Ntahlah :(

199 13 0
                                    

Jum'at, 20 Februari 2015

Saat itu, aku antara senang tidak senang akan pergi ke sekolah. Dengan niat yang sedikit ragu, dan akhirnya aku membulatkan niat untuk masuk sekolah hari itu. Masih terngiang jelas, suara saat mama ayah menyuruh aku putus dengan Dean.

"Apakah aku harus putus dengan Dean?"
"Kalo aku ga putus, aku berkhianat dong ke orang tua"
"Yaudah mau gak mau harus putus"
"Ahh nggak bisa aku masih sayang sama Dean"

Masih saja aku ingat kata kata itu. Ntah kenapa, aku masih ingat detail setiap kejadian yang pernah kita lewati, dan apapun yang berhubungan dengan kamu masih terekam jelas di memori otakku.

Pagi itu, aku menceritakan semuanya ke sahabat sahabatku. Mereka sangat mengerti kondisiku saat itu. Bahkan mereka menghiburku, agar air mataku tak makin deras. Saat itu, aku memutuskan untuk menemui Dean ke kelasnya. Tentu saja, aku bersama dengan sahabat sahabatku.

Sudah menjadi rutinitas sekolahku, setiap Jum'at selalu diadakan kerja bakti massal. Aku pun memutuskan untuk tidak kerja bakti demi Dean.

Anak tangga demi anak tangga aku tapaki. Iya, kelas Dean di lantai 2. Aku sedikit lega saat aku tau, Dean ada disana. Aku menangis kala itu juga. Aku menceritakan semuanya kepada Dean. Masih teringat jelas, kamu malah tertawa melihatku dengan kondisi seperti itu. Ya aku juga ingat, refleks, aku memukul badanmu saat itu juga. Aku tertawa kecil. Kamu merintih kesakitan.

Shock bangett pas itu
Dean mulai angkat bicara.
"Aku tuh cuman bercanda kemaren sama dia. Kamu ih baperan. Ngapain juga sih kamu nulis surat kayak gitu ke aku. Jadi ketahuan kan sama ortu mu. Terus sekarang terserah sih kamu mau gimana?" kurang lebih seperti itu lah yang dia ucapkan saat itu.
Ya, aku tidak bisa membohongi hatiku saat itu. Aku lebih memilih bertahan, meskipun aku tau ending nya sama kamu aku bakal sakit hati. Ya aku sangat tau itu. Kenapa bertahan? Karena aku sayang banget sama Dean.

***

1 hari
2 hari
10 hari
20 hari
And
30 hari.

Senin, 23 Februari 2015

Iya dean, saat itu kita first monthversarry. Saat itu saja kamu sudah lupa tanggal kita jadian. Ntahlah, aku masih berharap kamu ingat hal itu yan, sampai sekarang. Aku masih ingat, saat itu aku sempat berfikir kalau hubungan aku sama Dean gak bakal lama, paling mentok ya satu bulan satu minggu. Aku masih ingat. Saat itu kamu memberikan senyum termanis mu kepadaku, bahkan sampai saat ini hari ini sampai detik ini, senyum dari mulut manismu sangat aku nantikan, walaupun aku sudah bukan siapa siapamu lagi. Bahkan, se detail kejadian seperti ini pun masih aku ingat yan, bayangkan betapa sayangnya aku saat itu sampai sekarang pun hal kecil yang pernah terjadi di antara kita tak akan pernah ku lupa. Tingkah konyolmu, semua tentang dirimu menjadi topik utama yang ada dipikiranku, bahkan setelah 16 bulan berlalu sampai sekarang.

Senin, 2 Maret 2015

Aku berharap hari ini akan berjalan seperti biasa, tanpa ada masalah sedikitpun. Iya, masih ingatkan saat monthversarry aku berpikir bahwa..iya yan, kita akan putus hari ini. Tapi aku tau itu hanya pikiran negthink. Dan aku tau itu gak bakalan terjadi pada hari itu. Ya saat istirahat kedua setelah dari kantin, aku menyempatkan mampir ke kelasmu. Saat itu, benar benar aku ingat aku kangen kamu Dean. Apa kamu masih ingat? Saat itu kita duduk berdua di depan kelasmu tanpa sungkan di depan teman temanmu? Apa kamu ingat? Tanpa sungkan kamu memanggil aku sayang di depan teman temanmu? Dan kamu berani berdua denganku, walaupun cctv didepan kelasmu aktif saat itu. Dan aku sedikit lega saat itu, karena dugaan ku tidak benar sama sekali. Aku masih ingat, saat itu aku mengobrol apapun dengan kamu, apapun yang ingin aku bicarakan kepadamu. Dan hal yang tidak aku inginkan terjadi saat itu juga. Iya, masih ingat kan yan? Saat aku bercerita aku pernah suka kepada salah satu classmate mu? Dan saat itu juga kamu marah, bahkan sangat sangat marah. Sampai sekarang pun aku tidak paham, kenapa kamu bisa se marah itu. Ya! Bel masuk sudah berbunyi. Aku tak peduli, aku masih ingin membujuk Dean. Padahal kamu mengatakan "iya" saat aku bertanya "janji ya kalo aku bilang kamu gak bakal marah" aku ingat saat itu, kelasku akan ada pelajaran bahasa Indonesia. Padahal aku tau, guru nya tidak mengizinkan siswanya telat semenit pun. Dan jika telat, maka siswa itu tidak di izinkan masuk.

Terlihat kan? Saat itu, aku benar benar berjuang demi kamu. Masih ingat kan? Apa respon kamu saat itu, ya kamu hanya diam pura pura mengerjakan pr. Iya, pr. Padahal hari itu kamu tidak ada pr. Tapi kamu sok sibuk saat itu.

Aku mulai pergi saat itu, karena aku berpikir sampai mulutku berbusa sekalipun kamu tidak mau mendengarkan aku.
"Kenapa sih? Kamu bisa se marah itu sama aku. Padahal itu hanya masalah sepele" tanya hatiku saat itu.

Sampai juga aku dikelasku. Campur aduk perasaanku saat itu. Saat aku masuk kelas, gurunya sudah duduk di meja guru.
Omg! Apa yang bakal aku lakuin sekarang, ya kali aku mau dihukum. God. Help me

Hai readers, hehe makin ga nyambung ya ceritanya, hiks hiks aku sedih. Jangan lupa votemment ya, itu berharga banget buat aku. Readers berdoa aja, supaya aku bisa meneruskan ceritaku. Baper sekali :(

Silvia nurlaili

Move On? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang