"Jadi, gadis ini adalah anak yang kau bilang itu?" kakek bertanya dengan nada menyelidik. Ayah mengangguk.
"Benar, otou-sama." Jawab Ayah.
Kakek menatap Hana dengan tatapan menelisik, sedangkan Hana duduk dengan tenang. Lalu mata Kakek beralih pada Ayah.
"Toru. Aku pernah bilang bahwa Keluarga Aizawa tidak menerima orang asing. Tapi, berhubung kau bilang bahwa gadis muda ini adalah Anakmu. Terpaksa aku menerimanya." Ujar kakek.
Kakek menatap hana yang duduk dengan sopan.
"Jagalah sikapmu baik-baik. Jangan sampai mencoreng nama baik Keluarga Aizawa." Ujar kakek pada Hana. Hana mengangguk mengerti.
"Baik." Jawab Hana.
"Baiklah, kalau begitu kami pergi. Aku harus ke perusahaan." Kakek dan Paman Ryuu berdiri, lalu mereka meninggalkan rumah kami.
Ayah dan Hana berdiri di depan rumah mengantar kepergian Kakek dan Paman Ryuu. Setelah mereka pergi.
"Ayah. Kakek itu... orang yang tegas, ya?" Tanya Hana. Ayah menoleh lalu mengangguk.
"Benar, Hana. Kakek sangat tegas. Beliau tidak suka jika ada orang asing masuk dalam keluarganya." Jawab Ayah.
Hana menoleh kearah Ayah dan menatapnya.
"Apa itu berarti Kakek tidak suka denganku? Aku orang asing yang tiba-tiba muncul dalam keluarga Aizawa." Ujar Hana.
Ayah terkesiap pelan, ia menatap Hana sejenak lalu tangannya terangkat menyentuh puncak kepala Hana.
"Tentu saja tidak. Kakek menyukaimu. Buktinya dia menerimamu dengan baik." Jawab ayah dengan senyum. Mata Hana melirik ke bawah, tatapannya menjadi kosong.
"Tapi aku orang asing. Kakek pasti marah saat tahu orang asing sepertiku masuk ke dalam keluarganya." Ujar Hana dengan tatapan kosong.
Aku mendesah berat. Hana berpikir seperti itu lagi.
"Kau adalah anakku." Kata Ayah tegas.
Hana terkesiap, gadis itu mendongkak menatap Ayah.
"Kau adalah anakku, Hana. Ibumu menitipkanmu padaku. Aku akan menjagamu, merawatmu dan melindungimu dari siapapun. Karena kau adalah Anakku."
Hana tertegun menatap Ayah. Aku yang mendengarkan dari dalam tersenyum lega. Ayah juga sangat menyayangi Hana.
"Kalau begitu masuk sana. Ganti baju dulu." Ujar Ayah, Hana menurut, gadis itu masuk ke dalam rumah.
Aku berdiri di antara Ruang Tamu dan Ruang Tengah, aku melihat Hana tersenyum kecil sambil berjalan masuk. Gadis itu tidak menyadari kehadiranku.
Aku menyeringai menatapnya, tiba-tiba ia berhenti berjalan dan menoleh kearahku.
Senyumnya langsung hilang, wajahnya menjadi datar ketika menatapku.
"Ada apa dengan senyum menggelikanmu itu?" Tanya Hana datar.
"Ehm, sudah merasa lebih baik?" tanyaku dengan seringai.
Hana mendengus pelan, lalu ia tersenyum kecil dan mengangguk.
Aku tertegun melihat Hana yang tersenyum. Gadis itu terlihat... senang.
"Haru," aku tersadarkan, gadis itu menatapku dengan senyuman.
"Arigatou." Ucapnya. Setelah itu ia meninggalkanku yang berdiri kaku.
Aku menoleh, menatap Hana yang melangkah naik tangga menuju kamarnya. Aku tersenyum.