Case 5

7.8K 976 123
                                    


"Membuka dada, forcep...." perintah Ken ke perawat dan Bagus langsung memasangkan penjepit agar lebih memudahkan dalam melihat bidang operasi.

Mereka sedang menangani pasien wanita remaja usia 17 tahun yang mengalami kelainan jantung dibantu dengan Ririn sebagai asisten kedua dan Fiona selaku dokter anestesi.

Operasi berjalan relatif lancar sampai Fiona mengingatkan. "Ken, warna otot jantungnya pucat, lho."

"Ya... ada pendarahan," jawab Ken santai.

"Rin, coba cek pendarahannya di mana," lanjut Ken lagi.

Ririn yang ditanya tampak panik. "Baik dok, akan saya cari."

Dia memperhatikan bidang operasi dengan seksama namun tak menemukan sumber pendarahannya.

"Ayo cepat, Rin! Bagaimana kalau sampai terjadi perubahan mendadak?" tegur Ken yang membuat Ririn semakin panik.

"Udah ketemu belom???" tanya Fiona malas-malasan kemudian berbicara dengan perawat. "Siapkan 1/2 ampul asam epsilon amoni capron (sejenis zat penghenti pendarahan)."

"Tolong, kain kasa.... "Bagus yang dari tadi ikut memperhatikan Ririn dan akhirnya tak tahan ingin membantu karena dia sudah tahu dari awal sumber pendarahan pasien mereka.

"Dokter Ririn...." kata Bagus, namun Ken mengingatkannya dengan isyarat agar Bagus tetap diam.

Ririn masih mengamati pasien dengan seksama dan akhirnya menyadari pendarahan ada pada rahimnya.

"Eh, ya ampun!" serunya.

"Dokter Ririn, tempat pendarahan tidak hanya terbatas di bidang operasi saja, itu pendarahan dari rahim.

Perawat operasi, berapa jumlah pendarahannya?"

"Sekitar 100 cc, dokter Ken."

"Nah, Bagaimana cara penanganannya, dokter Rin?"

Ririn diam, berpikir keras. 'Pendarahan dari rahim yang lumayan banyak, apa pasiennya sedang hamil?? 100 cc jelas bukan pendarahan biasa.' Tanpa berpikir lebih lanjut, Ririn langsung berkata.

"Pendarahannya tak berhenti sementara rahim dalam keadaan relaksasi, bukan? Harus diberi oxytocyn (obat untuk menghentikan pendarahan abnormal setelah melahirkan). Tergantung keadaannya, juga dibutuhkan pengangkatan rahim secara darurat!!! Ini benar-benar gawat, dokter Ken!!!" serunya panik.

Ruang operasi terasa hening, dan kemudian semua orang di ruang operasi tertawa kencang. Ken terlihat berusaha menguasai dirinya dan akhirnya bisa tenang setelah tertawa geli. "Itu perawatan sehabis melahirkan!! Memangnya bayinya ada di mana?" ucapnya kencang membuat wajah Ririn menjadi merah padam.

"Dokter Ririn, sebelum ikut ke ruang operasi ini, sudah membaca karte pasien baik-baik atau tidak? Bagus, coba jelaskan!"

"Menstruasinya berhenti sejak setengah tahun lalu karena stress sebelum operasi, tapi sekarang karena ada gangguan operasi secara langsung, bagian yang merupakan jaringan stress, yaitu bagian dasar pengelihatan dan kelenjar otak, secara spontan merangsang terjadinya kembali menstruasi." Bagus menjelaskan dengan lancar membuat Ririn mengutuk mereka satu-persatu dalam hati karena sudah menjadikan dirinya bahan lelucon.

'Dasar dokter-dokter sialan!!!'

"Suntikan pembuluh samping dengan tingkat kecepatan 2cc per 1 menit!!" perintah Fiona ke perawat.

Ririn melotot melihatnya dan agak heran dengan tindakan yang diambil dokter Fiona.

Pendarahan menstruasi itu karena daya pembekuan cairan darahnya melemah hingga darah sulit membeku, karena itu digunakan obat pembeku darah. Namun, bukankah itu akan lebih memudahkan terciptanya darah beku dalam saluran mesin jantung paru buatan? Ririn tak habis pikir.

Doctors in Blue Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang