***
Aku, Anggi, Murni, dan Hanifa sekarang kami sedang berada di rumah Hanifa. Malam ini kami tidur dirumah Hanifa, selain belajar untuk persiapan besok kami juga akan saling curhat disaat saat seperti ini. Kami memilih rumah Hanifa karena cuma Hanifa lah yang memiliki kamar tamu yang memiliki 4 tempat tidur dalam satu kamar.
“besok udah ujian aja” kami berempat sama sama menatap langit langit kamar yang bernuansa hijau muda yang terlihat elegan.
“kasian ya Vania” Murni yang juga tau kondisi Vania merasa sama seperti apa yang kurasakan.
“beruntung banget ya Vania dicintai sama Maldini yang sayang banget sama dia” aku tersenyum mendengar kata kata Anggi ini.
“bisa jadi-bisa jadi”
“apaan sih lo Han, ngerusak suasana aja”
“iya maap maap”
“betewe, Nadine kok diem aja ya??” tanya Anggi.
“lagi galau dia”
“apa sih” aku heran, galau apasih?
“iya dia lagi galau-in Maldini yang stuck… eh nggak deng nggak.. nggak jadi maksudnya”
“Han lo diem deh” kataku.
“elah lo suka aja sama Maldini malu malu lo ngakak gue”
DEG!
Masa sih aku suka sama Maldini? Sejak kapan? Nggak mungkin ya, kan Maldini udah punya Vania.
“sok tau lo pada”
Tiba-tiba aku teringat sesuatu.
“Nggi, gimana?”
“apa?”
“kenapa bisa putus sama Angga?”
“aku ngerasa dia itu berubah, gak ada Angga yang sering nelfon atau sekedar SMS buat nanya-in kabar dia cuek banget sekarang jadi aku pikir dia punya gebetan atau apalah”
Dan disaat seperti ini Anggi masih sempet menggunakan aku-kamu.
“cuek bukan berarti dia gak perduli kan??” tumben Murni bijak.
“iya sih, awalnya aku mikir gitu..tapi semakin hari yang ada malah ‘cuek emang gak peduli’”
“kalau kalian jodoh pasti kalian dipertemukan lagi ya sama Allah” tanggapan Hanifa dan aku benarkan.
“aminin aja deh”
“tapi kalau lo Cuma nunggu dan nunggu tanpa ada usaha, lo gak akan nemuin apa yang lo mau Nggi” ku tegaskan itu pada Anggi.
Anggi diam beberapa saat.
“usaha itu gak akan berhasil juga kalau gak ada do’a” sambung Murni.
“Nggi lo denger kan??”
Aku bangun dari gaya berbaring ku tadi.
“Shitt, Anggi ketiduran…” setelah panjang lebar aku bicara ternyata Anggi tertidur.
“hahahhaaa” tawa Hanifa pecah dan membuatku melemparkan bantal guling ke arahnya.
“tai..”
***
Akhirnya setelah berjuang antara hidup dan mati eh yang mati gak jadi deh. Aku mendapatkan nilai baik, walaupun aku harus turun satu tangga dari prestasi ku menjadi juara kelas tapi tak apa karena yang menempati tempatku adalah Maldini.
“congrats Al” Riris terlihat bangga pada sepupunya itu, aku juga. hmm bangga sebagai teman ya.
“fix ini gue turun ya, masak sih gue ranking 5?” Hanifa sedikit tidak puas dengan hasil yang didiapatnya.