9. Selamat Malam Hana

18.7K 947 13
                                    

Katanya setiap hati memiliki cerita yang berbeda-beda. Ada yang bahagia, ada yang terluka dan ada pula yang tidak terduga. Siang tadi saat Hana dari kantin fakultas, tanpa sengaja Ia bertemu kembali dengan Zaki. Sosok pria yang selama ini selalu mengusik hati dan pikirannya. Pria itu tersenyum ramah kepada Hana seperti biasanya. Namun, saat itu Hana merasakan sesuatu yang berbeda, yaitu sesuatu yang biasanya muncul ketika Hana bertemu atau mendapat senyuman dari Zaki. Biasanya hatinya akan berdebar tidak karuan, namun siang tadi. Perasaan itu tidak ada lagi, hatinya tidak lagi merasakan debar-debar saat tanpa sengaja matanya saling bertatapan dengan Zaki. Hal ini benar-benar aneh.

Hana masih menerka-nerka. Mangkinkah? Mungkinkah perasaannya terhadap Zaki telah menghilang? Mungkinkah harapannya untuk menghilangkan rasa itu telah terkabul? Hana tidak tahu karena Ia belum memastikannya lagi. Ia senang jika memang hal itu benar terjadi. Namun Ia tidak ingin mengambil kesimpulan dengan begitu cepat.

"Sendirian aja neng?"

"Astagfirullah." Hana berjengkit kaget saat tiba-tiba David muncul dan berjalan di sampingnya. David benar-benar mengejutkan Hana dari lamunannya. Hana menatap David yang kini tersenyum kepada dirinya. Hana jadi berpikir, akhir-akhir ini kemunculan David sangatlah tidak bisa di prediksi. Pria itu bisa muncul kapan saja sesuka hatinya. Bahkan kadang Hana sampai bingung, apakah David tidak punya kelas atau tidak ada kegiatan? Pasalnya pria itu sering sekali menghampirinya ketika di kampus.

"Kaget ya?"

Hana melirik pada David "Menurut anda?"

David terkekeh. "Enggak cocok ih."

"Apanya?"

"Itu mukanya enggak cocok kalau di galak-galakin gitu."

"Wajah kamu tuh sudah dari sananya terkesan lemah lembut. Jadi enggak usah deh di galak-galakin." Lanjut David.

Hana hanya terdiam, Ia tidak tahu harus menjawab apa. "Oh iya, ini mau kemana?"

"Pulang."

"Wah sama dong."

Hana hanya tersenyum menanggapi ucapan David. "Pulangnya sendirian, Han?"

"Iya."

"Mau di antar?"

"Aku bawa motor kok." Yahh. David menghela nafas, usahanya gagal.

"Kalau gitu.." Hana menoleh, menatap David dan menunggu pria itu melanjutkan ucapannya.

"Nanti malam ada acara?"

Hana mengernyitkan dahinya. Memangnya ada apa jika dirinya tidak ada acara? "Kenapa?"

"Mau telepon aja sih. Nanti malam di jawab ya kalau gue telepon. Ada sesuatu yang mau gue sampaikan ." Ucap David lalu segera berjalan mendahului Hana. Pria itu sedikit berlari menuju tempat parkir, tangannya melambai-lambai sebagai isyarat selamat tinggal kepada Hana. Sementara Hana hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah David.

**

David tengah memasak nasi goreng. Satu-satunya menu yang bisa Ia buat selain telur goreng dan mie instan. Malam ini David sendirian, Mama dan Papanya pergi ke luar kota untuk mengurus proyek baru hingga seminggu ke depan. Sementara Dava-kakaknya. Masih sibuk di kantornya. Padahal jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. David tidak begitu memikirkannya karena dirinya sudah biasa dengan situasi seperti ini. David segera menuju ruang makan begitu nasi goreng buatannya jadi. Rasanya epi. selalu seperti itu.

"Makan-makan sendiri." Suara itu suara itu muncul bersamaan dengan wajah lelah kakaknya yang baru saja pulang dari kantor. Sebenarnya David sedikit terkejut karena Ia sama sekali tidak mendengar suara mobil kakaknya atau suara seseorang yang membuka pintu. Tahu-tahu kakaknya sudah masuk ke ruang makan.

Cinta dari Allah [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang