It's Ok

79 7 0
                                    

Thalia POV

"Thalia, Harry kapan pulang?" Tanya Kenny pada gue.

"Lusa, seharusnya dia masih kangen-kangenan dulu sama Mom nya disana, tapi lo udah bawel banget nyuruh dia balik kesini."

"Bodo," ucap nya. Gue menggelengkan kepala gue dan meminum minuman gue. Gue dan Kenny sekarang tengah berada di kantin kampus. Jam mata kuliah pertama udah selesai.

"Ken, lo ngerasa ada yang merhatiin kita ga sih?" Ujar gue. Dia mengangguk dan tersenyum.

"Dih, senyum-senyum."

"Emang ada yang merhatiin kita," ujar nya diiringi senyum nya yang daritadi mengembang.

"Siapa?"

"Justin." Jawab nya semangat. Gue mengedarkan pandangan gue ke sekeliling kantin untuk mencari keberadaan Justin.

"Dia ngga di kantin, dia di situ." Tunjuk nya pada Justin yang sedang duduk di bangku taman seraya bermain gitar. Kantin kampus gue emang dekat sama taman kampus, dan kebetulan posisi duduk gue sangat dekat dengan taman.

"Ngapain dia merhatiin kita?" Tanya gue menatap Kenny yang sedang menatap Justin terpesona.

"Gue bilangin Harry ya lo, Ken." Seru gue. Kenny mengalihkan pandangan nya pada gue.

"Ya mana gue tahu, tanya aja langsung."

"Males."

"Hai girls!" Seru Matt yang tiba-tiba datang. Ia pun duduk disamping gue dan tersenyum pada gue dan Kenny. Gue membalas senyuman nya.

"Kok lo disini? Ngga nemenin Justin yang sendirian di taman." Ujar gue melirik Justin.

"Sejak kapan lo perduli sama Justin?" Tanya Kenny acuh.

"Gue cuma nanya."

"Justin lagi bikin lagu, maka nya sendiri." Ujar Matt. Gue melihat mata Kenny menjadi berbinar.

"Seriously? Dia bisa bikin lagu? Oh my god, suara dia pasti bagus banget." Ujar Kenny semangat. Gue memutar bola mata gue dan melirik Justin, ternyata dia lagi menatap gue. Dia tersenyum dan gue membalas senyuman nya.

"Justin sebenarnya orang yang romantis, tapi dia berubah dingin gara-gara mantan sialan nya itu." Ujar Matt. Kenny menatap Matt serius dan gue hanya menatap Matt datar. Gue ngga tertarik, sangat ngga tertarik.

"Emang mantan nya kenapa?"

"Mantan nya ketahuan selingkuh dihari Justin ulang tahun." Ujar Matt. Kenny mengalihkan pandangan nya menatap Justin sendu.

"Poor Justin. Sakit banget." Ujar Kenny dramatis.

"Ini kenapa jadi ngomongin Justin sih?" Ujar gue malas.

"Biarin sih Thal, lo jahat banget kan kasian dia." Ujar Kenny menaruh kedua tangan nya dibawah dagu nya.

"Drama banget lo,"

"Terus mantan nya dia itu pergi ke rumah nenek nya di Florida dan tinggal disana. Gue seneng banget karena perasaan sakit hati Justin berkurang." Jelas Matt.

"Ter--"

"Ssssh, stop!" Gue menahan ucapan Kenny.

"Kalau mau ngomongin Justin tunggu dulu, gue pergi dulu. Gue mau temuin Cam dulu, bye." Ujar gue mengacak rambut Kenny dan Matt lalu pergi.

****

Justin POV

"Justin sini!" Gue mengdengar teriakan Matt dari arah kantin, gue pun berlari menghampiri Matt dan Kenny sahabat Thalia.

"Hai, ada apa?" Tanya gue lalu duduk di samping Matt. Gue menyenderkan gitar gue di tembok dekat gue.

"Hai Just!" Sapa Kenny semangat. Mata nya selalu berbinar kalau natap gue, gue pun tersenyum.

"Udah selesai bikin lagu?" Tanya Matt. Gue menggeleng.

"Inspirasi gue nya pergi,"

"Dia mau temuin pacar nya," ujar Kenny. Gue tersenyum pahit, susah kalau deketin cewek yang punya pacar.

Sebenarnya ini salah gue, kenapa gue masih coba deketin cewek yang udah punya pacar? Gue ngerasa kalau gue ngga tahu diri aja, seakan-akan gue berusaha ngerebut Thalia dari pacar nya. Tapi, gue ngga akan memaksakan kehendak gue buat bersama Thalia, gue hanya ingin perasaan gue buat Thalia tetap berjalan walaupun seiring berjalan nya waktu pasti hilang.

"Calm down, Justin. Mereka hanya pacaran." Ujar Kenny menyemangati gue.

"Gue gaakan merebut Thalia,"

"Yaudah, sama gue aja." Ujar Kenny mengedipkan sebelah mata nya. Gue tertawa kecil, kenapa Thalia ngga bisa bersikap seperti itu pada gue? Gue hanya ingin jadi teman nya, walaupun hati gue menginginkan lebih.

"Thalia bilang lo pacaran sama sepupu nya kan? Emh, Harry! Iya Harry kan?" Seru Matt pada Kenny. Kenny menghembuskan nafas nya pelan.

"Kita ngga pacaran, cuma temenan."

"Friendzone? Sakit tuh." Celetuk gue. Kenny menaikkan sebelah alis nya.

"Sakitan mana sama lo yang gebetan nya pacar orang?"

"Sakit Ken Sakit."

Walaupun gue tahu kalau gue ngga akan pernah bisa jadi pacar Thalia it's ok. Seengganya gue dan Thalia bisa berteman nanti.

Love You Like A Love SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang