Tertembak

55 2 0
                                    

Di rumah, walaupun  aku tak ingin memikirkannya but tetap saja dia yang ada dipikiran. Lucu bukan, otak dan hati tak bisa bersatu hanya karena masalah cinta. Cinta membuat semuanya jadi kacau. Dan aku Lala Kusuma tak percaya adanya cinta, apalagi cinta yang kayak Cinderella bertemu pangerannya trus Happy Ending gitu aja.

Tak terasa hari ini pembagian hasil Ulangan Tengan Semester. Aku gak sabar, aku rengking berapa? Yang aku takutkan adalah aku kalah dengan seorang Denis, hanya seorang Denis aku tak boleh kalah. Aku gak akan membiarkan posisi satu-satunya yang aku bisa miliki terhambat oleh Denis. Karena well semua bidang sudah dimenangkan olehnya. Mulai dari bela diri, jelas saja aku kalah dengannya. Organisasi OSIS, dia mempunyai jabatan tinggi di OSIS, sedangkan aku hanyalah anggota biasa.

Pengumuman itu datang juga. Kabar baiknya adalah aku lagi-lagi menjadi raja di kelas. Tau maksudku? Iya tepat, aku rengking satu dan yang membuatku tambah gembira adalah ketika tau kalo seorang Denis yang seluruh hidupnya hampir sempurna bisa aku kalahkan dengan otak emasku ini, okeh mungkin sedikit berlebihan dengan menyebut otak emas.

Tak cukup dengan senangnya aku menjadi raja, ternyata tuhan memberiku cobaan yang lumayan berat. Dengan peristiwa di suatu siang semua anak berkumpul di kelas karena memang sedang ada jam kosong. Aku seperti biasa memanfaatkan waktu luangku untuk bersantai seperti tidur misalnya. Tapi ketika baru saja aku mau memejamkan mata Denis menghampiriku, membuat jantungku terkena tsunami dadakan. Aku yang tadinya ngantuk menjadi melek seketika saat mendapati Denis sudah di depanku.

"Ekhem" suara Denis sepertinya menandakan dia akan bicara penting dan memberi semacam kode untuk anak-anak di kelas agar memperhatikannya.

"La" Denis mulai bicara.

Aku kaget saat dia memanggilku. Setauku di kelas tak ada lagi nama "La" dan semakin dikuatkan dengan Denis yang sekarang di depanku. Aku akhirnya menjawab "Apaan sih".

"Gue mau ngomong kalo gue suka sama lo.." teriak Denis membuat seluruh manusia yang ada di kelas menyorotnya.

Mungkin sekarang wajahku seperti badut, menganga atau apalah itu. Jelas saja aku kaget, senang, sedih, dan tak percaya. Aku rasa, aku tak pernah bermasalah dengan pendengaranku, tapi apa kali ini aku sedang bermasalah? Tapi tidak, aku tidak bermasalah. Yang bermasalah adalah Denis. "Lo gak waras ya?" aku memberanikan mengatakannya.

"Mungkin" jawab Denis dengan raut wajah memelas. Oh bukan, raut wajah ganteng maksudnya. Karena Denis tak pernah memelas atau apalah yang membuat wajahnya jelek.

" Lo emang gak waras" tandasku.

"Gue bener-bener suka sama lo. Emang salah?" suara Denis kali ini mengharukan sekaligus membuatku melayang terbang.

"Lo tuh apaan si Den. Emang lo siapa? Berani suka sama gue. Maksudnya gue cuma mau pacaran sama cowok yang ngalahin nilai matematika gue!!" ucapku dan setengah tak percaya aku mengatakannya. Tapi buru-buru aku tambahkan "Gue nggak pantes buat lo. Gue gak cantik, gak tinggi, gak putih. Sedangkan lo sempurna".

Aku tau ini sedang ada di kelas  Tapi memang aku harus mengatakannya. Aku harus jujur dengan apa yang aku pendam selama ini.

"Gue gak butuh cewek cantik. Yang gue butuh cewek cantik dalam hati kayak lo. Gue tau walaupun  lo galak tapi lo berusaha biar cowok gak gangguin lo. Dan gue butuh sosok penegur saat gue salah. Mungkin menurut lo, gue ini sempurna. Tapi gue gak mau egois dengan menginginkan cewek cantik. Gue udah ganteng kok, gak perlu cewek cantik, toh gue kan ganteng. Yang gue butuh lo La.." jelas Denis.

Bersambung..

Smart CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang