi dan formal, bau parfumnya pun tercium dari radius... lima sentimeter. Uh, jarak yang cukup dekat."Ly, Mama pamit, ya. Mama ada meeting di luar kota. Mungkin lusa baru balik, karena meetingnya berkelanjutan. Kamu jaga Keenan, ya. Kalo ada apa-apa, langsung telepon Mama, oke?" terang Tante Ully, Mama Prilly sembari mengecup kedua pipi Prilly dengan cepat-cepat.
Prilly menaikkan sebelah alisnya, "Kok mendadak, sih, Ma? Biasanya, kan, ada pemberitahuan dari jauh-jauh hari."
"Gak tau, Ly. Pihak perusahaan seberang yang ngasih taunya mendadak. Karena project perusahaannya memang harus dilakukan secepatnya, jadi, ya, meeting dadakan gini," kata Tante Ully pasrah. Yap, Tante Ully memang bussiness woman yang jarang berada di rumah. Tante Ully kemudian menengok ke arah Keenan yang berada di balik sofa, "Kee, jangan nakal, ya! Jangan berantem sama Kak Ily. Kalo Kak Ily bikin nangis Keenan, aduin Pak Kasman biar Kak Ily sekolahnya gak dijemput!"
Prilly termenung, sedangkan Keenan tertawa saja mendengar perkataan 'ibu angkat'nya itu. Ya, Keenan tinggal di daerah Pontianak sebelumnya. Namun, keluarganya terkena bencana alam. Ayah, ibu, kakak dan neneknya hilang karena bencana angin puting beliung itu. Semua hartanya raup dan ia tak memiliki siapa-siapa lagi.
Jadi, Tante Ully mengangkat Keenan sebagai putrinya.
×××
Hah, gimana chapter 1?
Wkwk masih gaje banget deh ya. Ini baru pengenalan tokoh² aktif kok. Belum nyinggung ke isi cerita hee:3
Oke..Need vote+comment yaa!
Thankisss 😍Zahirana.
17/06/2016
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Born To Be Yours
FanfictionSebelumnya, aku tak pernah terlibat dalam kisah cinta yang serumit ini. Aku tak pernah bisa mengendalikan jantungku yang kadang berdetak dengan frekuensi ekstra cepat. Namun, kamulah yang mengajarkanku bagaimana cara menjalani hidup dengan cinta. Ka...