Part 8

1.8K 89 1
                                    

"Georgy?!! Georgy!!"

"Ada apa Ratu?" Tanga georgy yang masih berusaha mengatur nafasnya karena berlari setelah mendengar Leona memanggilnya.

"Apa Ravenna mati?" ucap Leona langsung.

"Akan saya periksa dulu Ratu" Georgy pergi menuju ruang bawah tanah tempat dimana Ravenna dikurung. Sebenarnya Georgy berdoa agar Ravenna masih hidup, karena sebenarnya Georgy sangat membenci Leona. Namun apa daya, dia sama sekali tidak bisa melawan Leona karena keluarga kecilnya lah yang menjadi taruhan.

'KRRIIIEET'

Suara pintu bawah tanah yang sudah tua terbuka menampakkan Georgy yang membuka pintu dari luar. Georgy mengedarkan matanya mencari keberadaan Ravenna. Nihil. Dia sama sekali tidak melihat Ravenna, ruang bawah tanah itu kosong tak berpenghuni. Georgy melangkahkan kakinya masuk ke ruang bawah tanah berniat untuk mencari Ravenna.

"Putri Ravenna?"

Tidak ada jawaban sama sekali. Georgy yakin bahwa hanya dirinya seorang yang berada di ruang bawah tanah ini dan..seekor burung gagak.

"Burung?" Gumam Georgy bingung. Bagaimana ada burung padahal satu-satunya akses keluar yang ada kecuali pintu yang selalu terkunci adalah sebuah lubang ventilasi yang bahkan lengan orang dewasa tidak bisa memasukinnya. Tapi disini ada burung gagak yang berukuran lumayan besar sedang bertengger diatas lemari yang sudah lapuk.

"Putri Ravenna?" Ulang Georgy mengabaikan burung itu namun tak ada jawaban. Dia tahu jelas bahwa Ravenna tidak ada diruangan ini yang bahkan sama sekali tidak ada jalan keluar untuk kabur.

'KUAAK!"

Tiba-tiba burung gagak itu bersuara dan terbang keluar melewati Georgy yang masih berfikir keras. Gagak ya.. batin Georgy.

•••

"Apa kau bilang?!!!!!!! Dasar tidak berguna!!"

"Maaf Ratu, tapi tidak ada siapapun di ruang bawah tanah. Saya sudah mengeceknya dan yang saya temukan hanyalah Raven (Burung Gagak)" jelas Georgy pada Leona yang marah padanya.

"Raven?" ulang Leona.

"Iya yang mulia, hanya ada burung gagak di sana"

"Bodoh! Burung itu adalah Ravenna!!" Teriak Leona pada Georgy yang ketakutan.

"Aku tidak mau tahu bagaimana dia bisa berubah menjadi Raven! Temukan dia!! Atau keluargamu yang menyedihkan itu mati ditanganku!!"

"Ba-baik yang mulia" jawab Georgy terbata dan segera berlari mengumpulkan pasukan untuk mencari Ravenna.

•••

Ravenna Pov.

Sial! Kenapa aku cepat lelah!!
Ya. Sekarang aku dalam wujud Raven (Burung Gagak) dan terbang menjauh dari istana menuju Darkness Forest. Sudah berjam-jam aku terbang tetapi belum juga menemukan ujung dari hutan ini.

Melelahkan! Aku memilih turun dan berubah ke wujud asliku. Beruntung Georgy tidak menyadari kalau burung tadi adalah aku.

Aku masih berusaha mengatur nafasku, namun suara patahan ranting membuat nafasku memburu karena terkejut. Tiba-tiba aku merasa ada yang berjalan mendekatiku entah itu apa. Tapi itu bukan hanya satu, tapi banyak, seperti...pasukan?

Jangan-jangan?! Tidak! Aku langsung berdiri dan berubah menjadi burung gagak lagi dan terbang menjauh dari sumber suara.

Aku terbang menuju kedalam hutan semakin dalam dan dalam. Semakin gelap, menyeramkan, dan penuh kabut.

'KRAKK!'
'BRUK!'

Sial! Aku menabrak ranting kayu karena pandanganku terhalang kabut, dan sayapku terluka.

Aku berubah menjadi manusia lagi dan lengan kiriku terasa sangat perih dan nyeri. Luka yang ditimbulkan tidaklah luka kecil melainkan luka yang sangat lebar dan besar.

Aku melanjutkan pelarianku dengan berjalan kaki. Mengerikan. Kabut yang bertambah tebal dan suhu yang semakin dingin.

Apa tidak ujung untuk hutan ini? Padahal aku sudah masuk kedalam hutan cukup jauh.

"Hei!"

Aku langsung berhenti saat mendengar teriakan seseorang. Didengar dari suaranya, dia adalah seorang pria. Aku menoleh untuk mencari sosoknya.

Itu dia. Pria dengan pakaian seperti pemburu. Tunggu dulu.. pemburu?

"Apa yang dilakukan seorang gadis ditempat seperti ini?" Dia bertanya sambil berjalan mendekatiku.

Sejenak aku merasa lega karena sadar bahwa dia bukanlah pergi mencariku.

"Sebaiknya kau pulang sebelum gelap. Masih ada waktu satu setengah jam sebelum matahari terbenam"

"Terbenam?" Ulangku. Maksudku, bagaimana dia tahu matahari akan terbenam dalam keadaan kabut seperti ini. Bahkan aku tidak bisa membedakan ini siang atau malam.

"Aku Jack. Tidak baik seorang gadis berjalan sendirian di hutan. Apalagi hutan kegelapan" pria yang memperkenalkan diri sebagai Jack itu memberi jeda sejenak untuk melanjutkan kalimatnya "atau jangan-jangan kau.."

"Ravenna. Aku Ravenna" aku memotong perkataannya.

Jack diam menatapku.

"Untuk apa seorang Putri berjalan-jalan di hutan yang jelas-jelas terlarang?" Ucap Jack dengan nada tak percaya. OK, ini memang hutan terlarang bagi siapapun itu. Bahkan leluhurku belum ada yang bisa menjinakkan hutan ini.

"Jika kau tahu hutan ini terlarang bagi siapapun, kenapa kau berada disini?!" Tanyaku padanya penuh penekanan. Rasakan bumerangmu sendiri tuan sok bijak.

"Aku tidak akan meladeni pembohong"

"Pembohong kau bilang?! Bagian mana yang kau sebut bohong itu?" Sekarang dia benar-benar membuatku kesal. Baru saja bertemu sudah menuduhku pembohong.

Memang sepertinya kesialan tidak akan pegi dari diriku.

"Kau yang mengaku sebagai putri Ravenna!"

Apa?! Dasar kubunuh tau rasa kau! Geramku dalam hati.

"Jadi kau masih menganggapku pembohong? Baiklah, lakukan sesuka hatimu" kataku mengalah. Aku cukup lelah untuk sekedar beradu mulut.

Aku berjalan melewatinya. Ralat. Mengabaikannya yang terlihat tidak terima itu.

"Tunggu!" Jack mencekal lengan kananku dan otomatis aku menghentikan langkahku dan menoleh padanya.

"Lenganmu terluka" ucapnya singkat sambil memperhatikan lengan kiriku yang terluka lebar.

"Lalu?" aku menaikkan satu alis dan berkata dengan sinis padanya.

"Ikut aku. Aku akan mengobatinya"

•••

Maaf updatenya lamaa :3
Jangan lupa VoMent nya yah.. sangat dibutuhkan author biar semangat nulisnya.

Thankyou :*

The Darkness Princess (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang