Part 5

16 0 0
                                    

***

Aku, Vania, Hanifa, Murni dan Anggi sekarang sedang berada di kantin. Ternyata Vania adalah orang yang mudah bergaul, 1 bulan sekolah disini dia sudah dapat akrab denganku, Murni, Hanifa dan Anggi.

“minggu depan udah ujian naik kelas aja malah gue belum ada persiapan lagi” ucap Hanifa sambil memutar mutar sedotan di gelas berisi jus jeruk.

“gue apalagi” sambung Murni. Mereka berdua bisa berkata begitu tapi buat Anggi? Aku bisa menebak pasti Anggi ingin cepat cepat ujian terus libur dan akhirnya bertemu dengan Angga.

“kalau aku sih udah mulai bahas bahas pelajaran yang udah lewat” ucap Vania.

“kalau lo Nggi??” tepat sasaran Murni menyambar Anggi dengan pertanyaan yang baru saja ingin ku katakana.

“hmm, belum juga sih aku belum belajar”

“yakin?? Bukannya seneng ya bakal libur dan ketemu pangeran tercinta” godaku, wajah Anggi berubah menjadi datar.

“ki.. uda..tus” Anggi bilang apa sih?

“APA????”

Anggi menghela napas panjang.

“kita udah putus, 2 hari yang lalu”

“kok bisa??”

“ya bisa lah, kita kan bukan romeo dan Juliet yang sehidup semati” Anggi terkekeh demi mengalihkan pembicaraan yang terlihat sunyi, bisa kulihat Murni, Hanifa masih diam dan kurasa mereka sama kagetnya denganku.

“nggak ada yang lucu, lo masih utang penjelasan sama kita kita” terpaksa percakapn kami tergantung karena bunyi bel masuk sudah berdering.

Kami berpisah di tangga sekolah, karena kelas kami berbeda Aku, Hanifa dan Vania kelas XI IPA 3, sedangkan Anggi dan Murni XI IPA 1.

“Nad nanti pulang bareng ya” ucap Vania saat kami baru saja duduk di bangku kami masing masing.

“okei”

Vania dia memang berpacaran dengan Maldini, tapi Maldini jarang sekali berlaku mesra kepada Vania saat disekolah, bahkan mengobrol saja mereka jarang tapi yasudah lah toh itu bukan urusan ku meskipun kadang aku merasa aneh saat melihat mereka berdua bersama, bahkan saat mereka mengobrol biasa saja ada rasa yang mengganjal di sini.dihatiku.

***

Aku dan Vania sedang berada dirumah sakit, tadi Vania pingsan dan aku membawanya kesini. Aku baru tau ternyata Vania punya penyakit, Vania terkena kanker hati, saat itu juga aku merasa tidak adil, disaat Vania mempunyai semuanya. tubuh yang indah, wajah yang cantik, kekayaan yang berlimpah, orang orang yang sayang padanya tapi tuhan tidak memberikannya hati yang sempurna. Setetes air mata jatuh di sudut mata ku. Bodoh.. kalau dulu aku merasa aku tidak sesempurna Vania.

“haloo..”

“Vanii.. kamu ada dimana sayang??” aku hampir lupa menghubungi orang tua Vania.

“ehem.. tante ini Nadine temen sekolahnya Vania, Vani nya masuk rumah sakit tante.. sekarang lagi di rumah sakit Permata Bunda”

TUT TUT

Ku lihat layar handphone Vania, sepertinya aku juga harus menghubungi Maldini.

“halo”

“Maldini”

“Nadine??”

“iya ini Nadine, Vania masuk rumah sakit sekarang di rumah sakit Permata Bunda”

TUT TUT

Aku belum selesai bicara Maldini malah mematikan sambungan telefon secara sepihak. Kenapa cerita ini jadi seperi FTV??

***

Tak kusangka semua jadi serumit ini.

“gue gak tau kalau ternyata Vania punya penyakit” itu yang pertama kulontarkan pada Maldini yang duduk disamping ku diruang tunggu.

“seharusnya gue bilang ini ke lo” Maldini menatapku sebentar lalu tatapannya kembali lurus kedepan.

“please setelah lo tau ini jangan jauhi Vania” lanjut Maldini.

“lo pikir gue sekejam itu apa? Gak ada sahabat yang ninggalin sahabatnya Cuma gara gara dia sakit”

Aku berdiri dari tempat duduk ku.

“gue harus pulang, lagian orang tua Vania juga udah dateng. Mungkin besok baru gue balik lagi jenguk Vania, bareng Anggi juga”

“perlu gue anter pulang??”

“gak usah makasih, tadi gue bawa motor, baiknya lo nemeni Vania aja disini”

Ada sedikit nyeri didadaku, Nggak Nad, Nggak boleh.. Nggak

NadineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang