Floor 6| Farewell

53 2 2
                                    

Pernah suatu ketika Agatha bertanya tanya dalam pikirannya, "bagaimana rasanya jadi seseorang yang hidup abadi?"

Pertanyaan itu muncul beberapa saat setelah ia selesai membaca sebuah Novel dengan salah satu tokoh yang hidup selama 300 Tahun, Bertarung seorang diri dan telah melewati batasan dirinya sendiri. Rasa sakit baik secara fisik maupun mental telah ia hadapi secara bertahap, hingga pada akhirnya ia melebihi batasan dirinya dan hancur berkeping-keping.

Sejujurnya Agatha tak begitu suka membaca, namun setelah temannya- dengan agak memaksa -menyuruh ia membaca novel tersebut malah membuat Agatha hanyut dan menyelesaikan seri novel itu tersendiri. Membayangkan bagaimana rasa sakit yang harus tokoh itu lalui dengan jangka waktu yang panjang.

Kini, Agatha telah mengalaminya. Ketika salah satu lengannya terputus dan dengan cepat tumbuh kembali, secepat kilat monster dihadapannya segera menebas lengan yang sama sekali lagi.

Rasa sakit luar biasa menjalar pada seluruh tubuhnya bertubi-tubi, bahkan tubuhnya tak bisa menerikkan rasa sakit itu tersendiri karna begitu cepat serangan sang musuh.

'Lebih cepat!'

Berusaha mengingat pola serangan sang raja bos, Agatha berkali kali mencoba menghindar. Awalnya ia selalu gagal, namun seiring berjalannya waktu ia mampu menguasai pergerakan sang monster. Sesekali ia menebas sang monster untuk memberi damage yang cukup.

Monster itu merintih kesal, menggunakan seluruh kekuatannya yang menyembur keluar tubuh. Ia menghantam Agatha yang bertumpu pada pedangnya, membuat Agatha terpental sejauh 5 meter.

Tubuh Agatha terhenti tepat ketika membentur beberapa pemain yang pingsan. Agatha menatap player tersebut dengan ragu, kemudian melirik pada sang monster yang sudah berlali dengan brutal kearahnya.

'Gawat! Jika begini, mereka bisa terkena serangan!'

Dengan panik Agatha menyiapkan pedangnya yang terjatuh kedepan. Memposisikan kuda-kuda terbaiknya sebelum benturan akan terjadi. Aneh memang ia masih bisa menggenggam pedang setelah kedua lengannya yang terpotong mati rasa. Mungkin inilah yang disebut 'semangat bertahan hidup'.

'Aku harus melindungi mereka!'

Tatapan Agatha pada Irene dari kejauhan seakan mengatakan itu. Membuat Irene dengan cepat mengangguk dan merapalkan sihir pada lengan kiri Agatha.

Sang monster semakin mendekat. Langkahnya menggetarkan tanah disekitar, makin dekat makin besar. Agatha bersiap, dengan tangan kanan menggenggam erat pedang dan tangan kiri yang dihujani aura hijau.

Semakin dekat dan dekat, jarak mereka kini hanya tinggal 1 meter. Dalam satu teriakan, Agatha menarik tangan kirinya maju pada pedang besar yang siap menebas.

[Magic : Super Defensif Aurora!]

Teriak Irene diheningnya tempat tersebut. Seketika aura hijau yang menghujani Agatha terpecah dan dan berubah menjadi sebuah Aurora disekitaran lengannya.

Tatapan penuh keyakinan Agatha menguatkan kekuatannya, dalam benturan itu Agatha menahan pedang besar monster yang kini mulai membelah tangan kirinya menjadi dua bagian.

"ARGHHH!!!!"

Teriakan yang menahan rasa sakit dan amarah itu memekakan telinga. Agatha mendorong tangannya lebih kuat, mengabaikan rasa sakit yang menjalar tubuhnya.

"KUMOHON!!!"

Bahkan Irene sendiri hanyut dan berdoa dalam teriakannya. Berharap sihir yang ia berikan cukup untuk menahan serangan sang monster.

Beberapa saat, Agatha dan sang Monster terdiam ditempat. Perlahan, hembusan angin yang berpusat pada kedua petarung itu menyebar keseluruh ruangan. Retakan terjadi pada sekitaran lantai yang Agatha pijaki, bersamaan dengan gelombang hembusan angin yang lebih besar. Yang memaksa Irene menutupi wajahnya dari angin tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Cheaters in the Game of deathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang