Chapter 2

664 59 1
                                        

"Mamaaa!"

"Jeanne... sini! makanannya udah siap," kata mama sambil mendorong kak Jeanne.

Aku harus melepas sepatu dan kaus kakiku dulu.

"Lilyyy...." kak Kayla memelukku dari belakang.

"Kak..."

"Ayok, Ly, makan. Kakak udah buat Ayam goreng kesukaan kamu,"

"Hah iyaa?"

"Iya dong,"

Yah... Aku senang karena akhirnya kami bisa makan bersama, apalagi dengan masakan kak Kayla.

"Nih, Jeanne cobain yang ini, Kayla yang masak, enak loh," kata mama sambil memberikan kak Jeanne sepotong daging sapi.

Yak, seperti biasa, mama hanya memperhatikan kakak.

"Lily juga nih cobain," kak Jeanne juga memberi ku sepotong daging sapi masakan kak Kayla.

"Lily udah cuci tangan belom?" Tanya mama.

"Oh iya," aku segera beranjak dari kursiku dan menuju wastafel.

"Gimana sih, udah gede juga gak ngerti-ngerti," kata mama.

Kak Jeanne menyusulku.

"Kakak juga lupa, hehehe,"

"Ih kakak..." balasku sambil tertawa.

Aku sadar hanya aku yang dimarahi mama, kak Jeanne tidak.

Setelah selesai makan, aku segera mencuci semua piring yang telah dipakai. Biasa di rumah, akulah yang bertugas untuk mencuci piring.

"Wahh... Lily udah pinter," kata kak Kayla.

"Iya lahh... nyehehehe,"

"Kakak ke kamar dulu ya," katanya sebelum pergi menuju kamar.

Tiba-tiba aku mendengar suara ketukan pintu dari depan.

"Lilyyy! liat itu ada siapa," suruh mama.

"Iya, ma!"

Aku segera mengeringkan tanganku dan membuka pintu depan.

Aku mendapati sosok yang familiar.

Cowok yang bantuin aku tadi!!

"Hai..." sapanya.

"H-hai,"

"Eh, lu yang tadi gue tabrak.. ya kan?"

"I..iya,"

"Ohh.. hmm.. ini snack dari Bandung, gue baru pindahan ke sini,"

"Ohhh... Thankyou yaa!" Kataku sambil menerima snack yang diberikannya.

"Iya, gue balik dulu,"

Duh, nih cowok cakep banget..

"Oh ya.. gue Nolan," katanya sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman.

"Oh gue Lily," jawabku sambil menjabat tangannya.

"Ohh, yaudah, duluan ya," katanya sebelum pergi.

Nolan...

Aku segera masuk dan memberikan mama snack darinya yang terlihat mengiurkan.

"Ma, ini cemilan dari tetangga. Baru pindah ke sini,"

"Ohh... cemilan apa? Nih, tawarin kakak aja," kata mama.

Kakak.. kakak.. selalu aja kakak.

Aku pergi menuju kamar dan memberikannya pada kakak dan segera pergi keluar. Aku agak kesal, dan cemburu.

"Eh.. Lyyy! Tunggu.. ngobrol dulu dong bentar," kata kak Jeanne.

"Kenapa?!" Tanyaku kesal.

"Sini masuk dulu,"

Aku masuk dan duduk di atas kasur.

"Gimana sama mama?" Tanya kak Jeanne yang sedang melihat-lihat majalah.

"Emang kenapa?" Tanyaku.

"Yang kamu cerita loh dulu, sekarang gimana?"

"Yah... masih samalah,"

Tiba-tiba mataku mulai berkaca-kaca.

Yak, aku pernah menceritakan masalahku dengan kakak. Untung saja mereka mengerti apa yang kurasakan.

Kak Kayla memelukku, dan aku menyenderkan kepalaku di atas pundaknya.

"Udah, jangan dipikirin lagi.. Mama sayang kok sama Lily,"

"Apa yang sayang kak? Mama selalu dingin sama aku!"

"Trust me, mama sayang banget sama kamu. Mama dingin gitu juga demi kebaikan kamu kok,"

Aku meneteskan air mata. Sudah lama aku menahannya, rasa sakit ini.. Mama tidak pernah sekalipun memperhatikanku.

Aku sangat bersyukur punya kakak yang pengertian seperti mereka. Umur kami memang lumayan jauh, mungkin itulah mengapa kami sangat akur.

"Lily..." Kak Jeanne membelai rambutku, sampai aku jadi tenang, sampai aku tertidur.

..........

"Tringgg.... Tringgg...."

Alarm.. diam kau!

Aku mematikan bunyi alarm dari ponselku dan segera menuju kamar mandi. Setelah mandi aku segera sarapan, sarapan yang dibuat mama.

Setelah itu aku menyiapkan barang-barang, menyisir dan mengikat rambutku menjadi ikat satu, lalu memakai kaus kaki dan sepatu hitamku, baru berangkat ke sekolah.

"Ma, aku berangkat yaa!"

"Yaa.."

Aku keluar dan mendapati Nolan sedang memakai sepatunya di halaman rumahnya.

Dia melihatku...

"Eh, Haii..." katanya.

"Haii.." balasku

"Lu jalan kaki?" Tanyanya.

"Iya,"

"Tungguin gue dong,"

Jalan kaki sama dia? No... kok nervous gini ya.

Aku berdiri dan menunggu di depan rumahnya.

"Dahh.. Ayok," katanya sehabis mengikat tali sepatunya.

Aku berjalan dengannya, rasanya sungguh canggung bagiku. Ini kali pertama aku jalan berdua dengan seorang cowok, cowok cakep.

"Sejak kapan lu sekolah disini?" Tanyaku padanya, memulai percakapan.

"Sejak.. kemaren,"

"Ohh.. Kelas berapa?"

"Kelas 10.2. Kalo lo?"

"O-ohhh, gue kelas 10.4,"

Di sepanjang jalan, kami tidak banyak bicara, yah.. ini sangat canggung. Dia pasti merasa, aku sangat membosankan.

Kalau saja dia berjalan dengan Leah... pasti lebih menyenangkan.

___________________________________

Yeayyyy... Chapter 2 udah selesai... Semoga kalian suka ceritanya.. Ditunggu ya saran dan pendapatnya!:D

-Author

Ugly DucklingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang