Kebahagiaan

97 4 1
                                    

Pernahkah kamu berpikir untuk mati ketika seseorang menyumpahimu dan menyalahkanmu?

Hal paling mengerikan dalam hidup adalah keinginan terbesar untuk mati, tapi kita takut untuk mati.

Aku selalu disalahkan oleh orang tuaku dan kakak-kakakku. Mereka menganggap aku ini bodoh dan tak berguna. Setiap aku ingin membantu mereka, mereka selalu meneriakiku dengan penuh kebecian.

Aku pikir, untuk apa aku disini kalau hanya untuk dicaci maki? Seperti tak ada orang lain yang bisa dilampiaskan kemarahannya selain aku.

Jadi, aku berpikir untuk membuat mereka bahagia dengan cara lain.

Pada tengah malam, aku mengendap menuju kamar kakakku dengan membawa pisau. Lalu, aku dekati dirinya yang tengah tidur dengan nyaman. Tanpa sepengetahuannya, aku langsung menancapkan pisau itu ke dadanya dan matanya terbelalak lebar saat merasakan tajamnya pisau yang menusuk dadanya. Ia yang ingin berteriak, segera kubekap mulutnya dengan tanganku.

"Tenanglah, kak. Aku akan mengantar Kakak ke surga. Jadi, tidurlah dengan tenang,"bisikku lembut. Sampai ia kehabisan nafas dan darah, barulah aku lepas. Ah, ia sudah tidur lagi rupanya. Ya, tidur untuk selamanya. Enak kan? Kau tak perlu memikirkan apapun lagi selain tidur dengan nyenyak di atas kasur yang empuk ini.

Lalu, aku juga melakukan hal yang sama pada kakakku yang kedua. Dan terakhir orang tuaku, mereka telah membesarkanku hingga sekarang dan aku ingin mereka bahagia.

Aku sempat membawa pisau cadangan untuk momen terakhir ini. Kunaiki kasur orang tuaku dan duduk di antara mereka. Dua pisau sudah siap di kedua tanganku. Dan tanpa ragu, kutancapkan keduanya di dada orang tuaku.

"Aaarrrghhh!!"jerit ayah dan ibu.

Aku tersenyum melihat mereka yang tengah kesakitan. Ini akan menjadi akhir segalanya.

"Kau!! Kenapa? Kenapa membunuhku??"tanya ayah dengan nada benci dan takut.

"Aku hanya mengantar kalian ke surga supaya kalian bahagia. Ini bentuk terima kasihku pada ayah dan ibu yang telah membesarkanku hingga saat ini. Jadi...."

Tak ada lagi suara jeritan. Aku pun tersenyum.

".......tidurlah dengan tenang,"

Original RiddleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang