bab 11

22.5K 1.2K 23
                                    

Sampailah mereka di Hotel Liberty yang terletak di pusat kota. Jarak yang mereka tempuh sekitar setengah jam untuk sampai ke hotel ini. Dikarenakan macet panjang dikarenakan ada razia besar-besaran.

Jean sedikit terkesima dengan Andre. Dia tenang saja sewaktu mereka terkena macet panjang. Biasa orang pasti sudah kesal dan marah. Tapi dia tidak. Ini membuat Jean memberi satu poin perfect lagi untuk bosnya yang sudah perfect dimatanya.

Mereka menuju ke Grand ballroom yang terletak di lantai 5 Hotel itu. Setelah menulis tanda hadir dan memberikan hadiah titipan broto. Andre dan Jean lalu menyalamin kedua pengantin dan orangtuanya yang berada di depan pintu. Setelahnya mereka dituntun masuk oleh seorang wanita ke tempat duduk yang masih kosong.

Acaranya begitu mewah. Itu terlihat dari banyaknya meja dan undangan yang hadir.

Setelah pengantin dan orangtuanya masuk dan duduk di tempat mereka. Baru acara dimulai dan satu per satu makanan di hidangkan di atas meja.

Makanan yang disajikan sungguh enak dan menggoda. Jean baru pertama kali pergi ke acara pesta seperti ini. Dan dia seperti orang kelaparan yang ingin memakan semua makanan di depannya. Cuma dia mengurungkan niatnya. Takut nanti dibilang rakus. Karena yang duduk semeja dengannya semua kalangan elit yang mengambil makanan seadanya. Entah sudah bosan atau memang seperti itu gaya mereka makan. Hanya mengambil sepotong kecil ke piring mereka. Jean mendengus lemas.

Andre seperti menyadari gerak gerik Jean. Tiba-tiba dia mengambil makanan untuk dirinya sendiri. Dan tentu untuk Jean juga.
Jean kaget dan menoleh padanya. Andre mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum. Jean senang dan membalas senyumannya. Sekarang mereka berdua sama-sama seperti orang rakus yang tidak peduli dengan apapun.

Acara puncak dimulai yaitu ketika kedua pengantin naik ke atas panggung. Setelah memotong kue sebagai isyarat pernikahan. Mereka di haruskan berciuman di depan orang banyak. MC acara itu sengaja mengerjai mereka dan memperlama ciuman mereka sehingga timbul sorakan dari para tamu. Terlihat espresi malu dan bahagia dari kedua pengantin itu.

Jean dan Andre ikut tertawa. 'Andai saja aku bisa seperti pengantin wanita itu kelak. Bahagianya..' ucap Jean dalam hati.

Tidak sengaja mata mereka beradu pandang. Jean langsung mengalihkan pandangannya tidak ingin Andre tau isi hatinya.

Pukul 9 lewat, para undangan mulai berpulangan. Walaupun acara belum sepenuhnya selesai.

Andre juga memberi isyarat pada Jean untuk pulang. Jean hanya menurutinya.

Sampai di depan lift ternyata yang sedang menunggu lift sangat ramai. Mereka harus mengantri lagi. Setelah tiga kali lift naik turun, Andre dan Jean baru bisa masuk ke dalam lift dan dalam keadaan sempit-sempitan.

Tiba-tiba masuk lagi seorang nyonya yang lumayan gemuk. Dia tidak peduli bahwa lift sudah tidak muat lagi dan tetap memaksa masuk. Alhasil Jean terdorong ke belakang. Dia kehilangan keseimbangan akibat sepatu high heels yamg dipakainya. Andre yang berdiri disampingnya menyadarinya dan dengan sigap langsung meraih pinggang Jean dan memeluknya erat.

Jean kaget. Dia mendongak menatap Andre. Wajahnya langsung merona merah. Terlihat Andre hanya tenang dan tetap menatap ke depan. Jean menunduk kembali. Rasanya jantungnya sudah akan melompat keluar. Dia berusaha menenangkan detak jantungnya yang tidak karuan. Berharap Andre tidak menyadari suara detak jantungnya.

Sesampainya di apartment. Jean langsung meneguk air dingin yang diambil dari dalam kulkasnya. Mendinginkan pikiran dan jantungnya yang sedari tadi tidak karuan. Dia bahkan bertingkah konyol saat didalam mobilnya. Andre menyuruhnya memakai seatbelt, Jean malah menurunkan jendela mobil saking groginya. Belum lagi kepalanya yang kejedot saat turun dari mobil membuat Andre menertawai tingkahnya. Sungguh memalukan..

Jean kembali meneguk air dinginnya dengan frustasi. 'Tidak mungkin aku jatuh cinta pada bos kan??'

Jean tidak ingin mengakui itu. Tapi sentuhan tangan Andre di pinggangnya tadi masih terasa hangat. Di lubuk hatinya dia merindukan sentuhan lembut dari seorang pria.

Jean memukul pipinya pelan. "Kenapa aku jadi melankolis begini. Tidak.. Tidak boleh jatuh cinta Jean. Kamu ini sedang hamil. Dan cinta seperti itu tidak akan pernah jadi bagian hidupmu yang memutuskan melahirkan anak tanpa seorang ayah. Ya.. Aku tidak boleh berharap banyak. Aku hanya akan melukai diriku, anakku.. Dan..
Andre.." ocehnya sedih sambil mengelus perutnya pelan.

**
Guys.. Vomentnya y.. Voment kalian sangat berharga karena membuat aku jadi semangat menulis. Awalnya sempat sedih juga karena tidak begitu banyak peminat. Sehingga lama baru diupdate. Dan aku senang sekali dengan setiap comment yang kalian berikan. Membuatku ingin lanjut terus menulis. Thank you y guys.. Big hug for u all.. ^^

A Piece of Cake [ Sudah Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang