Hari penentuan

200 6 1
                                    

Saat ini hati berdebar lebih cepat dibandingkan kemarin, tegang, keringat panas dingin menyelimuti suasana yang penuh khidmat ini, satu persatu nomor peserta calon santriwatipun diumumkan. Hati mulai cemas saat pengumuman masuk fiisabilillah wakhid diumumkan dan namaku tak ada disana sedang dua teman kamarku sudah lolos dan lega, aku turut senang mendengarnya namun hati ini masih gelisah telapak tangan mulai dingin gemetar, seakan-akan ada suatu atmosfer yang menegangkan. Pengumuman untuk santriwati pun kembali diumumkan, badan ini mulai lemas, pikiran mulai buyar semua itu seperti permen nano-nano. Ketika tidak ada nomor pesertaku saat diumumkan.  Berulang kali aku melihat nomor pesertaku, mulai hilang semangat ini, putus asa. Air mata tanpa kusadari keluar dengan sendirinya, mengingat di hari pengumuman ini aku tak ditemani oleh ayahku ataupun keluarga yang lain. Aku harus memahami bahwa ayah sibuk mengurus pekerjaannya.

Pengumuman penempatan dipondok pararel masih terus berlanjut, "nomor peserta calon santriwati 15616890" saat mendengar nomor yang disebutkan itu aku terus menerus memastikan nomer yang dibacakan itu benar, saat itu hatiku sangat bahagia dan haru mengiringi saat nomorku tertera di pengumuman santriwati PPM fiisabilillah khomis entah harus bagaimana aku menggambarkan momen baik ini. Aku langsung mengabari ayah dan ibu dirumah karena mungkin mereka juga sedang menunggu labar dariku, karna disini tidak ada handphone akupun meminjam salah satu handphone orangtua temanku. "hallo...assalamu'alaikum yah...ayah aku masuk fiisabilillah khomis yah, di kediri daerah tempat ayah dulu mondok di sana kan yah?" ujarku sontak dengan penuh kebahagiaan, "hah?!kamu dikediri? jauh sekali nak, kenapa tidak di fii sabiilillah wakhid saja kalau tidak di fiisbilillah tsalis saja yang dekat?" kedengarannya ayah tidak begitu bahagia menerima kabar baik dariku aku mencoba menjelaskan situasi ini dengan hayi-hati lepada ayah,"ayah...mungkin ini yang terbaik, aku bersyukur masih bisa masuk dipondok ini walaupun pondok cabang yang jauh juga jaraknya dari rumah. Tak apalah yah jauh, yang penting ayah doakan nina betah nanti di sana"jelasku meyakinkan ayah yang mungkin kurang suka dengan kabarku. Akupun menutup pembicaraan kami. Aku tak mau berbicara terlalu lama, panjang lebar pada situasi ini, aku sudah cukup bahagia mendapat kesempatan yang entah kapan aku dapatkan lagi selain ini.

~~~~~~~••••••••••••••~~~~~~~~~

Malam perpulangan

Tibalah malam perpulangan yang kami tunggu, perpulangan pertama di pondok ini. 15 hari dibulan Ramadhan ini sudah kami habiskan dengan berbagai kenangan. Kenangan pahit manis kita ukir disini, berbagai macam momen kita habiskan dikamar ini dipondok ini. Tak terasa waktu perpisahan pun tiba, waktu berlalu begitu cepat. Dan setelah ini kita tak akan pernah lagi bertemu karena jalan yang telah ditentukan takdirnya oleh sang maha Pencipta. Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Dan itu pasti terjadi dalam kehidupan ini.















Perjalanan Seorang Fakir IlmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang