Night

157 14 27
                                    

Di atas jembatan, aku berjalan menuju jalan pulang,

"Ibuku menyukai Hajime-san, dia memang baik, tampan, menawan, kaya, romantis, tapi aku kenapa lebih kepada Hashimoto-san?, apa aku harus menikah dengan Hajime-san?", tring tring, suara ponselku, dari nomor tidak dikenal,

"Mungkin salah sambung", tapi nomor itu terus saja menelfon,

"Aku jawab saja", "Hallo?",

"Kenapa dimatikan? Ini aku Aron",

"He?, Aron?",

"Belum disimpan ya nomorku?", "Kamu di jembatan kan?",

"Kenapa bisa tau?",

"Lihat ke depan!", aku melihat kedepan, ada laki-laki dengan kaos biru,

"ARON", kakiku reflek berlari menuju Aron sampai aku menabraknya,

"Wo wo, jangan tergesa-gesa!", "Kaget?",

"Iya, kok bisa?", "Tadi habis kerja terus mampir dulu ke sini, saat aku menoleh ada kamu kepalanya nunduk gitu, aku jadi ingat untuk menelfonmu", dia memelukku, "Aku jadi semakin penasaran denganmu Mayu",

"Bercanda ya?",

"Nggak kok", aku memeluknya juga, hangat rasanya,

"Nggak mau lepas ya?",

"Eh, maaf", aku segera melepaskan pelukanku, wajahku memerah dan keningku mulai panas, ini rasanya seperti cinta pertama yang terwujud,

"Mulai sekarang panggil aku Aron ya!, A R O N",

"Aron, Aron", dia mengusap kepalaku, pertamanya memang terasa lembut, tapi dia semakin menekan tangannya,

"Sakit",

"Gemes soalnya", "Aku anterin pulang",

"Ya, boleh".

Di Menit yang sama,
Suara langkah kaki beberapa orang bergema, melewati lorong ruang rapat negara, pintu ruang rapat terbuka, lalu berdirilah seorang pemimpin negara Jepang di depan seluruh anggota rapat,

"Hormat", semua anggota menunjukkan hormatnya pada pemimpin negara ini, "Tegak",

"Silakan duduk!", "Jadi, bagaimana tentang barang yang kita akan lelang untuk kemajuan negara?, dicuri lagi?",

"Eee... Iya pak, jadi ceritanya",

"Saya sudah tau" sambil menunjukkan jari telunjuknya tanda untuk diam, "Kita selesaikan masalah ini dengan cepat", "Jendral, saya meminta agar anda membuat strategi yang kuat dan akurat",

"Baik pak",

"Saya ingin tim anda segera menangkap pelakunya tanpa ada korban",

"Baik pak, saya sudah melatih sebuah tim untuk masalah ini, dan mereka sudah siap untuk mati demi negara, latihan ini gabungan dari kepolisian den tentara negara",

"Bagus, tidak salah aku menaikkan jabatanmu", "Saya memberikan tugas spesial ini untuk anda semua", "Kita akhiri rapat ini saja", dia berdiri dan menundukkan kepala, reflek semua yang ada di ruang rapat mengikutinya,

"Kita mendapatkan masalah ini lagi Jendral",

"Sudahlah, lakukan saja perintahnya".
___

Aku dan Aron sebenarnya sudah beberapa menit di mobil, tapi belum sampai rumahku, padahal kalau naik mobil dari jembatan ke rumahku cuma 15 menit,

"Aron?",

"Aku tau, aku tau",

"Aku sudah lihat jembatannya dua kali",

"Kamu tunjukkan saja arah rumahmu!", "Sebenarnya, aku tadi di jembatan karena, karena",

"Nyasar?", dia mengangguk malu, duh imutnya,

"Ya ampun, kenapa tidak bilang dari tadi?", "Dari sini lurus, lalu belok kiri, ada perempatan pertama itu masih lurus, perempatan kedua belok kanan, nah habis itu kita melewati tiga toko, toko bangunan, toserba, sama toko es krim, lalu ada rumah dengan cat cream itu rumahku", lalu aku melihat wajahnya yang mendadak aneh, dia melihatku dengan ekspresi yang sama,

"Apa kamu saja yang nyetir?, aku nggak mudeng",

"Hahaha, ya ampun ternyata kamu beda sama Hajime-san ya, dia sekali dibilangin langsung mudeng, padahal aku ngomongnya cepet",

"Hajime, siapa?",

"Bukannya aku pernah cerita?", "Dia dokter",

"Ooo", "Aku sudah paham rumahmu, jadi ayo kita berangkat". Selama di mobil kita hanya diam, aku merasa canggung, mungkin dia juga. Aku terus saja memainkan ponsel supaya ada kesibukan, padahal cuma geserin menu,

"Habis perempatan kedua belok mana?",

"Belok kanan", semenit kemudian,

"Ini udah toko es krim, lalu rumahmu yang mana?",

"Dari sini aku jalan saja",

"Kenapa?", "Nggak apa kok, yang cat cream kan?", "Yang besar itu?",

"Ee..., iya",

"Emang tinggal sama siapa aja di rumah segede itu?",

"Cuma aku, ayah sama ibu, tapi mereka sering lembur",

"Bentar aku parkir dulu", setelah parkir aku membuka pintu mobil lalu keluar, dia juga ikutan keluar, mungkin untuk say good bye, lalu aku mendapat telefon dari ibuku,

"Halo",

"Mayu, ibu dan ayah lembur nih, kunci pintu ibu taruh pot",

"Pot yang mana?",

"Aduh ibu lupa, cari aja sendiri ya",

"Tapi kan pot banyak", "Lah dimatiin",

"Ibumu nggak pulang ya?, kuncinya?",

"Katanya di pot, tapi yang mana?", dia tertawa dan menghampiriku,

"Ayo kita cari!",

"Nanti ngerepotin", dia menggeleng sambil jongkok di depan pot, aku jadi ingat sesuatu, pertama kali aku lihat dia kan juga jongkok gitu, aku segera menghampirinya dan mulai membantu. Setelah beberapa menit akhirnya kunci rumah ketemu dan itu tidak di pot, melainkan di kotak pos,

"Aron ayo masuk dulu, aku punya soda",

"Aku langsung pulang aja ya",

"O gitu ya",

"Tapi setelah dipikir-pikir soda enak tuh",

"Katanya mau pulang, sana udah malam juga",

"Tapi aku haus", modus,

"Masuklah".

Continuation of the Encounter (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang