5. Hal terakhir yang harus dilakukan

1K 113 9
                                    

Sebelum dibaca aku cuma sedikit ngasih pemberitahuan kalo chapter ini rada nganu/? Jadi sebelum terkotori pikirannya bisa di skip kalo bagiannya muncul ya/?^^

***

Hoshi terbangun paginya. Dia sudah tertidur sejak sore kemarin karena tak sanggup menahan kantuknya. Kemarin Sana pergi untuk mengunjungi teman jadi Hoshi ditinggalkan sendiri.

"Sana?" Hoshi sedikit berteriak. Suara pintu terbuka dan seseorang berjalan kearahnya. "Kau sudah bangun rupanya. Aku di dapur sedang memasak sarapan. Kau mau makan?" Sana memeluk Hoshi. Hoshi tersenyum dan mengangguk pelan lalu membalas pelukan Sana.

Sana menarik tangan Hoshi pelan dan membawanya ke dapur. Hoshi mendudukkan dirinya di kursi meja makan. Sana mengambil dua piring nasi goreng kimchi yang masih hangat lalu menghidangkan sepiring untuk Hoshi dan sepiring lagi untuknya.

"Makanlah. Semalam kau tak makan" Sana mengelus kepala Hoshi pelan. Hoshi mengangguk lalu mulai memakan nasi goreng kimchinya. Sana menatap Hoshi lalu tersenyum tipis.

"Hoshi-ya? Apa kau ingin melihat lagi?" Tanya Sana pelan. Hoshi berhenti sebentar, "hm, aku ingin. Tapi tak bisa kulakukan. Haesoon ahjumma melarangku untuk membuka penutup mata ini" Hoshi melanjutkan makannya.

"Kau akan membuka penutup mata itu secepatnya" gumam Sana. Hoshi menghadapkan kepalanya kearah Sana. "Bagaimana bisa? Bukankah aku harus memakainya sepanjang hidupku?" Tanya Hoshi. Sana tersenyum miris.

"Kau akan tau nanti, Hoshi. Tunggulah beberapa saat lagi" jawab Sana. Sana bisa melihat Hoshinya tersenyum lebar. Sana tau jika Hoshinya senang sekarang. "Aku tak sabar bisa melihat lagi. Dan kau orang pertama yang ingin kulihat" ucap Hoshi sambil tersenyum senang. Sana hanya menganggukkan kepalanya pelan.

Sana tak tau harus bagaimana harus menjawab. Perkataan Hoshi membuatnya sedih. Airmata menetes di pelupuk mata Sana. Sana menggigit bibirnya pelan untuk menahan suara tangisannya. Dia tak ingin Hoshi mendengarnya menangis.

***

Sana dan Hoshi sedang berada diruang tengah sekarang. Sana sedang menyelesaikan komiknya sedangkan Hoshi sedang mendengarkan musik sambil duduk santai disebelah Sana. Sesekali Hoshi menyanyikan bait lagu yang dihafalnya dan menggumamkan irama lagu jika dia tak mengingat liriknya.

Sana tersenyum melihat Hoshi. Hoshi sudah kembali seperti biasanya. Hoshi bahkan tidak bersikap murung lagi sambil menghadap jendela dan beralasan jika dia mendengar suara dari luar pada Sana. Sana tau jika Hoshi sangat bosan saat itu dan dia bersyukur sekarang sejak Sana membicarakan soal Hoshi yang akan segera melepas penutup matanya Hoshi kembali ceria seperti biasanya.

Sana sesekali mencuri pandang kearah Hoshi setengah menit kemudian dia melanjutkan menggambar komiknya. Setelah satu jam tiga puluh menit dia menghabiskan waktunya dengan berkonsentrasi penuh pada komiknya walaupun sesekali dia mencuri pandang kearah Hoshi, akhirnya dia menyelesaikannya.

Sana memeluk Hoshi dan menyandarkan kepalanya dibahu Hoshi. Hoshi yang tau bahwa Sana sudah selesai dengan kerjaannya langsung membalas pelukan Sana dengan riangnya. Sana tertawa pelan melihat tingkah Hoshi.

"Aku bosan, Sana-ya. Bisakah kita melakukan sesuatu?" Tanya Hoshi lalu mengerucutkan bibirnya pertanda dia benar-benar bosan. Sana mengecup bibir Hoshi pelan. "Apa yang kau inginkan hm?" Sana membelai pelan rambut Hoshi. "Bisakah kau menyalakan tv? Hm, aku tak bisa melihat acara kesukaanku tapi aku bisa mendengarnya" gumam Hoshi pelan.

Sana memandang sedih kearah Hoshi lalu bangun untuk menyalakan tv. Sana kembali mendudukkan dirinya disamping Hoshi setelah dia memindahkan channel tv sesuai permintaan Hoshi. "Apa kau tau dengan mendengar suaranya?" Sana memandang Hoshi lemah. Hoshi menganggukkan kepalanya. "Bahkan aku bisa menggambarkannya diotakku" ujar Hoshi sedikit bersemangat. Sana hanya mengangguk mengerti.

•HoshiSana• Will Be Okay✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang