Mail - wicksn (3,88/5)
***
Rinduku Berbuah Lara
Thanks To Angin Pujaan Hujan-Payung Teduh
...
Hari itu Sabtu kelabu. Saat awan-awan gemuk berwarna gelap menggantung.
Sebentar lagi hujan, pikirku. Segera kulihat ke luar kamar kost-ku, ternyata tidak ada jemuran. Aku lanjutkan kegiatanku sebelumnya, memandangi fotomu. Kebiasaanku saat bosan dengan diktat-diktat tebal.
Rambut tebalmu, mata cokelatmu yang tajam, punggungmu yang tegap kokoh. Aku rindu, tapi tak tahu di mana kamu.
Ah, rasanya setelah malam itu setahun lalu, kita belum pernah bertemu kembali.
"Oeeeeek ...." suara tangisan dan gemuruh langit mengejutkanku. Segera ku hampiri sumbernya dan menggendongnya. Kemudian aku kembali memandangi potretmu.
Kulirik wajah mungil di gendonganku dan kupandangi lagi fotomu "Kalian mirip,"--aku tersenyum miris--"Lara, Papa, pasti akan kembali."
Mataku berkaca kaca melihat wajah tanpa dosa yang sedang tertidur di gendonganku, lalu ku kecup keningnya.
"Harusnya malam itu kita tidak melakukannya, kasihan jiwa suci seperti dia. Tak kusangka, rasa rindu di pertemuan kita setahun lalu bisa melahirkan Lara. Aku harap kamu kembali mas," gumamku sendirian pada potretmu, berharap suaraku akan terbawa bersama angin dan hujan ke telingamu.*****
YOU ARE READING
Photograph
Teen FictionSatu lembar fotografi saja cukup untuk mengembalikan memoriku tentangmu. Persembahan Voksta untuk event kedua: Memori Fotografi