"Ravenna!" Teriak Helena yang tampak mencari keberadaan adiknya.
"Ravenna! Dimana kau?!" Teriaknya lagi.
Sebenarnya Helena dan Ravenna sedang bermain petak umpet, namun setelah setengah jam Helana belum juga menemukan Ravenna.
"Ravennaaa!!!!" Teriaknya lebih kencang hingga beberapa pelayan istana tersentak karena terkejut.
"Nora, apa kau tahu dimana Ravenna?" Tanya Helena pada salah satu pelayan yang bertugas mengurus Ravenna, seperti halnya baby sitter.
"Tidak putri. Mungkin Putri Ravenna bersembunyi di perpustakaan" ucap Nora.
"Thankyou Nora" kata Helena sambil tersenyum pada Nora.
Helena lantas berlari menuju perpustakaan. Setelah sampai di depan perpustakaan, Helena mendorong pintu yang sangat besar itu. Setelah masuk dia hanya melihat tumpukan ribuan buku di dalam rak-rak yang sangat besar dan kebanyakan berdebu.
"Ravenna!" Teriak Helena yang hampir menggema di ruang yang penuh dengan buku itu. Helena berjalan memasuki perpustakaan lebih dalam. "Ravenna! Where are you?!" Teriak Helena lagi. Jujur dia agak takut berada di perpustakaan sendirian.
"Boo"
"Aaaaaaaaaaa!!!!!!" Helena berteriak sambil berlari keluar dari perpustakaan. Dia ketakutan. Sangat takut.
"Helena! Wait!" Teriak Ravenna menghentikan langkah Helena yang hendak membuka pintu perpustakaan namun tidak berbalik.
"Its me. Ravenna" ucap Ravenna. Helena langsung berbalik menatap Ravenna tajam karena telah menakutinya dan hampir membuat Helena menangis.
"Maafkan aku. Aku tidak tahu kau akan begitu ketakutan" ucap Ravenna merasa bersalah.
"Jangan lakukan itu lagi. Atau aku akan membencimu" ancam Helena yang membuat Ravenna tersenyum lembut. "Never" kata Ravenna singkat.
Brakk..
"Putri! Ratu Alea... beliau.. beliau.." ucap salah satu pelayan yang tiba-tiba membuka pintu dengan tergesa gesa dan terlihat kelelahan, bahkan nafasnya masih tersenggal-senggal mungkin habis berlari.
"Ada apa dengan ibu?" potong Ravenna cepat.
"Ratu Alea... beliau mendadak sakit keras" ucap pelayan itu akhirnya.
Helena dan Ravenna langsung berlari menuju kamar ibunya.
"Ibu!" Teriak Helena dan Ravenna sambil berlari menghampiri ibunya yang terlihat sangat pucat. Padahal tadi ibunya baik-baik saja.
"Apa yang terjadi ayah?" Tanya Helena pada ayanhya yang tampak kebingungan dan sangat khawatir.
"Ayah tidak tahu Helen.." ucap Raja Felix dengan suara yang sendu akibat rasa khawatir yang begitu besar.
"Ravenna.." lirih Ratu Alea memanggil Ravenna.
"Ingat ini, jangan pernah takut akan kegelapan, dan percayalah akan ada cahaya yang menuntunmu. Hatimu bagaikan hati malaikat, putih seputih salju. Jangan pernah mengotorinya dengan noda apapun itu. Jadilah cahaya dalam kegelapan Ravenna, I love you my dear.." lirih Ratu Alea pada Ravenna.
"Helena.. ambil ini" panggil Ratu Alea pada putri pertamanya sambil memberikan kalung yang selama ini selalu ia jaga.
"Ibu.." lirih Helena dengan air mata yang menetes sedari tadi.
"Sshh.. I know" ucap Ratu Alea menenangkan.
"Ibu akan selalu ada untuk kalian, kau harus berani Helena. Jangan biarkan ketakutan merasuki dirimu. Jangan biarkan kebijaksanaanmu pudar dan menghilang. Jagalah Ravenna dan kerajaan, kau bisa melakukanya. I love you Helena.." ucap Ratu Alea pada Helena.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkness Princess (HIATUS)
Fantasy"I was in the darkness. So darkness I became" -Ravenna