Bagian 3 : Kaku

2.1K 12 0
                                    

Bermandian keringat, teriak juga pun tidak bisa, benar-benar kejadian di luar harapan untuk seseorang yang baru pindahan. Mataku pun melihat pas di daerah wajahnya, lama-kelamaan wajahnya menoleh kebelakang dengan rambutnya yang panjang terurai memakai pakaian kain putih kotor, dan mata hitam bulat dengan kulit wajah pucat terpampang jelas di depan mataku.

Dalam hatiku berkata ampun, jangan!, Jangan!,..

Tak lama terdengar suara langkah kaki masuk ke rumah, dan sekejap sosok tamu tak diundang tadi hilang. Ternyata orang-orang yang membantu mengangkat barang yang masuk. Tubuhku pun kembali seperti semula, dan aku pun lari se kencang-kencangnya keluar rumah dan masuk kedalam mobil sambil posisi tidur dan wajah kututupi, tetapi tetap tidak bisa! melupakan kejadian barusan.

Tak terasa, hingga sore Aku baru di bangunkan oleh ibuku untuk masuk ke dalam rumah, dengan perasaan yang masih terbayang-bayang sosok tadi, Aku tetap memberanikan diri masuk ke dalam rumah. Dan suasana didalam rumah itu pun kembali normal seperti tidak terjadi apa-apa.

Malam pun tiba, di hari pertama pindah rumah kami sekeluarga diharuskan untuk tidur sesudah jam 00.01 tepat, sebelum jam itu dilarang keras untuk tidur karena itu syarat untuk menolak bala (mitos), dengan menahan kantuk yang tak tertahan ini keluargaku mencari-cari apa saja yang bisa membuat kita betah tahan untuk tidak tidur. Posisi kita duduk di atas tikar berada di ruang keluarga depan TV dan dikelilingi barang-barang yang masih belum siap untuk di bereskan. Pukul masih menunjukan 23.30 WIB, dengan pertahanan menguatkan mata hingga titik terakhir darah penghabisan, dan "srrrr..." tersontak aku kihilangan rasa kantukku karena wanita yang tadi siang itu menampakkan dirinya dengan lewat sambil menoleh ke arahku dari kamar depan menuju kamar orang tuaku, hanya aku yang melihatnya!, kedua orang tuaku masih saja menonton acara-acara TV.

Saat itu juga bulu kudukku berdiri tak karuan, walaupun hanya sepintas, hal-hal seperti itu baru aku alami lagi. Selama ini mata batinku sudah dututup oleh pamanku waktu aku masih di TK (taman kanak-kanak), TK besar lebih tepatnya, karena menurut beliau jika tidak ditutup akan membuat mentalku rusak, dan kelak aku dewasa mata batinku terbuka sedikit demi sedikit lagi. Tapi kan aku masih anak smp kelas 2?, pasti ini semua hanya hayalanku saja karena badanku kecapean.

Tak lepas dari itu, aku sedikit mulai memperhatikan wanita ini, ternyata

Wanita didalam KamarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang