LOOK AT ME 6

38 3 0
                                    

Kehidupan Ryung Hee benar-benar berubah. Akhir akhir ini ia lebih banyak diam, tenggelam dalam sisi kehidupan yang mendadak gelap. Tuduhan Joon Seokh dan Kyuhyun seakan terus menghantui, mencekiknya secara perlahan tanpa mau melepaskan. Dunia terasa sangat tidak adil untuknya. Salahkah jika ia merasa seperti itu? Tidak,'kan?

"Kenapa melamun lagi?" Won Hee tiba tiba muncul di samping kiri Ryung Hee, duduk tenang dengan kaki Yang bersila. Ryung Hee tetap diam, seolah tidak sadar dengan kehadiran Won Hee. Untuk sesaat, pria itu memperhatikannya. Sudah hampir satu minggu Ryung Hee tinggal di rumahnya. Untung saja ibu dan adik perempuannya tidak merasa keberatan. Mereka malah senang karena kehadiran Ryung Hee bisa menambah keramaian di rumah ini.
"Ryung hee ssi,"tegur Won Hee lagi, kini dengan menyikut pelan pinggang Ryung Hee.
"Eo?"
"Kenapa melamun?"
"Aku tidak melamun. Hanya sedang berpikir mengapa Tuhan begitu jahat kepadaku."
"Tuhan jahat kepadamu? Memangnya apa yang sudah Tuhan Lakukan?"heran Won Hee
Semua masalah yang aku alami ini semua pasti tidak terlepas dari peran tuhan. Won Hee, aku tak mengerti akan rencana Tuhan. Dia benar-benar menyiksaku,"gumam Ryung Hee. Mata bulatnya menatap kosong halaman berumput yang mulai tumbuh memanjang

Won Hee tersenyum kecut, mengembuskan napasnya dan memejamkan mata sesaat. "Kau salah, tuhan tak sepantasnya kau salahkan, "sangkalnya.
"Apa maksudmu? "Gumam Ryung Hee.
"Tak sadarkah kau bahwa ini adalah cara tuhan menguji kesabaranmu? Tuhan ingin tau seberapa kuat kau menjalani kehidupan yang telah ia gariskan. Ia ingin tau sikap apa yang akan kau tunjukkan saat kau mendapat teguran darinya,"jelas Won Hee. Matanya beralih menatap Ryung Hee.
"Jangan pernah salahkan tuhan, ryung hee. Secara tau kau sadari, sebenarnya tuhan ikut menuntutmu melewati semua masalah yang telah ditentukan. Ia menyimpan banyak kebaikan di atas semua kepedihan yang kau alami. Percayalah itu. Layaknya mutiara hitam yang melewati banyak fase saat proses pembentukannya. Sakit dan pedih. Namun, itu akan membuahkan hasil yang sangat Indah. Kau harus berjuang dengan penuh keyakinan. Jadilah mutiara yang Indah dan tumbuh sempurna. Kau harus kuat, ryung hee."
Ryung Hee nampak termenung mendengar ucapan Won Hee. Benarkah seperti itu? Jadi ini adalah cara tuhan untuk membentuk dirinya ke dalam pribadi yang lebih baik?
"Tapi mengapa harus seperti itu? Tidak adakah cara yang lebih halus? Aku terlalu sakit menghadapi semua ini, "keluh Ryung Hee.
"Jangan tanya itu kepadaku. Karena aku bukan tlTuhan. Jika kau mau tau, pergilah ke gereja dan berdoa di sana, "sahut Won Hee seraya terkekeh. Ryung Hee mendengus pelan.
"Aku serius, Won Hee. "
"Aku juga serius, Ryung Hee. Percayalah jika semua hal yang menyakitkan itu menyimpan sebuah kebahagian di dalamnya. Tuhan hanya sedang ingin menguji, dan setelah kau bisa menjalaninya dengan baik, barulh Tuhan akan memberikan kebahagiaan itu. Siapa yang tau tentang rencana apa yang tuhan susun? Mungkin suatu saat nanti, semua kebenaran akan terungkap dan hal itu malah akan melimpahkn jutaan kebahagiaan untukmu,"ungkap Won Hee panjang lebar. Ryung Hee terdiam, mulai mengolah setiap kata yg Won Hee ucapkan.
*****

"Mau ke mana?"
Won hee mengangkat kepalanya saat mendengar suara gadis itu dihadapannya. Lantas pria itu berdiri tegak , mengenddong tr as ranselnya yang sedikit berat.
"Latihan. Beberapa bukan lagi akan ada turnamen di Busan, Waeyo?"
Ryung Hee mengeleng. "Aniyo. Hanya ingin bertanya saja. "
"Memangnya tidak boleh?"
Won hee terkekeh pelan. "Bukan seperti itu. Hanya saja, tidak seperti biasanya kau mau bertanya tentang apa yang aku lakukan, "sahut pria berparas manis itu.
Ryung Hee mencibir pelan, lantas duduk di kursi yng ada di kamar Won Hee. Mengambil beberapa komik yang menumpuk di meja belajar sahabatnya.
"Ryung hee, sudah dua minggu ini kau tidak kuliah. Apa kau tidak bosan diam di rumah terus? "Tanya won hee. Ryung Hee tetap diam, sibuk dengan komiknya.
"Jangan diam terus jika ada orang yang mengajakmu bicara. "
"Aku tau. Tapi aku aku sedang fokus membaca! "
"Aish...menyebalkan! "Cibir Won hee
Sesaat Ryung Hee menarik perhatiannya dari komik. Menatap Won Hee. Mulai besok aku pasti sudah memiliki kesibukan."
"Kesibukan apa?" Heran Won Hee
Ryung Hee mengembuskan napas. "Besok aku mulai bekerja di salah satu cafe sebagai violinist."
Jawaban Ryung Hee membuat Won Hee tercengang. "Kau bekerja? Kenapa?
"Agar tidak bosan. Kau sendiri yang bertanya apakah aku tidak bosan diam di rumah terus. Nah, inilah salah satu cara penghilang rasa bosanku,"jawab Ryung Hee enteng.
Takut takut gadis itu salah mengartikan ucapan dirinya, Won Hee segera meralat. "Ya! Aku memang mengatakan hal seperti itu. Tapi Bulan berarti kau harus bekerja juga. Kau kan bisa kembali kuliah."
Ryung Hee mendesah berat. "Eunggh-sebenarnya sudah kuputuskan untuk menunda kuliahku. Ah, atau aku benar-benar ingin berhenti, "ucapnya pelan. Meletakkan kembali komik yang ia baca ke atas meja.

"Kenapa kau berhentilah kuliah? Ini sudah semester enam, Ryung Hee. Sayang jika kau harus melepasnya."
"Kau benar, Won Hee. Tapi...selama ini yang membiayai semua kebutuhan saat kuliah atau pun hidup adalah Appa. Aku merasa tidak enak jika terus menggunakan fasilitas yang diberikan Apppa. Aku..merasa tidak pantas,"kata Ryung Hee lirih, terlihat jelas jika hal itu begitu membebani pikirannya.
"Jangan berkata seperti itu. Kau juga anaknya, jadi wajar saja jika kau menikmati semua fasilitas milik ayahmu."
Ryung Hee tersenyum singkat. "Aku memang anaknya. Tapi aku sadar diri jika posisiku tak seharusnya disamakan dengan Joon Seok dan juga Yo Seong. " Ryung Hee menutup mata sesaat. Ia ingat semua kebaikan yang sudah ayahnya berikan selama ini. Itu tak jauh berbeda dengan dengan apa yang Joon Seok dan Yo Seong dapat. Sekarang, Ryung Hee sadar jika tak seharusnya ia mendapatkan semuanya. Maka malam itu, saat dia pergi dari rumah, ia sama sekali tidak membawa dompet yang berisi semua kartu kredit dan uang dari sang ayah.
"Ohya, sebenarnya aku juga merasa malu terus menumpang dirumahmu. Ren cx anya aku akan mencari sebuah penginapan. Tapi itu juga kalau upah bekerjaku audah bayar. Tidak apa apa 'kan jika aku menumpang selama satu Bulan ke depan? " tanya Ryung Hee, membuat won hee berdecak sebal.
"Aish....selama apapun kau tinggal di rumahku, itu bukan masalah. Kenapa harus mencari penginapan? Lebih baik kau gunakan uangmu itu untuk membayar kuliahmu itu saja! "Omel Won Hee.
Baikalh, pemikiran Won Hee sebenarnya cukup baik. Tapi, Ryung Hee tetap tidak mau menyusahkannya . "Shirreo. Aku benar benar ingin berhenti ."
Lee won hee menyerah. Jika ini keputusan yang Ryung Hee ambil, ia tidak bisa memaksa. "Geurae. Kau pasti tau apa yang terbaik untuk dirimu saja. Oh ya, hari ini mau ikut aku ke dojang, tidak?"ajaknya
Ryung Hee mengulas senyum. Tanpa berpikir panjang, ia segera bangkit dari duduknya.
"Ya! Mau ke mana? Teriak Won Hee
"Dojang. Bukankah tadi kau mengajakku? Cepatlag sedikit karena seorang Sabeum akan marah jika muridnya terlambat."

°°°°

Teriakan penuh semangat terdengar sangat kencang. Latihan biasanya dilakukan di dalam ruangan. Tapi dikarenakan ruang gedung khusus latihan tengah mengalami perbaikan, ketua klub memilih lapangan besar di sekitaran gedung untuk mereka gunakan sebagai tempat berlatih.

Ryung Hee duduk dipinggir lapangan, memperhatikan Won Hee yang sedang serius latihann. Di balik wajah lembutnya, ternyata pria itu menyimpan banyak kekuatan. Lihat saja, Won Hee terlihat paling bernafau ketika menendang target berwarna biru itu. Tak jarang benda itu terlempar dari pegangan temannya karena tendan gf an Won Hee yang terlalu kuat, menyebabkan sebuah umpatan keluar dari mulut teman berlatihnya.
"Ini sudah lebih dari dua jam. Tapi mengapa mereka belum istirahat juga?" Gumam Ryung Hee pelan. Perhatiannya terpusat pada s a tu benda berbentuk segitiga dan gf an sebuah tali karet yang menyatukannya. Berhubung ingin menghilangkan rasa pernasarn, Ryung Hee mengbil bemda itu. Ini terbuat dari busa, sedikit keras dengan balutan bahan kulit yang lemas.
"Benda apa ini? Terlih a t seperti celan,"komentarnga.
"Nongsimcha. Itu akan melindungi asetmu saat bertanding nanti."
Suara seseorang dari arah depan berhasil menyentak Ryung Hee. Gadis itu langsung menengadahkan kepala dan mendapati Won Hee sudah berdiri di hadapannya.
"Kau mau memakainnya?"goda Won Hee. Sontak saja Ryung Hee melempar benda berbentuk segitiga itu dengan cepat membuat Won Hee terbahak.
"Jangan ketawa! Akukan tidak tau!seru Ryung Hee cepat. Wajahnya sedikit memerah.
"Ya! Ya! Kenapa jadi marah? Aku kan hanya memberi info saja, "ujar won hee masih terkekeh. Ryung Hee tak enjawab malah membuang muka. Ini memalukan!
"Sudahlah itu hanya hal se janan dipikirkan seperti itu. Bagaimana jika kau ikut bergabung bersama kami saja? Tawar Won Hee, tidaktega jika membiarkan Ryung Hee memperhatikan saja.

Bergabung dengan mereka?

Ryung Hee kembali mengulang kata itu dalam hat. Selama ini ia tak pernah mengikuti olahraga semacam ini. Apakah ia bisa?
"Shirreo!Aku tak bisa ."
"Namanya juga belajar. Sekali saja, kalau kau merasa tidak cocok ya, jangan diteruskan. Aku hanya ingin kau mencobanya," ungkap won Hee, melipat kedua tangannya di depan dada.

****

LOOK AT MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang