Ber dua

21 2 0
                                    

Sampai di rumah aku kelelahan. Gimana gak cape kalo tiap pulang sekolah harus jalan kaki dengan jarak yang lumayan jauh dan keadaan musim di Indonesia yang panas. Aku saja sempat bermimpi kalo sukses aku mau ke negara yang ada saljunya. Biar gak kepanasan kayak di Indonesia tanah air beta ini.

Malamnya aku bercerita tentang aku yang menjadi seorang raja di matematika kepada Ayah tercintaku. Dan menagih janji hadiah yang dijanjikan itu.

"Awas ya Yah, jangan lupa. Hadiahnya harus menarik!" sindirku setelah merasa aku pantas mendapatkan apa yang aku ingin.

"Iya udah iya. Tapikan semua  nilai juga harus bagus. Ingat semua nilai.." sindir balik bunda, seakan tak mau kalah denganku.

Okeh oke, aku mungkin bagus di matematika. Tapi untuk yang lain? Aku saja tak percaya dengan otakku yang bisa mengerjakan matematika.

Ketika malamnya, entah kenapa, entah ada angin apa, atau entah ada jin apa yang mengubah diriku yang sekarang memikirkan Denis si cowok sempurna yang dipuja-puja semua cewek. Apa aku juga termasuk cewek yang menggilai Denis? Ya Allah aku harap jangan dan jangan sampe. Aku gak mau hatiku yang bersih ini diselipkan oleh Denis yang sangat aku benci itu. Aku harap aku akan selalu benci sama dia. Jangan sampe suka. Dan detik ini juga aku berjanji sama diriku kalo ketemu Denis akan biasa saja dan berusaha tak menatapnya.

Tapi janjiku semalam tak bisa aku tepati. Posisiku sekarang di kelas dan berdua again dengan cowok yang gak ingin aku lihat itu. Aku belum siap sakit hati. Oke, aku terlalu takut untuk you know "Jatuh Cinta".

"Udah gua bilangin jangan nglamun. Lo bandel ya dibilangin!" suara tegas itu membangunkan rapat yang sedang berlangsung di otakku. Membicarakan tentang yang sekarang bicara padaku. Denis.

"Apa perduli lo si, emang lo siapa? Ngelarang gue buat ini itu. Bawel banget si lo!" suaraku saat ini mungkin sangat marah. Ya marah karena alasan yang tak menentu.

Denis tersenyum sedikit " Emang harus menjadi APA untuk bisa membantu yang mungkin bermanfaat".

"Haha ngomong apa si lo. Gak jelas. Kayak hidup lo, gak jelas" sahutku sangar. Aku seperti ini agar terus bisa benci sama Denis.

"Emang hidup gue gak jelas. Makanya lo mau jelasin hidup gue yang gak jelas gak?" suara Denis sekarang melembut.

"Of course. Aku jelasin ya sekarang sama kamu. Hidup kamu tuh gak jelas banget. Iya emang gak jelas. Pokoknya gak jelas. Ah tau ah, susah jelasin.." aku berusaha mengatakan bahwa hidup Denis sudah sangat sempurna. Dan aku ingin kehidupan dia. Sebenarnya akulah yang gak jelas, karena memang sekarang otakku lagi gak jelas.

"Kayaknya lo lagi badmood ya?" tanya Denis yang tentu saja membuatku kegeeran dengan alasan seorang Denis memperhatikanku.

"Iya, dan lo adalah moodbreaker gue" aku sudah teriak sekarang. Aku teriak karena sebisa mungkin tak terlihat menyedihkan dengan mataku yang mulai berkaca-kaca. "Ah udah lah, ngapain sih gue ngomong sama orang gak penting kayak lo" ucapku lagi. Dan setelah itu Reno datang menghampiri Denis.

"Ada apaan sih. Kalian cuma berdua? Anak-anak yang lain mana?" ucap Reno dan melihat kami berdua.

"Mana gue tau" jawabku agar tak ketara bahwa kami. Maksudku aku dan Denis sedang bertengkar.

Tak berapa lama anak-anak X TKJ 3 masuk. Aku heran, kenapa hampir semua anak masuk seperti rombongan. Maksudku kenapa secara bersamaan? Ah, ada yang gak beres. Tapi lagian siapa yang mau mentakbereskan sesuatu yang bersangkutan aku dan Denis. Ah aku ini apaan si. Kok jadi beneran gak jelas.

Bersambung...

Smart CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang