Chapter 2

151 4 4
                                    

CHAPTER 2

SURAT itu kini ada di tanganku, sejak dari pesawat aku terus membacanya. Isinya adalah undangan-wajib-hadir untukku. Ke sebuah pulau bernama Pulau Graymalkin untuk mendapatkan pelajaran istimewa di suatu sekolah yang bernama Hecate Hall. Aku tak tau “pelajaran istimewa” apa yang mereka maksud. Tapi aku toh tetap ada disini. Di hutan yang menyeramkan dan sunyi ini.

Saat aku bertanya pada Mom dan Dad apakah mereka mendaftarkan aku ke Hecate Hall, mereka bilang tidak. Tetapi karena di surat itu bertuliskan alasan kenapa aku harus datang-alasannya adalah karena aku telah mengalami kejadian yang luar biasa dan itu benar. Dad menyuruhku untuk mencoba datang. Lagi pula aku juga sudah ingin mendaftar sekolah. Tapi sungguh, aku tak menginginkan bersekolah di tempat yang terisolir seperti ini.

Sudah 1 jam aku berjalan kaki di jalan setapak yang membelah hutan pulau ini. Tetapi tetap saja aku tak menemukan apa – apa. Sesuai petunjuk nahkoda kapal kecil yang mengantarku di dermaga tadi, aku hanya harus mengikuti jalan setapak ini. Tetapi sampai kapan bung?! 

Aku sudah benar – benar kelelahan, jadi kuputuskan beristirahat di bawah pohon ek besar dalu. Aku mengeluarkan botol minum yang isinya tinggal ¼ dari yang tadi aku bawa. Ugh... kalau sampai aku berjalan lagi dan tidak menemukan sekolah itu, aku akan benar – benar kembali pulang dari hutan mengerikan ini.

Saat aku melanjutkan perjalanan melelahkan ini aku mulai melihatnya. Pintu gerbang yang bertuliskan Hecate Hall dengan ukiran rumit yang mengagumkan. Ya, sebenarnya mengagumkan jika lebih terawat dan letaknya tidak berada di tengah hutan. Siapa yang mau sekolah di tempat terpencil seperti ini?

Pintu gerbang itu sebenarnya cukup mewah, baiklah ku ulangi. Sebenarnya pintu gerbang itu dulunya cukup mewah. Hanya saja kini sudah ditumbuhi lumut dan tembok batanya sudah mulai lapuk-banyak sekali rekahan – rekahan mengerikan. 

Pintu besinya sudah karatan, aku khawatir hanya dengan sentuhan lembut saja mungkin akan hancur. Pintu gebang ini hanya akan kau temui jika kau sedang menonton film horor.

Dengan sangat hati – hati aku mencoba membuka pintu besi itu. Suara derit keras mengagetkanku, bayangkan saja setelah kau menyusuri hutan yang sunyi kau langsung membuka gerbang besi karatan yang mengeluarkan suara mengerikan ini. Berani bertaruh, tak banyak yang bertahan sepertiku sekarang. Aku menjadi sedikit bangga pada diriku sendiri.

Kudorong lebih keras lagi-hasilnya suara itu semakin nyaring, agar aku bisa masuk kedalam. Saat aku lepaskan, pintu itu kembali menutup seperti semula, seolah tak ada orang yang baru saja melewatinya. Tanganku kotor oleh serpihan besi karatan yang hancur. Aku masih memandangi pintu itu. Apa mungkin di tempat seperti ini ada sekolah?

Lalu kurasakan ada sesuatu yang menyentuh pundakku, “Aaaaa....” aku berteriak keras sekali. Entah apa yang menyentuhku ini pasti bukan manusia.Tapi...

“Oh, tenanglah nak. Maafkan aku. Aku tak bermaksud mengagetkanmu. Kau ini Emily Jane Stryder, benar?” 

Kuputar tubuhku, sekarang aku berhadapan dengan wanita yang sudah cukup tua. Menurutku, umurnya mungkin sekitar 50an. Kuhembuskan nafas lega. Konyol sekali aku ini sampai berpikir yang aneh – aneh. Wanita ini tampak anggun dengan pakaian resmi berwarna biru tuanya. Rambut pirang gelapnya ditata sedemikian rupa sehingga tercipta gelungan ketat yang mengagumkan. Aku yakin, bila Mom melihatnya pasti dia akan langsung memintanya untuk mengajarinya. Mom sangat menyukai seni penataan rambut.

“Hei? Apa kau baik – baik saja?” Wanita ini melambaikan tangannya di depan wajahku. Ya ampun! Dari tadi aku melamun!

“Oh, iya. Maafkan aku. Ya benar, aku Emily.”

Wanita itu terseyum ramah padaku, “Aku Anastasia Casnoff. Kepala sekolah di Hecate Hall. Kau bisa memanggilku Mrs. Casnoff.” Mrs. Casnoff mengulurkan tangannya dan aku menyambutnya, setelah kulepaskan ada perasaan tenang yang tiba – tiba saja kurasakan.

Two Souls (Hex Hall FanFiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang