Indah Melati - mltindah (4,26/5)
***
Tidak Akan Putus
Niat awal Amara yang ingin berleha-leha terpaksa pupus setelah Clara—ibu Amara—menyuruhnya untuk merapikan kamar.
Dengan setengah hati, Amara mengiyakan perkataan Clara.
Jadilah sekarang Amara di kamar bernuansa keungu-unguan ini. Sekilas Amara mengamati kamarnya yang seperti kapal pecah. Dari mana ia harus mulai merapikan kamarnya?
Setelah menatap seisi kamar, Amara memutuskan untuk merapikan meja belajarnya terlebih dahulu. Tumpukan kertas dan buku yang tadi berserakan di meja kini sudah tertata rapi di tempatnya.
Amara beralih pada lemari kecil yang ada di samping meja belajar. Entah sudah berapa lama ia tidak membuka lemari itu dikarenakan isinya yang sangat berantakan. Bahkan untuk membuka pintu lemari itu saja sejumlah barang akan langsung meluncur keluar.
Benar saja. Saat Amara membuka pintu lemari, beberapa kotak dan album foto berhasil keluar tanpa ia sentuh. Pandangan Amara terpaku pada sebuah album foto dengan kover berwarna hitam polos. Mengikuti rasa penasarannya, Amara pun mengambil album tersebut.
Sambil memangku album foto, Amara duduk di lantai kamarnya. Dibukanya album tersebut perlahan hingga menampakkan foto-foto dirinya bersama seorang perempuan.
Seketika memori-memori akan kejadian dalam foto tersebut kembali menyeruak di otak Amara. Bagaimana ia dengan perempuan di foto itu saling berbagi suka dan duka. Hampir semua momen penting dalam hari-hari mereka diabadikan dalam foto itu. Dari awal kedekatan hingga perpisahan terakhir mereka pada saat lulus-lulusan.
Amara menatap sebuah foto di mana ia dan sahabatnya mengenakan topi berbentuk kerucut dengan sebuah kue berlapiskan keju di depannya. Amara ingat betul saat Mytha, sahabatnya, menjadi satu-satunya orang yang datang ke hari bahagianya itu. Padahal puluhan undangan sudah Amara sebar ke satu kelas, tetapi hanya Mytha yang datang.
Saat itu yang Amara rasakan adalah sedih sekaligus bahagia. Sedih karena teman-teman sekelasnya tidak ada yang mau meluangkan waktu untuk datang ke acara ulang tahunnya. Bahagia karena dari sana Amara sadar bahwa Mytha adalah sahabat sejatinya.
Rasa rindu langsung menyerang Amara. Sudah dua tahun ia tidak bertemu atau bahkan sekadar berkomunikasi dengan Mytha. Bukannya tidak mau mencari tahu. Amara pun telah berusaha sekeras mungkin mencari kontak Mytha, tetapi hasilnya nihil. Semua kontak yang Amara punya telah tidak aktif. Rumah yang dulu Mytha tempati pun kini berubah menjadi masjid.
Akhirnya Amara sampai di lembar terakhir album ini. Di sana memperlihatkan foto terakhir mereka saat usai wisuda. Jelas terlihat mata dan hidung Amara yang memerah saat memeluk Mytha. Berkebalikan dengan Mytha yang menyembunyikan wajahnya di lengan Amara saking tidak bisa menahan tangis.
Album yang ada di pangkuan Amara langsung ia tutup dan letakkan kembali ke lemari. Sebuah ide tiba-tiba terbesit di otak Amara. Bergegas Amara bangkit dari duduknya lalu berganti pakaian. Setelah semuanya siap, ia keluar kamar lalu berpamitan pada Clara.
***
Jack's Donut. Tempat favorit Mytha jika sedang jenuh atau banyak masalah. Biasanya Mytha akan selalu mengajak Amara bila datang ke sini.
Sambil berharap Mytha ada di sini juga, Amara mengantre untuk memilih donat yang ia mau. Pandangan Amara terus beredar ke sekeliling tempat ini, mencari keberadaan Mytha. Amara menghela napas pasrah saat dilihatnya tidak ada tanda-tanda Mytha di sini.
Amara kembali fokus menunggu antrean. Hanya tinggal satu orang lagi hingga Amara mendapat giliran memilih pesanannya.
Terdengar suara penjaga kasir bertanya pada pelanggan di depannya. "Iya, apa pesananannya, Mbak?"

YOU ARE READING
Photograph
Novela JuvenilSatu lembar fotografi saja cukup untuk mengembalikan memoriku tentangmu. Persembahan Voksta untuk event kedua: Memori Fotografi