I Can't

57 6 0
                                    

Thalia POV

Gue sekarang tengah berlari menuju kelas gue. Gue telat. Dan ini gara-gara Cam yang telpon gue jam 2 pagi karna ngga bisa tidur. Alhalsil gue baru tidur jam 4, padahal gue kuliah jam 8.

"ADUH SAKIT!" gue kaget saat menabrak seseorang hingga jatuh ke belakang. Gue membantunya berdiri, gue mengerutkan kening gue. Ternyata gue menabrak Madison.

"Sorry," ucap gue. Dia menepuk-menepuk paha belakang nya lalu tersenyum.

"It's ok, btw nama lo siapa?"

"Thalia." Ujar gue. Dia mangut-mangut namun seketika membelalakan mata nya.

"Thalia?!" Seru nya kaget. Gue mengangguk.

"Di kampus ini yang nama nya Thalia berapa orang?" Tanya nya. Gue mengangkat kedua bahu gue, gue gatau.

"Lo doang?"

"Gatau."

"Lo kenal Matt?" Tanya nya dan gue mengangguk.

"Berarti elo," ujar nya. Gue hanya mengerutkan kening gue bingung.

"YAAMPUN GUE LUPA ADA KELAS!" ujar nya menepuk kening nya. Gue juga menepuk kening gue karna gue juga lupa.

"Lo ada kelas juga?" Tanya nya dan gue mengangguk.

"Tapi telat,"

"Sama, gimana kalau kita cabut aja ke kantin." Tawar nya. Gue tersenyum.

"Boleh aja,"

****

"Jadi lo temenan sama Justin baru 6 bulan?" Tanya gue dan Madison mengangguk.

"Dan Justin itu anak nya ramah banget, awalnya gue pikir dia jutek tapi ternyata engga. Dia lebih dari kata idiot." Jelas Madison. Gue hanya tersenyum kecil.

"Lo tahu tentang mantan Justin?" Tanya gue dan dia mengangguk.

"Tapi gue gapernah lihat, soalnya itu dulu waktu Justin masih sekolah." Ujar nya.

"Lo pacaran sama Cam berapa lama?" Tanya nya.

"Jalan 3 bulan," jawab gue. Madison tiba-tiba memegang kedua tangan gue yang berada di atas meja.

"Thalia, Justin suka sama lo." Ujar nya.

Gue tersentak, apa maksud nya? Dia tahu gue udah punya pacar kan? Bahkan pacar gue adalah teman sekelas Justin, mustahil Justin gatau itu. Gamungkin Justin suka sama gue, gue bukan tipe Justin. Madison bercanda.

"Are you kidding me? C'mon Mad, isn't funny."

"I'm not trying to kidding you, that's real. He's like you, Thalia." Ujar Madison. Gue mengusap wajah gue kasar.

"Gue gasuka sama Justin!"

"Lo bisa belajar menyukai nya, Thal." Seru nya. Gue menggelengkan kepala gue.

"Lo tahu gue udah punya pacar kan? I can't."

"Lo sayang sama Cam?"

"Iyalah, dia pacar gue. Kalau gue ngga sayang kenapa gue nerima dia jadi pacar gue,"

"Lo bener-bener gaada perasaan sama Justin?" Tanya nya. Gue terdiam, jujur gue emang ngga punya rasa apa-apa sama Justin, tapi kalau ngelihat dia gue merasa tenang.

"Ngga!"

"Seriously?"

"Iya. Gue sayang sama Cam, dan gue gaakan ninggalin dia." Ujar gue. Madison menghembuskan nafas nya pelan.

"Gue gabisa maksa lo kalau emang lo gasuka sama Justin. Tapi, asal lo tahu Justin itu bukan orang yang gampang jatuh cinta, dan saat dia jatuh cinta sama lo berarti lo adalah orang yang special."

Gue terdiam, apakah gue se-special itu dimata Justin?

"Tapi gue gapernah melakukan apa-apa sama Justin, kenapa dia milih gue?"

"Lo ngga melakukan apa-apa aja dia bisa jatuh cinta sama lo, gimana kalau lo melakukan apa-apa? Cinta mati dia." Ujar nya terkekeh. Gue pun tersenyum kecil.

"Maaf, tapi gue gabisa. Justin baik, gue yakin Justin akan dapet yang jauh lebih baik dari gue." Ujar gue tersenyum.

"Gue boleh minta sesuatu?"

"Apa?" Tanya gue. Madison menghembuskan nafas nya pelan.

"Tolong jadiin Justin teman lo,"

"Gue takut dia menganggap nya lain, gue gamau dia menganggap nya gue memberi harapan sama dia. Kasihan, itu tambah bikin dia sakit hati." Ujar gue.

"Ngga, percaya sama gue."

"Ok, Uhm, boleh ngga kalau gue membawa Cam ke dalam pertemanan gue sama Justin?" Tanya gue ragu-ragu. Madison mengangguk pelan.

"Mungkin dengan cara itu Justin bisa menerima,"

Love You Like A Love SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang