***
Saat ini kami hampir saja sampai ke tempat tujuan, meskipun jalannya mengerikan, ku ulangi MENGERIKAN karena hmm. You know lah.
“gue capek banget nih sumpah” aku mengeluh sambil duduk dirumput.
“dikit lagi Nad masa nanggung sih” Farhan duduk disampingku.
“dari tadi perasaan dikit lagi-dikit lagi mulu tapi gak sampe sampe juga”
“ya, kali ini beneran dikit lagi, setelah ini pos terakhir”
“kalau baru siap jalan jauh kaki itu dilurusin kedepan”
“eh” sontak aku terkejut, tiba tiba Maldini menarik kaki ku untuk mengikuti kata katanya tadi.
“emang mesti banget ya??”
“ya iyalah”
“kayaknya kita udah ketinggalan jauh deh” kata Farhan mengalihkan pembicaraan.
“kalau mau duluan gak apa apa kok, biar gue sama Nadine”
“yaudah gue duluan ya Nad,Di.. nanti kita jumpa di pos 14” kata Farhan sambil berdiri dan meninggalkan ku dengan Maldini berdua. TOLONG.
“lo kok biarin Farhan pergi sih”
“kasian, dari tadi dia harus nungguin lo istirahat terus”
Aku diam, emang sih sejak tadi Farhan terus menungguku untuk sekedar duduk beristirahat tapi kalau aku dengan Maldini rasanya ehem agak beda gitu.
***
Setelah sampai di tempat yang dituju aku takjub dengan apa yang ku lihat, seketika rasa lelah yang melandaku hilang begitu saja.
“ternyata Indonesia masih punya keindahan alam yang masih asri ya” gumamku. Disebelahku ada Anggi, setelah sejak tadi tidak bertemu akhirnya kami bertemu juga disini.
“beautiful”
Aku tak melihat Maldini sekarang, setelah kami sampai disini kami berpisah karena Riris sudah memanggilnya untuk berkenalan dengan teman teman Riris, dan yang tadi sempat kulihat dia dikerumuni beberapa kakak kelas.
“gue males pulang bareng Ira, Restu, Murni, sama Abdul” kata Anggi tiba-tiba.
“kenapa???”
“yah mereka kan pasang pasangan tuh, terus gue minder gara gara gue gak ada pasangannya, sebel gak sih lo??’
“huahhahaaa” saat itu juga aku tertawa lepas.
“shuttt, ini dihutan gak boleh ketawa keras keras”
“ups”
“kasiandelo” lanjutku.
“idih kayak lo gak sendiri aja sih nyet..”
“bodo, gue kan gak ngeluh kayak lo”
Padahal yang ingin ku ucapkan tadi adalah ‘emang enggak, tadi Maldini nolongi gue kok’ tapi.. huh yasudahlah.
***
“Nad.. Nad…. Cepetan SINI” teriak Anggi,Murni dan Hanifa dari kejauhan.
“Apaaa???”tanyaku sambil ikut menjerit agar mereka dengar.
“udah cepet sini”
“lariiii”
“lama banget sihh” kata mereka bertiga saling menyambung.
Aku males berlari jadi ku usahakan untuk tetap berjalan biasa saja meskipun sebenarnya aku penasaran.
“apaan??”
“ayo kesini..” aku belum sempat bertanya lagi tiba tiba mereka bertiga sudah menyeretku ke..
“ngapain kesini??” ke lapangan basket. Ada pertandingan ternyata pagi ini.
“liat deh”
“ittuuu” Hanifa menunjuk kearah satu orang pemain basket yang tak ku kenal.
“itu siapa??’
“murid baru namanya Raka, keren ga?” sebenarnya biasa saja dan sebenarnya aku tak terlalu perduli dengan si Raka-Raka itu aku lebih tertarik melihat lawan dari si Raka itu hmm Maldini, dia ternyata jago main basket juga.
“jadi kalian bertiga manggil manggil Cuma mau bilang ini??”
“satu lagi, liat tuh..” kali ini mataku membulat saat melihat seorang gadis di ujung lapangan, berseragam sama denganku berambut sepinggang yang agak kecokelatan,berkulit putih dan kuperkirakan tingginya 168 atau kira kira 3 senti diatasku dan aku belum pernah melihat dia disekolah ini sebelumnya.
“siapa lagi tuh??”
“Vania Shirley, murid baru juga dia pindahan dari Aussie dan katanya dia pacarnya Maldini”
‘dan katanya pacarnya Maldini’ kalimat terakhir yang diucapkan Murni membuat ku bertanya tanya. Masa sih? berarti kalau gitu si Vania itu pindah ke sini karena ada Maldini.
***
Aku sekelas dengan Vania dan aku juga semeja dengannya, Bu Nur memindahkan Hanifa kebangku belakang aku heran kenapa Bu Nur menyuruh Hanifa pindah kebelakang hanya karena Vania akan duduk dibangku paling depan agar dekat dengan meja guru. Tidak masuk akal bukan?
Si Raka-Raka itu ternyata dia masuk XI IPS 4.
“hai” sapanya, aku memang berniat menyapanya lebih dulu baru saja aku ingin menyapanya dia sudah lebih dulu menyapaku.
“hai” balasku.
“nama kamu siapa?”
“Nadine”
“aku Vania”
Aku udah tau kok. Dan perkenalanku dengan Vania berlanjut dengan pertanyaannya yang ingin tau tentang sekolah Abdi Bangsa ini.