Tangga dan Pintu

28 1 0
                                    

Malam itu, aku bermimpi berada di sebuah rumah tua. Sekitarku gelap dan rumah tersebut nampak angker. Entah apa yang ada dipikiranku, saat itu aku merasa familiar dengan rumah itu, seakan rumah itu memanggilku. Apa ini rumahku? 

Saat memikirkan semua itu, pintu terbuka dengan suara decitan yang cukup membuat bulu kudukku merinding. Seorang anak perempuan yang lebih muda dariku menilikku dibalik pintu tua yang rapuh. Rambutnya yang panjang dan berwarna abu tergerai dibalik pundak kecilnya. Matanya tak terlihat dan aku pikir tak ada bola mata di dalamnya. Tangan kurusnya meluncur pelan di permukaan pintu ke bawah. 

"Kakak, kemari. Kemari,"bisiknya pelan. 

Tubuhku berjalan mendekatinya. Kakiku menaiki tangga rumah panggung yang masih terlihat angker di mataku. Sampai di depan gadis itu, ia mengulurkan tangannya padaku. "Ibu sudah menunggumu,"ucapnya. 

"Ibu?"tanyaku.

"Iya. Ayo masuk,"

Tanganku menyambut uluran tangannya dan saat kulitku menyentuhnya, aku bisa merasakan bahwa tangannya sedingin es. Apa anak ini sudah mati? Tunggu, kalau dia sudah mati, kenapa aku bisa menyentuhnya? 

Aku pun masuk ke dalam rumah itu. Ketika berada di dalam rumah itu, aku teringat pada interior dari sebuah rumah dari sebuah game yang pernah kutonton plyathrough-nya lewat channel youtube langgananku. Pandanganku hanya melihat warna abu-abu dan merah disini. Tak ada warna lain di rumah ini. 

Anak itu kemudian berbalik dan menatapku. "Kakak, berhati-hatilah. Ketika Ibu tahu kehadiranmu, kau tak akan bisa kembali. Tapi, aku ingin meminta pertolongan padamu,"ucapnya.

"Apa?" tanyaku.

"Tolong, selamatkan Ibu,"

=================================================

Saat aku sadari, aku tengah berlari menghindari sosok hitam yang mengejarku sepanjang lorong. Aku tak mengerti, kenapa ia mengejarku? Apa salahku?

Aku melihat beberapa biji kopi yang kugenggam dalam tanganku, lalu kulemparkan satu ke arah makhluk hitam itu. Ia menjerit saat biji kopi itu mengenai tubuhnya dan membakarnya. Aku pun berkesempatan untuk kabur lebih jauh darinya saat ia berhenti untuk menahan rasa sakitnya. 

Lorong demi lorong. Aku terus berlari menyusurinya tanpa melihat ke belakang. Sampai pada akhirnya aku menemukan sebuah pintu dan membukanya. Nafasku tersengal-sengal setelah berlari cukup lama. Entah timelaps macam apa yang membawaku sampai ke sini. Padahal baru saja aku sampai ke dalam rumah ini dan keanehan terjadi. Setelah aku bertemu sosok 'ibu' yang disebut oleh anak perempuan yang aku temui, ia mengejarku hingga kini. Dan yang bisa melindungiku dari kejarannya hanyalah biji kopi yang diberikan gadis itu. 

Sekarang, didepan mataku ada sebuah tangga dan pintu diatasnya. Hah, ini mungkin akan menjadi pintu terakhir yang akan kumasuki. Kunaiki tangga itu dan tanganku memegang knop pintunya. 

Klek!

Oh.

Tidak.

Anak itu.....

====================================================================

Aku terbangun dari tidurku saat mendengar panggilan ibu kosku dari luar kamar. Nafasku tersengal saat terbangun dari tidurku. Aku terhuyung saat mencoba membuka pintu kamar kosku. 

"Masih sakit, nak? Nih, ibu ada bakwan jagung. Dimakan ya,"ucapnya.

"Iya, bu. Terima kasih,"

Beliau meninggalkanku dan aku menutup pintu kamarku lagi sambil mengatur nafasku dan mengumpulkan kesadaran. Dan aku teringat dengan mimpi yang baru saja aku lihat.

Anak perempuan itu dan makhluk hitam yang bersamanya. 

Siapa mereka?

Dan......

.......kenapa

anak itu......

kepalanya ada ditangan makhluk itu?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 01, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Original RiddleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang