Pria Berkacamata

22 0 0
                                    

Pov Author
Ishaq. Dia mengenalnya dengan nama itu. Nama yang terus terngiang-ngiang di telinganya semenjak dia mendengar lantunan ayat ayat suci yang Ishaq lantunkan di acara kajian tadi sore.
Suara Ibu memecah lamunannya.
"Dek Lafi melamun ndak baik lho. Ada apa sih?" Sahut ibuk sambil meletakan kepala Lafi di pahanya dan membelai putri kesayanganya itu.
"Ndak apa-apa buk. Lafi hanya heran kenapa rasa cinta begitu indah diciptakan?"
"Laf, Allah menciptakan rasa itu begitu indah selain sebagai nikmat juga sebagai ujian. Jangan sampai rasa itu disalahgunakan. Jangan sampai rasa itu melebihi rasa cinta Lafi sama Allah sama Rasulnya." Wejangan ibunya panjang lebar menyadari ada rasa yang harus diluruskan dari putri kesayanganya ini..
Merasa ibuk mengetahui perasaanya Lafi hanya mengangukan kepalanya sembari mengerucutkan mulutnya.

Pov Ishaq
Aku terus membolak balik halaman buku Kalkulus yang sudah kutekuni sejak dua jam yang lalu sambil sesekali membenarkan kacamataku yang turun akibat aku terlalu serius. Menekuni setiap huruf yang tercetak yang hampir membuat kepalaku lepas. Dalam hati hanya bisa beristigfar karena banyak hal yang tak kuketahui. Aku memang tak begitu pandai dalam hitung menghitung tapi aku besyukur memiliki logika yang luar biasa licin seperti belut sehingga memudahkan aku lulus masuk PTN yang sudah hampir 2 tahun ini aku tekuni. Aku mengambil jurusan Teknik Sipil. Sebenarnya aku lebih menyukai segala sesuatu yang berbau pesawat sayangnya Abi dan terutama Umiku tidak mengijinkan aku pergi jauh. Padahal adiku saja kuliah di Timur Tengah. Sedikit dongkol dengan keputusan itu tapi ya sudahlah.
Aku adalah tipe orang yang tidak mau ambil pusing terhadap segala yang terjadi itulah salah satu hal yang membuat banyak orang menyukaiku. Hampir aku tak punya orang yang benar-benar membenciku kecuali karena sifat keras kepalaku yang memang susah sekali dirubah dan itu hanya orang-orang terdekatkuyang mengetahuinya. Karena aku memang cenderung introvet dan tidak suka diatur terlalu detail.
Kututup buku yang sedari tadi membuat kepalaku berputar-putar lalu kurebahkan tubuhku diatas kasur yang dalam hitungan menit aku sudah diambang mimpi.

Pov Author
Siang itu cuaca begitu terik membuat kepala Lafi berputar-putar. Sembari menepi mecari tempat ngeyup tak sengaja tubuhnya menabrak sesosok tubuh yang tak asing lagi dari ingatanya.
"Maaf." Ucap Lafi sembari menelungkupkan kedua tangan didepan dadanya.
Saat didongakan kepalanya tak sengaja mereka bertatapan hampir tiga detik Lafi tersadar sambil berdesis "Astagfirullah.."
"Iya mbak kenapa? Ada yang luka? Afwan saya ya tadi tidak lihat-lihat." Dia menatap tubuh mungil yang sempoyongan itu sembari mengingat ingat wajah yang tidak asing itu.
"Afwan, mbak adiknya mas Adi bukan ya?" Sembari mengigit bibir bawahnya khawatir salah tebak.
"Eh, iya. Makasih ya mas susah dibantu. Saya duluan. Assalamualaikum." Lafi masih mengatur denyut nadi yang kian membuncah karena apa yang terjadi padanya beberapa detik yang lalu baginya seperti mimpi yang bahakan Lafi pun tak ingin bangun sesegera ini.
Lafi kamu mimpi gak sih... Ya Allah.. apa yang terjadi barusan kenapa dada ini begitu bergemuruh. Suara hati kecilnya terus berdengung-dengung ditelinganya.

Sementara ditempat tadi masih Ishaq masih mematung bingung menghawatirkan keadaan wanita yang baru saja dia tabrak dan tiba tiba pergi begitu saja. Aneh. Sahutnya dalam hati. Ada saja perilakunya.

"Kak, tadi ada teman kakak nabrak aku. Eh maksudnya aku yang nabrak sih." Cerocos Lafi pada kakanya yang ia temui di meja makan tengah mengunyah makanan.
"Hemm.."
"Ye.. kakak apaan sih kok hem doang... dengerin Lafi sih!!"
Kakanya hanya tersenyum melihat tingkah kekanakan adik kecilnya itu. Kakaknya paling suka lihat wajahnya yang cemberut itu.
"Ah .. kakak gak asik.. udah ah Lafi capek mau mandi terus istirahat."
"Jangan lupa nanti sore kajian sama kakak di masjid kampus."
"Hemmm.."
"Laf.. Laf... kamu tuh lho ya.. gak berubah.. kayak anak TK."
Lafi pergi begitu aja meninggalkan kakaknya yang masih mengomel. Dasar kakak jelek batinya terus mengerutu.. Diajak bicara juga malah ngatain aku anak TK apaan sih kakak tuh.

"Laf..."
"Emh... iya mas" pikiranya yang masih menerawang nerawang ingatan bahagia saat pertama bertemu seseorang yang sekarang ada disampingnya ini yang sekarang sejak 2 bulan lalu adalah suaminya.
"Mikirin apa sih sampe senyum-senyum gitu?" Masih membelai-belai kepala istrinya itu dengan penuh kasih sayang.
"Ada deh... mas tuh kepo banged."
Ekspresi Lafi malah membuat suaminya gemas bukan main. Dipencet hidung Lafi sampe susah nafas.
"Aaa... mas apaan sih?? Sakit."
"Udah sih Laf... jangan manyun mulu kamu itu gemesin kalo kayak gitu... bikin aku ndak tahan pengen..." Ishaq sengaja mengantung kata-katanya agar istri kesayanganya itu penasaran.
"Apaan sih mas tuh???" Tambah memanyunkan bibirnya beberapa centi ke depan.
"Hahaha... Laf.. Laf.." ucapnya diikuti belaian halus disekitar dagu istrinya dan ciuman manis sepersekian detik yang membuat pipi Lafi bersemu merah.
"Mas Ishaq... ge..nit." ucap Lafi terbata-bata sambil menutupi pipinya yang merah.

Ya Allah.. terimakasih kau anugrahkan aku pria berkacamata yang sangat romantis yang aku bahkan tak bisa melukiskanya dengan kata kata saat ini... Beribu ucapan hamdalah aku ucapkan semenjak kau gengam tangan waliku dan kau ucapakan ikrar suci untuk menghalalkanku.

...

Assalamualaikum...

Alhamdulillah bisa selsai part ini... baru belajar menulis nih.. semoga berkah Aamiin...
Semoga masih bisa melanjutkan kisah ini Aamiin...

Wasalam.

TENTANG RASA DAN HUJAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang