13. Author POV : hilang

1.3K 61 4
                                    

Saat ini muthia sedang dikantor menyiapkan jadwal terbangnya untuk setahun kedepan, diindonesia. Semuanya sudah pulang bahkan pernikahannya diundur karena sesuatu yang mengharuskan itu diundur. Itupun kakek yang memintannya, muthia bersyukur.

Bukan berarti pernikahannya diundur dan muthia terbebas dari kennan, malahan ia semakin gondok akibat kennan selalu saja menemuinya dikantor dengan alasan mempersiapkan dan merencanakan acara pernikahan mereka.

"Ken, gue itu lag-mph" ucapnya terpotong saat kennan membekap mulut merconnya, yang asal sembarang berbicara non formal dikantornya.

Kennan hampir saja mengeluarkan bola matanya agar muthia mengerti jika di plototi saja tak mempan, justru muthia memukul tangan kennan yang masih membekap bibirnya. Dan berkata tak jelas, membuat kennan tersenyum di dalam hatinya.

Kennan membawa muthia kedalam ruangannya dengan terburu-buru, tidak berniat untuk melepaskan tangannya dari mulut muthia. Ia juga tidak peduli tatapan seluruh pegawainya.

setelah sampai pada ruangan kennan, kennan mulai membuka mulut muthia pelan pelan karena Ia takut muthia teriak yang membuatnya sakit. Muthia mendesah kasar, langsung mengambil oksigen sebanyak banyak.

"Lo. Tuh. Ya. Mau. Buat. Gue. Mati?" Katanya dengan dada yang naik turun.

"Ah napas gue!!" Ia memukul mukul dadanya, mulutnya juga terus berkomat kamit mengucapkan sumpah serapah untuk kennan.

Kennan malah menyenderkan pinggangnya ke meja kantornya, "ini kantor, sayang?"

muthia mendengus sebal sembari tersadar bahwa ini adalah kantor plus perusahaan kennan, lagi lagi ia harus mengingat perjanjian itu.

Bersandiwara, batin muthia malas.

"Baiklah, ada yang bisa saya bantu pak kennan yang terhormat." Ucapnya sangat formal.

"kakek mau ketemu sama kamu, dirumahnya."

"Ya, saya akan menemuinya sore ini." Tanya muthia sambil membereskan baju formalnya.

"Tidak bisa, kau harus denganku. Aku tidak mau kakek menanyakan hal aneh tentang hubungan ini."

"Kenapa? Kenapa selalu dengan alesan seperti itu?!" Tanya muthia sangat sebal, karena siang ini dia akan makan siang dengan aga.

"Jangan jadi wanita sok mahal, diam dan ikuti apa kata ku." Ancam kennan, padahal bukan kalimat itu yang akan ia lontaran kepada wanita dihadapannya. Kennan tahu bahwa wanita ini akan pergi dengan seseorang siang ini, jadi dia akan menghambatnya apapun itu jalannya. Bahkan ia memohon kepada kakek, untuk meminta muthia datang kerumah kakek.

Muthia terhentak akibat pelontaran kennan yang begitu menusuk hatinya, "Jam kantor saya sudah habis, saya tahu anda seorang pria muda sukses, tampan dan 'terhormat'. Bahkan saya sangat tahu bahwa anda orang kaya, saya orang miskin bukan keturunan darah biru, bahkan saya sangat tidak dihormati seperti anda. Hidup saya sudah susah, bagi saya untuk makan dan sekolahin adik saya saja harus banting tulang kesana kesini. Saya mohon, sangat mohon. Kenapa harus saya?"

***

Dering telfon diponselnya terus menerus berbunyi, pertanda seseorang telah menelfonnya. Saat ini muthia sedang diatas atap gedung kantor kennan, yang memperlihatkan pemandangan pesawat yang sedang take off dan landing secara bergantian.

dering telfon itu terus saja meramaikan situasi sepinya, dengan sisa tenagannya ia mengangkat telfon itu tanpa melihat siapa penelfonnya.

"Ya?"

"Lo dimana?" Tanya seseorang di ujung telfon itu.

"Siapa?"

"Aga, lo dimana?"

The Perfect Wife [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang