Bukan David namanya, jika Ia tidak bisa menaklukkan hati wanita. Bukan David namanya, jika Ia tidak bisa menarik perhatian gadis-gadis di sekitarnya. Selepas seminar David berencana melancarkan aksinya untuk menaklukkan hati gadis yang dua tahun lalu hingga saat ini terlihat aneh di matanya. Gadis yang sejak dua tahun lalu tidak pernah bisa Ia lupakan. Gadis itu adalah si gadis Moderator yang belum Ia ketahui namanya karena memang dari awal David tidak mendengarkan isi seminar dan itu membuat dirinya melewatkan sesi perkenalan.
David menunggu di dekat gedung aula cukup lama hingga akhirnya gadis itu ke luar juga. David segera bergegas dan menghampiri gadis itu.
"Hai..ehm Asaalamu'alaikum." ucap David sok manis.
"Wa'alaikum salam." Gadis itu sedikit terkejut saat melihat kedatangan David.
"Kenalin gue Da."
"Kak Dava?"
"Hah? Lo kenal Kakak gue?" David terkejut. Bagaimana bisa gadis itu menyebut nama Kakaknya?
"Hah? Bukan-bukan." Jawab gadis itu yang tampak bingung sendiri saat merasa dirinya salah orang. Hal itu benar-benar sukses membuat David tersenyum geli.
"Gue David." David mengulurkan tangannya. Detik berikutnya David langsung terperangah saat gadis itu menangkupkan kedua tangannya. Ah Ia lupa, gadis-gadis seperti ini mana mungkin mau menjabat tangan sembarangan.
"Hana." Jawab gadis itu singkat, namun cukup membuat David puas. Setidaknya sekarang Ia tahu siapa nama gadis itu.
"Oh iya, dari mana lo tahu kalau Kakak gue namanya Dava?" David bertanya, tiba-tiba Ia penasaran dengan hal itu.
"Hah? Kayaknya aku salah sebut."
"Oh iya, ada yang bisa aku bantu?" Tanya Hana mengalihkan pembicaraan .
David menggaruk tengkuknya, bingung harus menjawab apa. "Enggak ada sih"
"Tadi seminarnya bagus." Lanjut David asal. David merasa aneh dengan dirinya, sesungguhnya apa yang terjadi? Mengapa dirinya malah jadi salah tingkah?
"Makasih. Hanya itu kan?"
"Hah?" David cengo, tidak paham.
"Kalau sudah enggak ada yang mau di bicarakan aku mau pulang."
"Eh.eh bentar." David mencoba menahan Hana.
"Kayaknya sebelumnya kita pernah ketemu deh."
"Kita kan satu kampus. Ya mungkin sebelumnya kita pernah ketemu." Jawab Hana.
Tapi lagi-lagi David mencoba menggaruk tengkuknya.
"Bukan-bukan. dua tahun lalu." Hana mengernyitkan dahi."Di bandara." Lanjut David, tapi Hana masih tidak paham.
"Vania. Kamu sahabatnya Vania kan?"
"Eh?" Hana terkejut begitu David mengucapkan nama sahabatnya saat SMA, namun tidak urung Ia menganggukkan kepalanya. David tersenyum.
"Kita pernah ketemu di bandara waktu mengantar Vania pulang." Lanjut David.
Saat itu setelah David dari rumah sakit menunggui Dava yang masih harus menjalani perawatan pasca kecelakaan, David berlari terburu-buru saat kakinya menapaki bandara. Ia berharap Vania–tetangganya itu belum berangkat menuju kampung asalnya dan Ia bisa mengucapkan salam-salam perpisahan. Beruntung. Saat-saat itu David masih bisa berjumpa dengan tetangganya itu, tapi di sana ada banyak orang yang mengantarnya. David melihat tetangganya tengah memeluk seorang gadis berjilbab yang sudah terisak. Mendadak David merasa lucu melihat gadis berjilbab yang tengah terisak itu dengan wajah penuh air mata. Saat itu David juga bingung mengapa Ia merasa gadis berjilbab itu sangat lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dari Allah [TERBIT]
EspiritualAku tak pernah tau kapan hati ini akan jatuh. Dan akupun tak pernah tau pada siapa hati ini akan jatuh. Karena menurutku cinta itu hadir bersama dengan Cinta dari-Nya. Yang akan membawaku untuk lebih dekat lagi dengan-Nya. Tapi sekali lagi aku hanya...