Chapter 6 [Diikuti]

282 20 2
                                    

Sekolah baru saja usai beberapa menit yang lalu. Di ruang kelas itu pun hanya tersisa Rama dan Ivan saja, teman-temannya yang lain –Tigor, Andy, dan Bagus, sudah terlebih dulu pulang. Mereka bilang akan bermain game online di warnet. Lagi. Rama sudah memakluminya.

Ivan yang berada di sebelahnya menyampirkan tasnya di bahu sebelah kanannya kemudian berdiri. "Rama, ayo pulang." Ajak Ivan sambil menepuk bahu Rama. sang empunya bahu pun menghela nafas lelah lalu segera menyampirkan tasnya juga dan beranjak dari bangkunya.

"ayo," Rama pun berjalan di depan Ivan sampai di depan kelas ia berpapasan dengan Pak Maman yang terlihat sedang kesulitan membawa tumpukan buku paket yang hendak di bawa ke perpustakaan. "sore, pak." Sapa Rama, kemudian disusul Ivan yang menyapa.

"sore, nak Rama, nak Ivan. Ugh, bisa bantu bapak, gak?" Pak Maman hampir saja menjatuhkan buku-buku tebal itu sebelum ditumpu oleh Ivan. Rama pun meraih beberapa tumpuk buku dan mengambilnya. Ia berniat membantu Pak Maman, untuk yang terakhir kalinya.

"ah, terima kasih. Sekarang anterin ke perpustakan, ya." Pak Maman pun melangkah terlebih dahulu. Rama dan Ivan menyusulnya segera.

Di perjalanan menuju perpustakaan, Ivan mengambil alih membawa tumpukan buku paket dari tangan Rama. Rama protes namun diacuhkan oleh Ivan.

Sesampainya di perpustakaan, Rama dan Ivan menyusul Pak Maman memasuki ruangan dengan bau khas buku tua. Pak Maman pun menaruh buku-buku itu di atas meja penjaga perpus, Ivan juga menaruh buku-buku paket di tangannya di atas meja.

"terima kasih banyak sudah membantu bapak." Pak Maman tersenyum puas kea rah Ivan, kemudian beralih menatap Rama. "Rama?" ia melihat anak itu mematung sambil menatap takut kea rah rak-rak buku. Ivan menyadari ada yang aneh dengan Rama saat ia menatapnya. Ia pun mengikuti arah pandang Rama dan menemukan makhluk yang bahkan ia sendiri tidak ingin melihatnya. Segera, Ivan menutup mata Rama dengan tangannya dan menolehkan kepala anak itu ke arahnya.

"kalau gitu kami pulang, pak." Setelah mereka berdua mencium tangan Pak Maman, Ivan menggandeng tangan Rama keluar dari perpustakaan dengan cepat. Itu salah satu alasan kenapa ia tidak mau masuk ke ruang perpustakaan di sekolahnya.

Ivan masih menggandeng tangan Rama saat mereka sudah berjalan di trotoar menuju rumah Rama. Rama sendiri masih menggenggam tangan Ivan dengan erat. Ia merasa takut. Sebelumnya Rama belum pernah melihat makhluk dengan daster putih tadi secara nyata. ia hanya pernah melihatnya di film-film, itu pun wajah mereka tertutupi rambutnya yang panjang dan wajah 'dia' yang diperankan oleh aktris terlihat biasa saja. Namun saat ia melihatnya tadi di perpustakaan, wajah'nya' terlihat sangat rusak sehingga Rama tidak bisa membedakan mana mata, hidung, dan mulutnya. –jangan dibayangin :''')

***

Hari esok terlihat lebih cerah dari bayangan Rama. namun perasaannya hari itu tidak begitu cerah. Kemarin, saat ia sudah berada di rumahnya, Ben terus saja mengganggunya dengan memindahkan barang-barangnya. Lalu ia juga mengganggunya saat sedang mandi tadi pagi, dengan mematikan lampu kamar mandi. Rama jengkel sekaligus takut! Alhasil sejak semalam sampai ia berangkat pagi ini, ia tidak berbicara dengan hantu berwajah imut itu.

Rama memasuki gerbang sekolahnya. Sudah banyak yang datang dan berjalan-jalan, bahkan berlarian. Namun menurutnya itu aneh. Jarang banyak orang seperti ini yang berkumpul di halaman depan sekolah seperti itu. para siswa/siswi dan juga guru-guru berkumpul di sana seperti sedang memperhatikan sesuatu. Karena penasaran, Rama mencoba meloncat-loncat untuk melihat ada apa di sana. Namun percuma saja, ia tidak dapat melihatnya. Tubuhnya tergolong pendek untuk ukuran laki-laki. Kemudian ia memilih untuk mengacuhkannya dan segera ke kelasnya.

Begitu ia memasuki kelasnya, teman-teman sekelasnya berisik karena membicarakan sesuatu. Rama berjalan kea rah bangkunya dan duduk di sana.

"ada apa, sih, Van?" tanya Rama pada Ivan yang sudah duduk sejak tadi di bangkunya. Ia pun menatap Ivan setelah menaruh tasnya di atas meja.

Ghost! I Love UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang