Ia pria yang tinggi, berkulit cokelat terang, tubuh proposional dengan wajah tegas. Rahangnya seibarat keteguhan hatinya, yang jauh-jauh kuliah ke negeri orang agar ia punya pendidikan yang katanya tinggi. Jauh-jauh ke negeri orang, agar katanya ia menyerap semua ilmu dari sana. Kalau kalian perhatikan dari jauh, seperti ada sesuatu yang berbeda pada dirinya. Bahunya seperti pas untuk sandaran kita yang lelah, dadanya yang bidang seperti pas untuk kita meletakkan kening dan menikmati debaran jantungnya yang menenangkan hati, dan tangannya yang kokoh sangat pas untuk memeluk. Ahh, coba kalian saja yang mencobanya sendiri atau sedikit membayangkannya. Ia jauh dari kata pria metroseksual, namun ia selalu tampil rapi dan bersih.
Diusianya yang berjalan dua puluh lima tahun, ia sudah meraih gelar doktor yang susah payah ia dapatkan hingga ke Prancis sana, gelar magister hingga ke Inggirs, dan strata satu hingga ke Amerika. Kakeknya pernah mengejeknya, kenapa kuliah jauh-jauh kalau di negeri sendiri kamu juga bisa dapat gelar yang sama. Mereka itu penjajah! Lihat saja banyaknya koleksi buku dan benda bersejarah kita hanya ada di luar sana. Mereka ambil ilmu kita!
Tahu apa yang ia jawab? Dengan ketenangan luar biasa dan ketidakpedulian tinggi Aku tidak mau tahu apa yang terjadi hingga buku dan benda bersejarah kita sampai di sana, Kakek. Yang aku mau tahu bahwa semua orang berhak tahu tentang ilmu itu, semua orang berhak mendapatkannya. Jadi aku tidak masalah mau dimana buku-buku yang katanya milik bangsa kita ini berada. Selagi masih terpublikasi, selagi masih bisa dimanfaatkan kahlayak banyak untuk memajukan dunia pendidikan, aku tidak peduli. Untuk itu aku jauh-jauh ke sana, biar ku ambil semua ilmu mereka, biar aku bisa membagikannya di sini, biar kita bisa sama majunya dengan mereka. Sang Kakek yang mendengarnya tak pernah lagi membahas alasannya kuliah ke negeri orang hingga saat ini.
Dialah Zionathan Adiwidya Benjamin. Susah-susah dan butuh waktu lama bagi Kakeknya mencari nama itu, agar nanti cucunya menjadi laki-laki yang murah hati dan memiliki pengetahuan yang tinggi. Zionathan yang artinya laki-laki yang murah hati pemberian dari Tuhan dan Adiwidya yang berarti pengetahuan yang tinggi, sedangkan Benjamin adalah nama keluarganya. Ya, ia muda dan berkarakter. Dibalik kemudaannya, ia sudah menjadi kepala sekolah di SMA Anak Bangsa. SMA yang didirikan oleh Kakek Buyutnya, jauh sebelum ia lahir. Sekolah yang sudah mengalami kerasnya jaman. Ia tidak peduli anggapan orang banyak tentang dirinya yang sudah meraih gelar doktor tapi kenapa berakhir di bangku kepala sekolah padahal bisa mendapatkan hal lain yang lebih luar biasa. Ia lebih peduli, bahwa ia harus menggapai mimpinya. Menjadi seorang tenaga pendidik dan menjadi kepala sekolah di sekolah yang juga pernah menjadi almamaternya itu. Baginya, menjadi bagian dari perjalanan pendidikan seorang murid itu luar biasa.
Di sinilah ia. Berdiri untuk hari pertamanya menjabat sebagai kepala sekolah di SMA Anak Bangsa, menggantikan Pak Darmawan yang akan pensiun. Guru sekaligus mentornya. Tatapan para siswa dan siswi pun begitu antusias. Ia Kepala Sekolah termuda se-Indonesia, bahkan mungkin se-Dunia. Cerdas, tampan, dan berwibawa. Namun untuk mata siswi perempuan atau wanita di luar sana yang berharap menjadi kekasih hatinya, ia lebih tepat dengan slogan sexy, free, and single.
Mata-mata memuja menatapnya penuh semangat. Hari tu, SMA Anak Bangsa ramai sekali. Menjadi perbincangan seantreo negeri. Ia berpidato dengan gagahnya, mengoarkan betapa pentingnya menata masa depan dari sekarang. Tidak perlu lah kita jabarkan isi pidatonya di sini, kalian yang tidak peduli dengan dia pasti akan menganggap pidatonya sama membosankan seperti pidato setiap upacara di Senin pagi. Namun, ia mendapat tepukan riuh dari murid cowok di akhir pidatonya. Kalimat akhir yang ia sampaikan seperti menyentuh kalbu walau nanti lenyap begitu saja.
"Nakal itu biasa. Saya pun mengalaminya" ucapnya memandangi muridnya, khusunya murid cowok, "Boleh nakal, tapi tetap cerdik! Cerdas terdidik!"
Dia Zionathan Adiwidya Benjamin, bisa kalian panggil Zio, atau Nathan, atau juga Adi walau ia lebih suka dipanggil Nathan. Akan memulai harinya di sekolah ini, yang pasti akan membawanya lebih jauh untuk berpikir ulang tentang apa yang paling ia harapkan saat ini. Saat semua impiannya sudah tercapai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengeja Langit
RomanceZionathan Adiwidya Benjamin, menjadi Kepala Sekolah di SMA Anak Bangsa dalam usia yang sangat muda. Siswa dan perempuan di luar sana lebih memberikan slogan pada Nathan 'sexy, free, and single.' Gea Violin Arumesta, memploklamirkan dirinya bahwa ia...