ME 8 : My Boyfriend

5.8K 580 42
                                    

Suara decakan berulang kali terdengar disertai suara kasur yang berguncang. Kondisi kamar sudah sangat berantakan akibat ulahnya.

Jeon Jungkook, namja itu baru saja selesai mandi, pikirnya dengan mandi berjam-jam ia akan bisa melupakan kejadian memalukan yang baru saja terjadi padanya. Tapi nyatanya ia sama sekali tak bisa berhenti memikirkannya. Sehingga saat ini Jungkook justru berbaring dengan kepala yang menengadah di ujung kasur.

Berulang kali ia menendang kasur untuk membuat kejadian memalukan itu menghilang saat melintas di kepalanya. Namun lagi-lagi hal itu tak berhasil menghentikan ingatan menyebalkan itu kecuali semakin merusak seprai yang baru saja dirapikan ibunya pagi tadi.

"Wae?!"
Ia menendang kembali kasurnya menghasilkan suara gedebuk keras.
"Ah.. wae?!" Ia mengerang frustrasi. "Kenapa ini harus terjadi ?"
Kali ini mengusak kasar rambutnya sendiri.
Ia melonjak dan memandang ujung jari kakinya.
"Apa si bodoh itu juga memikirkan hal ini?" Tanya nya.
"Ah! Ini tidak mungkin terjadi.. yaish! Aku harus melupakannya."
Ia kembali membaringkan diri dan meraih bantal untuk menutupi wajahnya.

***

Di lain tempat Park Jimin juga nyatanya tak bisa tidur nyenyak malam ini.
"Baiklah Jiminie, lupakan semuanya.. dan sekarang tidur. Ok" ia menghela nafas. Berusaha mengatur pernafasan yang rasanya tak kunjung tenang. Bahkan ia kini malah mendengus karena benar-benar kesulitan melupakan kejadian yang terjadi antara ia dan Jungkook.

"Apa dia gila huh? Bagaimana bisa dia melakukan ini padaku?!" Keluhnya.

Dan memang itulah yang terjadi. Keduanya tak bisa tidur nyenyak sepanjang malam ini.

***

Hari ini Jimin memang berniat untuk meliburkan diri dari sekolah dengan alasan kakinya yang belum sembuh. Tapi alasan itu ternyata sia-sia karena memang kakinya sudah baik-baik saja. Padahal ia tak ingin bertemu Jungkook hari ini. Yah mau bagaimana lagi kalau sekarang saja ia sudah memakai seragamnya. Ia pikir tidak enak kalau harus berbohong. Dia kan memang sudah sembuh.

Hoseok bahkan rela mengantarnya ke sekolah hari ini. Katanya dia punya jadwal kuliah siang jadi tak keberatan kalau mengantar Jimin dulu. Padahal itu hanya modus Hoseok saja sih ingin bersama-sama dengan Jimin. Dia bilang takut Jimin kenapa-kenapa lagi.

Padahal jarak rumahnya ke sekolah pun dekat. Dan jimin bukan anak kecil yang akan tersesat. Tapi ia biarkan saja jika memang itu keinginan Hoseok. Dia justru senang karena diperhatikan kakaknya.

***

Hoseok menggandeng tangan Jimin selama perjalanan. Tepat di persimpangan mereka menemukan Jungkook yang juga hendak ke sekolah. Sejujurnya Hoseok tak ingin ada orang yang mengganggunya tapi karena kesopanan akhirnya ia menawarkan untuk pergi bersama-sama. Padahal hal itu membuat Jimin serta Jungkook canggung.

Tiba di gerbang sesaat setelah Hoseok pamit keadaan jadi semakin canggung. Bahkan mereka tak mengucapkan sepatah kata pun. Padahal biasanya mereka tak akan absen untuk saling berteriak.

"Jiminie..!"
Tiba-tiba saja Taehyung datang dan merangkul Jimin membuat Jimin cukup terlonjak karena ulahnya.
"Eh, Tae." Ia tersenyum.

"Cih, mengagetkan saja" dan akhirnya Jungkook kini bersuara. Membuat Jimin dan Taehyung menoleh terkejut. Apalagi Taehyung.
"Eoh.. ada kau rupanya?" Taehyung baru sadar ternyata. Membuat Jungkook mendengus tak suka.

"Lagipula perhatikan tindakanmu. Dia bahkan sedang tidak baik-baik saja" ketusnya. Membuat Jimin dan Taehyung tak mengerti.
"Maksudmu aku?" Jimin bertanya dengan bingung.
Namun Jungkook hanya berdecak.
"Oh? Kakimu Jiminie.. apa sudah sembuh?" Taehyung menoleh pada kaki Jimin yang kini sudah nampak baik-baik saja.

MORTAL ENEMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang