PROLOG

606 33 2
                                    

di luar sana, angin berhembus kencang. Menerbangkan semua benda ringan yang bisa ia terbangkan. Petir juga menggelegar dengan kencang, saling bersahutan. Beberapa kilat juga sering muncul. Hujan yang sangat deras juga menambah suasana mencekam.

Cuaca malam kala itu terasa menakutkan bagi seorang laki-laki remaja yang tengah meringkuk di dalam selimutnya, di atas kasurnya. Namun bukan cuaca tersebut yang membuatnya sangat ketakutan. Di rumahnya, listrik sedang padam. Dan ia hanya sendiri di rumah itu.

Kemudian ia berpikir, bahwa setelah ini ia harus mempercayai cerita-cerita seram yang teman-temannya ceritakan. Sebelumnya ia tidak pernah sama sekali percaya dengan hal berbau gaib atau mistis seperti yang selalu diceritakan oleh mereka. Awalnya memang ia tidak pernah percaya dengan hal-hal seperti itu, karena menurutnya sangat tidak masuk diakal. Namun semenjak hari itu, ia akan mulai percaya pada teman-temannya.

Ia masih saja meringkuk ketakutan di dalam selimutnya. Selimutnya itu benar-benar membungkus seluruh tubuhnya, dari ujung kepala hingga kaki. Badannya terlihat gemetar ketakutan. Bibirnya sibuk berkomat-kamit meminta pertolongan. Kepada siapa ia meminta tolong? Lalu dirasa seseorang hendak berusaha menyibakkan selimut yang tengah dipakainya untuk bersembunyi. Badannya pun semakin gemetaran dan ia juga semakin keras mengusir orang itu.

"plis, gue mohon. Pergi. Pergi. Hush hush." Laki-laki itu terus saja mengucapkan kalimat serupa. Hingga cuaca di luar sudah tenang dan listrik pun sudah menyala. Ia mencoba memberanikan diri untuk menyibak selimutnya sebatas hidung saja. Jadi hanya bagian mata hingga kepalanya yang terlihat. Matanya berkeliling mencari sesuatu yang bahkan tidak ingin ia lihat. Sama sekali. Dirasa situasi sudah aman, laki-laki manis itu pun menyibakkan selimutnya hingga sebatas pinggangnya lalu mendudukkan dirinya.

Ia menghela nafas tenang.

Namun suara hembusan nafas berat yang berasal dari arah belakangnya, membuat tubuhnya tiba-tiba membeku. Ia menoleh ke ara belakangnya dengan gerakan perlahan. Dan ia melihat sesuatu yang sangat sangat tidak ingin ia lihat.

"AAAAAA!!!!" dan pandangannya pun gelap. Ia pingsan.

---

'other' side

"yah, dia pingsan." Seseorang berbicara dengan suaranya yang manis, khas suara perempuan.

Kemudian secara bergantian 'mereka' pun mulai masuk ke dalam ruang kamar itu. dan mengelilingi kasur yang sedang di tempati oleh laki-laki yang baru saja pingsan Karena melihat salah satu dari mereka.

"heh. Imannya gak kuat tuh." Ucap yang lain dengan paras yang imut, bahkan ia adalah seorang laki-laki. Ia duduk di atas tubuh laki-laki yang tengah pingsan, atau tertidur?

"udah. Udah. Ga usah nakutin dia lagi. Kasian." Kali ini seorang pria berjas yang berbicara. Ia mulai menyuruh semuanya untuk meninggalkan kamar itu dan membiarkan laki-laki manusia yang berbaring di kasurnya itu sendirian.

Namun satu orang lagi masih saja asik mengganggu laki-laki itu dengan mencolek-colek pinggangnya.

"ekhem!" setelah mendengar deheman dari pria berjas tadi, Ia pun segera berhenti mengganggu kemudian ikut pergi bersama yang lain keluar dari kamar itu.

Kini tinggal laki-laki manusia yang tengah berbaring di sana, bersama dengan satu orang lainnya yang masih berdiri diam di samping kasur. Orang lain yang terlihat seumuran dengan laki-laki manusia itu masih asik memandangi wajah manusia itu.

sedangkan laki-laki manusia itu kini tengah bermimpi. Bukan mimpi yang baik ataupun bagus, tetapi mimpi buruk dimana awal mula semua ini bisa terjadi.

Ghost! I Love UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang