Es Batu

40 3 0
                                    

Aku datang ke sekolah pagi ini. Entah apa yang ku pikirkan, aku saja lupa. Rasanya ada yang aneh, ada yang mengganjal, haha iya mengganjal. Tapi tak aku hiraukan saja, sekarang yang ku pikirkan adalah nilaiku.

Ulangan Tengah Semester yang sudah kulalui. Nilai bagusku yang aku impikan, dan hadiah yang dijanjikan Ayah jika nilaiku bagus. Iya aku memikirkan itu. Tapi, diaa!! Iya dia yang selalu jadi musuhku di segala bidang yang aku ikuti. Dia adalah penggangguku.

Saat sedang memikirkan itu semua, tiba-tiba aku dikagetkan oleh orang yang sedang aku pikirkan.

"Dor, jangan ngelamun pagi-pagi. Ntar ada yang masukin loh. Apalagi sendirian di kelas. Gak takut lo!" Denis mengagetkanku saat aku baru memikirkan dia.

"Arrgh apaan sih Den. Gak jelas lo!" aku bahkan setengah menjerit untuk membalas perbuatan Denis. Tapi setelah membentaknya, aku membuka botol minumku yang isinya es batu. Tahu kan es batu. Iya itu makananku setiap pagi. Dan setelah membuka tutupnya, aku memakan lahap agar bisa menenangkan pikiranku yang sedang kelabu buta.

"Makan es batu juga bisa bikin banyak penyakit Ta. Udah dikasih tau juga. Nanti tau rasa kalo udah sakit. Gua mah yang penting udah ngingetin," kata Denis saat aku baru saja menikmati dinginnya es batu yang sekarang ada di mulutku.

"Sumpah ya, harusnya gua gak berangkat pagi biar gak berdua di kelas sama lo!" sekarang aku mulai kesal. Kenapa sih orang ini selalu menggangguku, disaat apapun juga. Walaupun dia ganteng, well memang ganteng dan mungkin cowok impian. Tapi tetap saja kenapa dia selalu ingin menjadi musuhku.

"Ya udah, sana lo pergi. Biasanya juga lo gak berangkat pagi kan. Dasar gendut. Ada ya orang kayak lo, udah pipi kayak bakpau, item pula kayak gula jawa haha.." ledek Denis membuatku ingin meledak.

"Ngomong sama tembok!!" aku hanya ingin berada dalam duniaku. Aku tak ingin melihat Denis lagi. Aku tak perduli walau sekarang di kelas cuma ada kami berdua. Tapi aku anggap dia hanya-sebuah-debu-yang-numpang-lewat.

Selang beberapa menit kemudian Rindu teman sebangku ku datang. Akhirnya tuhan memberi malaikat penyelamat setelah berdua dengan malaikat maut yang sedari tadi ada di belakangku. Rindu duduk dan memperhatikan aku dan Denis. Setelah itu aku tak mau tau apa yang Rindu pikirkan, yang jelas aku langsung mengajaknya bicara agar suasana canggung kami, maksudku aku dan Denis terselesaikan.

"Ndu, UTS lo gimana? Ah gua gak yakin sama nilai fisika nih," ucapku setelah berhasil membuat Rindu tak menatap kami lagi.

"Eh apa? Oh iya fisika gua juga pusing. Tuh tanya Denis, dia kan mungkin bisa". Lirikan mata Rindu tertuju pada Denis yang saat ini cowok satu-satunya.

Setelah pertanyaan itu aku tak berselera lagi ngomong sama Rindu.

Bersambung...

Smart CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang