Raisa mengucek kedua matanya sembari menguap. Gadis kecil itu baru saja bangun, ia beranjak keluar kamar untuk mencari ayahnya.
"Ayah ...," panggil Raisa sambil berjalan ke arah ruang tengah.
Ia duduk di sofa sambil menatap televisi yang mati. Hari sudah pagi, matahari sudah terbit dan waktu sudah menunjukan pukul enam lebih lima belas. Tapi keadaan rumah masih sepi.
Reyhan yang baru saja sampai di rumah Lasti langsung mengetuk pintu. Lama tak ada jawaban ia menengok ke arah ruang tengah. Laki-laki itu mengetuk jendela lalu berteriak memanggil Raisa agar membukakan pintu.
Raisa yang mendengar suara panggilan Reyhan dan melihat ayahnya ada di balik jendela langsung beranjak. Setelah di beritahu untuk membuka pintu, gadis kecil itu berjalan pelan lalu membuka pintu. Matanya menyipit melihat hanya Reyhan yang datang. Dirinya masih menunggu kedatangan seseorang yang kemarin datang lagi setelah sekian lama pergi.
"Raisa ayo masuk," ajak Reyhan ketika melihat Raisa yang diam saja di luar pintu.
"Ibu mana Yah?" tanya Raisa membuat Reyhan menautkan alisnya.
"Ibu? Ibu siapa sayang?" Reyhan berjongkok, mencoba bertanya tentang Ibu yang di maksud gadis kecilnya itu.
"Ibunya Icha sama bang Raka Yah. Ibu kemana? Kok pergi lagi sih?" tanya Raisa serak ingin menangis.
Reyhan yang tidak mengerti apapun menggaruk tengkuknya. Laki-laki itu mengulurkan tangannya untuk menggendong Raisa. Raisa menolak uluran tangan Reyhan dan malah bersidekap.
"Icha mau di gendong Ibu," kata Raisa kekeuh.
Reyhan menggelengkan kepala lalu berdecak. Dengan terpaksa, Laki-laki menggendong Raisa masuk ke dalam rumah. Raisa yang tidak ingin masuk dan di gendong oleh Reyhan malah menangis kencang membuat Lasti yang baru selesai membuat sarapan lari tergopoh-gopoh karena khawatir dengan suara tangis Raisa.
Lasti bernapas lega ketika cucu perempuannya itu berada di gendongan Ayahnya. "Raisa kenapa nak?" tanya Lasti pada Raisa yang masih menangis.
"Eyang mau ke Ibu eyang."
Lasti menatap Reyhan yang meminta penjelasan. Lasti menghela napas kemudian mengambil Raisa ke dalam gendongannya. Menangkan gadis kecil itu agar tidak menangis. Sepuluh menit kemudian Raisa sudah berhenti menangis
Gadis kecil itu duduk manis di karpet ruang keluarga sambil bermain bonekannya. Melihat Raisa anteng, Reyhan menggunakan kesempatan itu untuk bertanya pada Lasti tentang Ibu yang di maksud gadis kecilnya itu. Karena firasatnya Ibunya ini tau.
"Bu, Ibu yang di maksud Raisa siapa sih?"
Lasti menghela napasnya, "Kamu pasti kenal kan sama gurunya Raka, Bu Raina," Reyhan menjawabnya dengan mengangguk.
"Kemarin dia yang nganter Raka ke rumah. Terus ketemu Raisa, terus Raisa nyangka kalau Raina itu Rania."Reyhan mengerutkan keningnya, bagaimana mungkin Bu Raina yang mengantar Raka? Kan kemarin ia meminta tolong pada Pak Reza. "Kok bisa Bu Raina yang kesini Bu? Kemarin Rey minta tolong sama Pak Reza."
"Kemarin Pak Reza ada keperluan mendadak Yah. Jadi Bu Raina yang nganter Raka," tiba-tiba Raka menyahut dari belakang mereka. Raka tak sengaja mendengar perbincangan Ayah dan Eyangnya itu maka itu ia pun menjelaskan kenapa Raina yang mengantarnya.
Lasti dan Reyhan mengangguk mengerti. "Yah, Bu Raina kok mirip Ibu banget ya? Waktu pertama Raka lihat, Raka kira Ibu belum meninggal. Ternyata..."
"Raka," Reyhan mengelus tangan mungil Raka lalu tersenyum. "Mungkin hanya kebetulan."
Raka mengangguk saja kemudian fokus pada sarapannya. Reyhan menghela napas kemudian menatap Lasti yang kini tengah menatapnya sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati yang Menanti - [ Love Series 1 ] ✔
RomanceDi usianya yang menginjak 31 tahun, Reyhan harus berlapang dada mengikhlaskan kepergian istrinya, Rania. Meninggalkan dua orang anak yang masih membutuhkan kasih sayang seorang Ibu. Raka dan Raisa. Sebagai seorang ayah, ia pun berusaha untuk menjad...