Matt?

158 9 1
                                    

Thalia POV

"Thalia!" Gue menoleh saat mendengar seseorang memanggil nama gue. Gue menaikkan sebelah alis gue melihat orang yang memanggil gue menghampiri gue.

"Lo Matthew kan?" Tanya gue memastikan. Dia mengangguk dan tersenyum.

"Lo Thalia?" Gue mengangguk.

"Ada apa?" Tanya gue to the point. Jujur gue sama Matthew ngga pernah kenal sama sekali, gue hanya tahu nama nya karna dia memang terkenal di kampus ini. Gue aja ngga tahu kalau dia kenal gue.

"Gue boleh minta nomor lo ngga?" Tanya nya. Gue terdiam, gue bahkan ngga kenal dia, dan gue bakal ngasih nomor gue ke dia? Of fourse not.

"Sorry, but kita baru aja kenal. I mean, kita hanya tahu nama aja satu sama lain, gue ngga bisa ngasih nomor gue."

"Bukan buat gue,"

"Terus?" Tanya gue.

"Justin." Gue tersentak. Justin? Kenapa? Buat apa? Dan, kok bisa? Walaupun Justin adalah most wanted male di kampus, gue tetap ngga akan ngasih nomor gue.

"I can't. I gotta go, see you."

Gue berjalan meninggalkan Matthew. Gue masih ngga percaya kalau Justin minta nomor gue, gue rasa it's impossible. Teman Justin di kampus ini yang gue tahu cuma Matthew dan Madison, dan ... Cam. Cam juga bisa menjadi teman nya gara-gara satu kelompok belajar, dan Cam pacar gue. Haha.

Gue berjalan menuju kelas Cameron untuk memberi tahu nya bahwa gue ngga bisa pulang sama dia karna gue bakal nemenin sahabat tercinta gue shooping.

"Cam!" Gue teriak memanggil Cam yang duduk nya di paling belakang, gue ngga mungkin masuk ke dalam kelas ini. Ngga enak aja, terlebih ini kelas Justin. Eh apa sih.

"Wait," ujar Cam seraya berlari kecil menghampiri gue.

"What?" Tanya nya.

"Aku ngga bisa pulang bareng sama kamu, aku harus nemenin Kenny belanja."

"Kayak nya baru 2 hari yang lalu dia belanja," ujar Cam menggelengkan kepala nya.

"Kamu kayak ngga tahu Kenny aja,"

"Hm, yaudah. Mau aku anter ngga?" Tawar nya. Gue menggeleng.

"Thalia!" Gue menoleh saat mendengar ada suara yang memanggil nama gue. Gue tersentak, Matthew lagi?

"Uhm, hai Matthew." Sapa gue canggung.

"Ada yang harus gue omongin, lo masuk aja." Suruh nya pada Cam. Jujur, gue sedikit ngga suka denger Matthew nyuruh Cam kayak gitu.

"Yaudah, bye babe." Cam mencubit pipi gue kemudian pergi meninggalkan gue.

"Apa lagi Matthew?" Tanya gue geram.

"Just call me Matt," ujar nya tersenyum.

"Iyaiya."

"Please, gue minta nomor lo."

"I can't, Matt."

"Kenapa?"

"Karna kita baru kenal, kita bahkan ngga pernah ngobrol satu sama lain." Ujar gue.

"Bukan buat gue Thalia, buat Justin." Ujar nya frustasi.

"Apalagi buat Justin, gue ngga kenal sama dia. Gue cuma tahu nama nya." Ujar gue. Matt mengusap wajah nya kasar. Kenapa sih dia maksa banget minta nomor gue?

"Makanya lo kasih nomor lo biar bisa kenalan," ujar nya seraya menaikkan alis nya.

"No! Gimana kalau kita kenalan dulu. Maksud nya, kita berdua sekarang mulai jadi teman, mungkin gue bisa ngasih nomor gue nanti. Tapi buat lo, bukan buat Justin."

Matt terlihat berpikir dan seketika mengangguk.

"Cam pacar lo?" Tanya nya dan gue mengangguk.

"Udah berapa lama?"

"2 bulan," jawab gue dan Matt hanya mangut-mangut.

"Lo ngga suka sama Justin?" Tanya nya. Gue menaikkan sebelah alis gue, what do you mean?

"What?"

"Maksud gue, cewek-cewek di kampus ini rata-rata pada ngejar-ngejar Justin, bahkan mereka sampai nolak cowok yang nembak mereka demi ngejar Justin."

"Not to me. Kalau gue udah nemuin cowok yang sayang sama gue, kenapa gue harus mengejar cowok yang belum tentu sayang sama gue? Gue ngga sebodoh mereka." Ujar gue.

"Lo sayang sama Cam?"

"Lmao, that's a stupid quetion. Of course yes." Ujar gue seraya tertawa kecil.

"Matt dipanggil Justin," tiba-tiba aja ada cowok yang dateng menghampiri gue dan Matt.

"Suruh kesini," ujar Matt. Cowok itu mengangguk dan meninggalkan gue dan Matt.

"Siapa?" Tanya gue pada Matt. Dia mengangkat kedua bahu nya. Cowok yang tadi pun datang lagi.

"Justin ngga mau," ujar cowok itu. Matt tersenyum jahil.

"Tolong bilangin sama Justin gini, 'Justin kata Matt dia ngga mau nemuin lo, lo aja suruh kesini. Kaki nya dia pegel soalnya berangkat ke kampus jalan kaki, kan itu juga gara-gara lo yang ngga jemput Matt. Kata nya, kenapa lo ngga mau kesini? Oh! Pasti karna ada Thalia? Iya kan? Pasti iya, udah ngaku aja."

Cowok itu pun mengerjapkan mata nya berkali-kali lalu mengangguk, dia meninggalkan gue dan Matt.

"Anak orang lo jahatin," ujar gue memukul lengan Matt.

"Siapa yang jahat? Orang gue minta tolong." Ujar nya santai dan gue tertawa kecil. Cukup lama gue dan Matt menunggu cowok tadi hingga akhir nya ia datang.

"Apa kata Justin?" Tanya Matt. Melihat ekpresi cowok itu membuat gue ngga bisa menahan tawa gue.

"G-gue lupa, gue juga belum nyamperin Justin. Gue daritadi lagi nginget-nginget lo ngomong apa," ujar nya. Tawa gue pecah seketika, sumpah, kalian harus liat ekspresi dia saat ngomong. Melas banget, kayak gembel ngga dikasih makan. Eh, gue jahat banget.

"Yaudah sana lo masuk kelas, biar gue aja yang ngomong sama Justin." Ujar Matt menepuk bahu nya. Asli, Matt jahat banget.

"Gila Matt, muka nya melas banget sumpah." Ujar gue masih tertawa.

"Jahat ya lo,"

"Lo yang jahat, kasian dia jadi mikir gitu." Ujar gue menggelengkan kepala gue.

"Yaudah, gue ke Justin dulu. Bye Thalia." Ujar nya.

"Bye, Matt."

Love You Like A Love SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang