Aku menggeser sebuah pintu dan masuk ke dalam, ku lihat seorang gadis cantik dengan pajama berwarna biru masih terlelap diatas ranjangnya.
Aku mendekatinya, menatap wajahnya yang sedang tertidur.
Cantik sekali. Walaupun rambutnya agak berantakan tapi gadis ini tetap cantik. Tanpa ku sadari aku menyeringai sendiri. Aku segera menutup mulutku dan menggeleng-geleng.
Tidak. Aku tidak boleh seperti ini. Aku seperti orang berbahaya. Aku mengambil napas dan menghembuskannya.
"Hana, bangun! Ini sudah pagi! Nanti kau telat sekolah!" ujarku membangunkannya.
"Nnn..gg..." dia menggeliat pelan, kawaii.
Hana membuka matanya perlahan, tatapannya langsung menajam melihatku berdiri di samping ranjangnya. Aku tersenyum menatapnya.
"Ohayou, hana!" sapaku dengan senyum cerah.
"Apa yang kau lakukan di kamarku?" tanyanya dengan suara parau. Senyumku masih terpasang.
"Tentu saja membangunkan adikku yang manis ini." Jawabku masih dengan senyum cerah.
Alisnya berkedut, wajahnya menjadi kesal. Tangannya mengambil bantal dan melempar ke wajahku dengan keras.
"Keluar!!!" teriaknya.
Hana bangkit dan turun dari ranjang lalu ia mendorongku keluar dari kamarnya.
"Dan juga, aku bukan adikmu!"
*Brak!*
Aku berdiri di depan kamar hana dengan mata membulat, lalu aku menghela napas. Begini lagi. Hana selalu marah jika aku memanggilnya adik.
Yap, gadis cantik bersurai hitam yang baru saja aku bangunkan tadi adalah adikku. Adik yang baru aku dapatkan seminggu yang lalu. Namanya Aizawa Hana.
Aku turun ke lantai satu dan berjalan menuju dapur. Kamarku dan kamar hana ada di lantai dua, ruang kamar kami bersebelahan.
Sarapan sudah siap diatas meja makan, ada ayah yang sedang membaca Koran seperti biasanya. Ayah menurunkan korannya sedikit ketika melihatku duduk di kursiku.
"Mana hana?" Tanya ayah.
"Masih siap-siap." Jawabku sambil mengambil sumpit.
Tak lama, orang yang kami bicarakan muncul. Hana duduk di kursi yang ada di sebelahku. Gadis itu memakai seragam SMPnya.
Aku dan hana satu sekolah. Aku meminta ayah untuk memasukkan hana di sekolah yang sama denganku. Hana adik kelasku di sekolah. Aku kelas tiga, dan hana kelas dua.
Jika masuk SMA nanti, aku ingin hana masuk SMA yang sama denganku. Agar aku bisa menjaga dan mengawasinya.
Apa aku terdengar protektif? Iya, aku memang begitu. Aku tidak mau terjadi apa-apa dengan hana.
Aku mulai memakan sarapanku, aku melirik hana yang mengambil sumpitnya.
Hm, aku heran juga. Kenapa aku bisa begitu peduli dengannya?
Sebenarnya, sejak pertama kali aku bertemu dengan hana, perasaan ingin melindungi gadis itu muncul.
Entah berapa lama aku memperhatikannya, gadis itu sepertinya sadar. Hana menatapku tajam.
"Apa?" tanyanya dingin. Aku tersentak, lalu tersenyum gugup.
"Tidak ada apa-apa." Setelah itu kami makan sarapan kami.
Sejujurnya aku terkejut ketika ayah tiba-tiba berkata bahwa gadis yang ada di sampingku sekarang adalah adikku.
Tapi, ayah sudah menjelaskan semuanya. Walaupun penjelasannya cukup mengejutkan, tapi aku rasa aku mengerti, sedikit.