Setelah kejadian tadi malam yang begitu memalukan, membuat muthia jadi sosok yang sangat diam. Beberapa kali ia di tanya dengan fauzi, lagi-lagi jawabannya hanya gelengan kepala saja."Mut, gue bukan orang yang peka. Cerita ke gue coba, yang sekarang gue tau elu yang punya masalah." Tanya fauzi melembut kepada muthia, ia tahu betul sahabatnya sosok wanita yang seperti apa. Muthia sosok cewek yang kuat ia tidak akan pernah menunjukan sikap lemah tapi hari ini, sosok itu tidak ada.
"Bentar lagi kita briefing " lanjutnya, fauzi memperhatikan wajah muthia dengan tajam. Ia melihat mata muthia yang lembab habis nangis, "mata panda lo keliatan tau, coba cerita kenapa!" Geretaknya kesal.
Lagi, lagi, dan lagi. Fauzi hanya mendapatkan gelengan dan keheningan.
"Lo mau bikin penumpang lo berserta gue dan awak kabin jatuh? Gara-gara lo yang kayak gini?" Tanya fauzi yang membuat muthia menoleh, "inget ga janji lo ke gue?"
"Apapun masalah yang gue hadapi, gue bakalan cari jalan keluarnya tanpa melibatkan urusan pekerjaan. Inget ga lo pernah ngomong gitu?"
Muthia mengangguk, "ini beda, gue gak tau mesti ngapain" ucapnya lemas, ia ingin menangis menumpahkan segala keluh kesahnya kepada fauzi. Tapi ia juga harus tau bahwa selama ini dia selalu merepotkan fauzi dalam apapun.
"Gue takut lo kecewa, gue takut semua orang yang sayang dan percaya sama gue kecewa." Lanjutnya yang berlinangan air mata, wajah cantiknya kini kembali menumpahkan air matanya. Baju yang gagah kini terlihat lemah. Fauzi menatap tidak percaya. Sahabatnya berbeda. Itu yang dia rasakan.
"Lo kenapa jangan bikin gue tambah khawatir, mut!."
"Maaf deh kalo gue selalu bikin lo khawatir, yaudah jadwal kita hari ini di pesawat G09. Eh bukannya itu pesawat pribadinya kakek ya?" Tanya ku langsung antusias.
Fauzi mengangguk, "emang lo ga tau? Tujuan kita kesini itu mau nganterin cucu-nya ke canada."
"Serius?." Tanya muthia langsung turun dari bus, lalu mengambil kopernya.
"Iya elo sih pas briefing , dengerin makannya!" Ucap fauzi mengikuti muthia, mereka berjalan dengan gagahnya menyeret koper.
"Eh gue keliatan abis nangis ga?" Tangannya menunjuk mukanya sendiri. Fauzi langsung mengambil sapu tangannya dari celana pilotnya. Mengelap pipinya yang sedikit, basah.
"Beres."
"Gue tau kita bakalan terbang ke canada, tapi serius ini cucu-nya kakek?"
"Iya muthia rizqi, kita berdua ditunjuk. Eh engga cuma berdua sih berempat tapi kita yang intinya. Lo tau kakek orangnya gimana kalo ke elo? Percaya banget." ucap fauzi.
"Jauh amat ya, emang ada urusan apa si cucu-nya ke sana?"
"Pekerjaan kali"
"Yaudah semoga cucu-nya baik ya kayak kakek."
"Yah- semoga" ucap fauzi yang tahu sifat aseli cucu-nya.
Akhirnya mereka briefing, setelah semua persiapan sudah selesai. Pesawat sudah di cek sedemikian apiknya. Mereka take off, bukan hanya fauzi dan muthia saja. Andre dan dean juga menjadi pilot dan co-pilot pengganti mereka dikala sudah lelah. Karena pesawat yang akan mereka tumpangi tidak akan transit atau pun landing dinegara lain.
***
Saat mereka sudah landing disalah satu bandar udara yabg terletak di ibukota canada. Seorang cucu Mr. Gates ingin bertemu pada pilot, co-pilot, beserta awak kabin. Ingin menyambut mereka, dan berucap terima kasih sudah mengantarkannya dengan selamat tanpa kendala apapun. Dan juga untuk beberapa bulan ke depan.
![](https://img.wattpad.com/cover/75149956-288-k144042.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Wife [ON GOING]
RomanceApa yang akan terjadi jika janji suci dimainkan oleh sebuah drama. Semua sudah diatur dengan matang. Tapi siapa sangka jika hati sudah memilih dimana ia akan tinggal? Logika akan kalah. Tidak semua pernikahan akan berjalan dengan bahagia, banyak hal...