Malam hari yang indah dihiasi oleh banyak bintang dan juga bulan purnama tidak mampu membuat kelima orang laki-laki remaja yang kini tengah memasuki gedung sekolah mereka sendiri merasa tenang. Mereka membuat satu barisan dengan seorang laki-laki berambut cepak yang berdiri di paling depan. Sedangkan yang berada di paling belakang merupakan laki-laki yang populer di sekolahnya.
"mending balik aja yuk." Ucap salah satu laki-laki dari kelompok itu yang berada di tengah. Ia paling penakut di kelompok itu.
"dasar penakut. Udah, bentar lagi juga selesai." Ucap yang paling depan. Ia pun mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi kamera video lalu menyorot lorong yang ada di depannya. Tidak lupa juga ia mengaktifkan blitz kamera sebagai penerangan jalan mereka.
"gue merinding loh, Gor." Ucap laki-laki yang berada kedua dari depan. Ia mengadu merasa bulu kuduknya mulai berdiri. Ia juga merasa kalau udara di sana terasa lebih dingin daripada sebelumnya.
"hahaha, jangan pada takut gitu napa. Gak bakal ada apa-apa kok. Mitos doang, mitos!" kali ini laki-laki yang berada kedua dari belakang.
"ssssst!" ketiga temannya yang berbaris di depannya menyuruhnya untuk diam. Sedangkan laki-laki yang berada di belakangnya hanya diam tanpa mengatakan apapun dan hanya mengikuti mereka.
Sesampainya di depan gudang yang berada di bawah tangga menuju lantai 3, mereka mulai berhenti melangkah dan orang yang berbaris paling depan yang dikenal dengan nama Tigor ini pun mulai menyorot pintu gudang itu dengan ponselnya. Tangannya yang bebas pun terjulut untuk meraih knop pintu tersebut.
"eh, lu yakin?" ucap Andy, laki-laki yang paling penakut tadi. Ia menggenggam pergelangan tangan Tigor untuk menahannya agar tidak membuka pintu itu.
"gue yakin." Ucap Tigor yakin. Ia menganggukkan kepalanya kepada teman-temannya dan dibalas anggukan oleh mereka. Ia pun kembali meraih knop pintu itu dan memutarnya. Kemudian didorongnya pintu itu hingga terbuka dan menampilkan ruangan kecil yang gelap dan kotor.
Saat Tigor hendak masuk ke dalam sana, laki-laki yang sebelumnya baris paling belakang menahannya.
"jangan dilanjutin. Mending kita balik aja." Ucapnya.
"duh, duh, cowok tertampan di sekolah kita ini mulai takut, hah? Udah, udah, lu tenang aja." Tigor bersi keras untuk melanjutkan niatnya itu. namun laki-laki tampan dengan nama Ivan itu kembali menahannya.
"jangan." Ucapnya singkat, dan dingin. Melihat temannya yang mulai bersikap seperti itu pun Tigor mau tidak mau menuruti kemauan Ivan. Entahlah, ia hanya tidak bisa berhadapan dengan Ivan yang sedang bersikap dingin seperti itu.
"y-yaudah, iya." Tigor pun mengiyakan perintah Ivan dan memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya. "yuk, balik." Ia berjalan terlebih dahulu dan kembali memimpin kelompok mereka.
"Alhamdulillah." Ujar Andy sambil mengelus dadanya.
"yaelah, padahal belum dapet apa-apa." Ucap Bagus. Laki-laki yang berada kedua sebelumnya.
"lu ga bakal dapet apa-apa, karena memang ga ada apa-apa." Kali ini laki-laki yang berbaris di depan Ivan sebelumnya. Namanya Rama.
"dih, lu tuh ya. Kenapa ga percaya ama yang begituan sih?" balas Bagus pada Rama. Ia jengkel pada temannya itu. dari dulu ia tidak pernah percaya pada hal mistis seperti itu.
"karena gak masuk akal. Udah ah, diem lu."
Tanpa mereka sadari, mereka belum menutup kembali pintu gudang tadi. Dan kemudian terdengar sesuatu dari dalam sana yang tidak bisa didengar oleh kelima laki-laki tadi karena mereka kini sudah jauh dari gudang tersebut. Lalu sepasang mata menyala pun terlihat dari dalam gudang yang gelap itu dan pintu pun tertutup dengan sendirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost! I Love U
Fiksi Umumsejak kecelakaan hari itu, Rama dapat melihat apa yang tidak bisa dilihat oleh sembarang orang. ia juga baru tahu kalau sahabatnya, Ivan, seorang indigo. Rama diberitahukan oleh Ivan kalau dirinya mempunya aura yang dapat membuat hantu-hantu tertari...