Chapter 9 : Forgiven But Not Forgotten

52 6 2
                                    

Harry Point on View

Sebelum masuk tadi aku sudah melihat Clara. Ia terlihat semakin cantik, pesona nya bertambah. Dan sekarang aku, juga 4 teman ku sudah menempati meja biasa kami di kantin. Bisa disebut meja untuk anak-anak popular, jadi tidak ada yang berani menempati meja ini selain kami. Aku sedang menunggu pesanan burger ku datang sambil melihat kantin yang selalu ramai ini. Tak sengaja aku melihat Clara dan seorang perempuan lainnya membawa semangkuk bubur dan kebingungan mencari tempat duduk. Perempuan yang bersama Clara menyadari aku yang sudah memperhatikan mereka, ia terlihat berseri-seri. Lalu aku memberi isyarat -ayo kesini, kita duduk bersama- kepada perempuan itu. Dan kelihatannya ia senang atas tawaran ku. Lalu ia mengajak Clara duduk ke meja kami. Aku berusaha melihat ke arah lain agar Clara tidak melihat ku dan mengubah pikiran nya untuk duduk bersama di meja ini. Lagipula semua teman ku setuju saja mereka duduk disini, toh bangku nya masih luas.

Voila! Clara sekarang duduk di hadapan ku, dan temannya di sebelah nya. Clara yang menyadari siapa yang sedang duduk di depan nya segera berdiri, namun perempuan yang ternyata nama nya Kayle itu menarik tangan Clara, mencegah supaya Clara tidak pergi. Dan itu berhasil. Kayle mengucapkan terima kasih pada ku. Seharusnya aku yang berterima kasih pada Kayle. Mereka makan dengan lahap, kupastikan mereka belum sempat sarapan. Pipi Clara yang sedang mengunyah makanan terlihat sangat lucu. Aku harus memanfaat kan kesempatan ini untuk meminta maaf.

"Clar?"

"Lo mau ngomong apa. Cepet." Clara menjawab seakan tau apa yang akan aku lakukan, namun tidak mengalihkan pandangan nya dari mangkuk bubur yang sudah kosong itu.

"Saya minta maaf sama kamu soal yang kemarin, saya gak maksud nyamain kamu sama cewe club itu, saya gak bisa ngontrol emosi saya semalem. Maaf ya?" Semoga ia memaafkanku. Kulihat Kayle memicingkan mata nya kepada Clara, entah apa maksudnya. Lalu Clara menghembuskan nafas nya dengan berat. Masih menunduk,

"Ya." Hanya satu kata yang keluar dari mulutnya. Lalu ia berdiri dan pergi. Meninggalkan Kayle sendiri, dia sampai melupakan teman nya. Apakah aku sudah sangat menyakitinya?

"Har? Maafin Clara ya, dia emang gitu. Thanks bangku nya, gue mau susul dia. Bye!"

"My pleasure." Akhirnya perempuan itu pergi menyusul Clara. Aku hanya diam menatap punggung nya yang lama-kelamaan menghilang. Seseorang menepuk bahu ku. Itu liam,

"Lo harus bisa ngubah sifat lo yang temperamental man! Cewe paling gak suka di bentak. Apalagi lo samain kaya bitch, lo sabar aja ya bro." Aku hanya mengangguk, Liam memang yang paling bijak diantara kami berempat. Lalu Louis melanjutkan, aku tidak yakin saran nya kali ini bagus.

"Gak usah sedih gitu bro! Mendingan lo kaya Niall, pacaran sama burger, hotdog, pizza. Bahagia dah! Ya gak Ni?" Kan, sudah ku bilang saran nya tidak pernah ada yang masuk akal.

"Diam Louis! Lo menganggu acara date gue sama Lizza!"

"Siapa lagi Lizza?" kali ini Zayn yang berbicara, ia sudah selesai dengan makanan nya.

"This, she is my lovely pizza! Nyam nyam" ucap Niall yang kembali sibuk dengan Pizza nya. Dasar konyol!

"Ohh my baby Niall, kau sangat menggemaskan hahaha" Louis kembali meledek Niall, membuat Niall memutarkan mata nya dan mereka tertawa. Aku hanya mengeluarkan kekehan tidak jelas. Tidak sedang mood untuk tertawa.

"Harry, gue udah bilang lo harus hilangin semua sifat buruk lo itu. Jangan jadi Playboy lagi, lo juga harus bisa control diri lo. Harus easy going juga, gak usah stuck di satu masalah. Lo jelek man kalo lagi sedih gitu! Muka lo kusut kayak plastik gorengan Niall! Hahaha" lagi-lagi mereka tertawa. Aku berusaha mencerna kata-kata Liam barusan. Aku memang harus berubah, tak selamanya aku harus menjadi Playboy yang temperamental.

"Thanks Li, gue bakal berubah dan lo harus ajarin gue, janji? Gue harus berubah demi Clara, Bro!" Aku menepuk bahu Liam dan memberi senyuman pada keempat sahabat setia ku ini.

"Ini baru sahabat kita!" Louis berteriak lalu berdiri dari tempat duduk nya.

"Yok balik ke kelas. Gue belom ngerjain makalah sejarah dari si gajah, Bu Boni. Lu pada udah?" Louis masih berdiri di tempat sambil membenarkan dasi nya.

"Ohiya." Kami menepuk dahi masing-masing serempak, kecuali Liam. Ini memang kebiasaan kami, selalu lupa mengerjakan PR dan ujungnya mendapat bantuan dari Liam. Sebenarnya kami ingat jika mempunyai PR, tapi sengaja tidak mengerjakan. Malas.

"Pasti ini orang udah ngerjain. Contekan sabi lah mann!" Zayn ikut berdiri mengimbangi Louis dan memberi high five kepada Liam. Yang diajak berbicara hanya mengangguk dan membalas high five dari Zayn.

"Pasti lah, kan kita apa?" Liam berdiri di ikuti aku dan Niall, lalu kami membuat lingkaran sambil berteriak.

"BESPRENN BROOO!!! HAHAHA" Lalu meninggalkan kantin. Sisa murid yang ada di kantin sudah maklum dengan kebiasaan kami. Memang, sahabat adalah segala nya. Bahkan di saat perempuan meninggalkan kita, sahabat masih selalu ada menjadi penyemangat. Loh? Mengapa aku jadi sok melankolis begini? Lalu aku tersadar, aku sudah jauh di belakang. Mereka sudah hampir menaiki tangga. Ini karena aku melamum.

Clara Point on View

"Ya."

Cukup satu kata tanpa basa-basi yang telah mewakili segala nya. Aku segera meninggalkan Harry dan teman-teman nya sekaligus Kayle. Aku tidak tahan melihat wajah nya dan mendengar suara nya. Itu hanya akan membuat ku sakit. Dia, yang kupikir akan menjaga ku. Dia, yang kupikir akan selalu menjadi malaikat pelindung ku. Dia, yang kupikir akan menjadi perisai pelindung ku. Dia, yang kupikir akan menjadi benteng pertahanan ku. Ternyata dia juga yang telah merusak semuanya. Merusak benteng pertahanan ku, merusak perisai yang telah aku jadikan tameng sejak lama, mengusir malaikat pelindung hati ku dan mengundang Iblis di hati ku. Satu kalimat untuk lelaki yang telah aku maafkan itu.

Injuries maybe forgiven, but not forgotten. - Clara Zoe Gray

Rasa sakit yang telah dia buat ini mungkin telah aku maafkan, tapi tidak akan pernah aku lupakan. Cara nya menjaga ku di tengah keramaian, cara nya menghibur ku, cara nya melindungi ku di malam itu. Semuanya iya hancurkan dengan kalimat di malam itu juga.

"GUE GAK SEBRENGSEK ITU CLAR! KALO LO GAK BISA DIBILANGIN YAUDAH LAH, BERARTI LO SAMA AJA KAYA CEWE-CEWE YANG ADA DI DALEM!"

Cara dia membentak ku di malam itu masih terngiang dengan jelas di kuping ku. Itu seperti rekaman yang selalu terputar di kepala ku disaat aku sedang memikirkan dia. Aku tidak bisa terus begini. Clara tidak seharusnya menjadi gadis yang lemah dan cengeng seperti ini. Ini bukan lah Clara. Cmon Clara, kau harus bangkit. Aneh di saat seorang Clara mengalami kesedihan seperti seorang perempuan yang patah hati baru ditinggalkan kekasih nya yang brengsek.

Memang begitu kan? Kau memang sedang patah hati dicampakkan oleh seorang Harry.

Tidak sama sekali. Lagipula untuk apa aku patah hati? Seperti anak cengeng saja.

Kau memang cengeng Clara, jangan munafik. Lihat lah mata mu yang merah dan pipi mu yang telah basah! Apa penyebab itu semua? Air suci dari langit? Akuilah Clara kau sedang jatuh cinta dengan nya.

Cinta? Siapa dia? Cinta ialah yang datang tiba-tiba, memutuskan pilihan nya sendiri. Membuai dan menerbangkan perasaan siapapun yang didatangi nya. Lalu Cinta pergi juga dengan tiba-tiba, meninggalkan bekas kenangan dan perasaan yang menyakitkan.

Itu lah Cinta, yang menentukan pilihan nya sendiri. Bukan kau yang memilih, dan Cinta akan memperjuangkan hak nya, bukan menangis mengingat kenangan dan menyalahkan perasaan.

Arghh seorang gadis batin ku terus berkecamuk. Memenuhi pikiran ku sekarang. Aku tidak boleh memikirkan Harry lagi. Dia hanya orang baru yang hadir di hidup ku, belum tau apapun, he knew my name, not my story.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 28, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Dark Sunshine/H.STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang