Not Bad

43 6 2
                                    

Thalia POV

Hari demi hari pertemanan gue dan Justin menjadi lebih dekat, dan gue bersyukur Cam gapernah marah soal itu. Gue emang ngga cerita apa-apa sama Cam, tapi untung nya Cam mengerti.

Hari ini gue gaada jadwal kuliah, jadi hari ini gue ngga berangkat ke kampus. Gue bersyukur Harry hari ini ngga ada jadwal kuliah juga jadi dia bisa nemenin gue di rumah.

"Woi, bengong aja lo." Seru Harry mengejutkan gue dari belakang. Gue yang sedang menonton TV hanya menatap nya datar, gue ngga merasa terkejut.

"Eh kiting, sini lo duduk gue mau ngomong." Ujar gue menepuk sisa lahan sofa di sebelah gue.

"Apaan?" Tanya nya yang duduk disamping gue.

"Kapan lo mau nembak Kenny?" Tanya gue. Dia pun hanya menggaruk-garuk tengkuk nya.

"Gue serius. Eh kiting, Kenny tuh sahabat gue, gue gaakan ngebiarin dia lama-lama gadikasih kepastian sama lo." Ujar gue.

"Heh, gue juga mau nya cepet-cepet jadian, tapi kan semua butuh proses. Biar kita berdua bisa lebih mengenal satu sama lain, emang nya gue elo yang pedekatean seminggu pas nembak langsung diterima."

Gue menoyor kepala nya, kenapa dia bawa-bawa gue?

"Yang penting gue langgeng udah 3 bulan lebih," ujar gue.

"Langgeng sih, tapi jalan gapernah, pacaran ngga romantis. Mending gue sama Kenny, biar ngga pacaran tapi romantis terus."

Gue terdiam, memang benar kata Harry, gue dan Cam sama sekali belum pernah nge-date. Kalaupun kita pacaran paling hanya sekedar di kampus, atau ngga hanya pas dia mengantar atau menjemput gue. Huh, seengga nya gue udah jadian, not bad lah ya.

"Btw, gue perhatiin lo sama Justin makin deket. Kemarin sempet jalan bareng kan?" Tanya nya dan gue mengangguk. Kemarin Justin emang nemenin gue ke toko album untuk beli album penyanyi favorit gue, Shawn Mendes.

"Kemana?" Tanya nya.

"Cuma ke toko album,"

"Ya bagus, coba lo suruh Cam anterin mana mau dia." Cibir nya. Gue mencubit lengan nya.

"Gausah banding-bandingin sama Cam!" Seru gue. Dia hanya memutar bola mata nya.

"Justin better than him,"

****

"Cam, kamu ngga ada niatan ngajak aku nge-date gitu?" Tanya gue pada Cam. Gue dan dia sekarang lagi di taman kampus. Kalau bukan karna kata-kata Harry kemarin gue ngga akan nanyain ini.

"Nanti ya sayang, aku sekarang lagi sibuk banget." Ujar nya mengelus kepala gue. Gue menghembuskan nafas gue pelan.

"Tapi dari awal kita jadian kamu gapernah ngajak aku nge-date, Cam."

"Hm, yaudah besok malem aku jemput kita dinner ya." Ujar nya. Gue membulatkan mata gue.

"Seriously?" Ujar gue tidak percaya, dia pun mengangguk. Gue langsung memeluk nya erat dia pun membalas pelukan gue.

Gue melepaskan pelukan gue, "Janji ya?" Dia mengangguk.

Gue harus cerita sama Harry, dia harus tahu kalau gue sama Cam akan nge-date. Jadi dia ngga akan sombong-sombong lagi di depan gue.

"Kamu mau jemput aku jam berapa?" Tanya gue.

"Jam 7, kamu harus cantik, eh tapi kamu kan emang udah cantik." Ujar nya. Gue merasakan pipi gue memanas.

"Ih blushing."

"Engga," elak gue. Dia pun tertawa dan mengacak rambut gue. Gue kembali memeluk nya.

"I love you Cam." Ujar gue di dalam pelukan nya.

"I love you too,"

Gue tersentak, kenapa gue rasa kata itu ngga terasa special?

Love You Like A Love SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang