Peach Rose

214 33 1
                                    

Musim panas, 15 Agustus 2004.

Aku melangkahkan kakiku dengan cepat. Menelusuri setapak yang masih sama seperti 3 tahun yang lalu. Kuharap Cheryl masih menungguku disana.

Aku baru sampai dirumah nenek sore ini. Dan, segera aku pergi setelah meminta izin dengan orang tuaku.

Sampailah aku di hamparan rumput hijau yang masih sama. Dengan pohon besar ditengah hamparan itu, ayunan di dahan besarnya, dan di batang pohon itu tersandarlah sebuah sepeda.

Sepeda? Milik siapa? Cheryl?

Aku mempercepat langkahku. Dan, dengan cepat aku sudah berdiri tepat disamping sepeda itu. Sepeda itu memang kelihatan sekali milik perempuan.

Di keranjang tergeletak sebuah keranjang anyaman yang kukenal. Lengkap dengan banyak bunga di dalamnya.

Aku mendengar suara seseorang bersiul. Tepat dibalik batang pohon! Aku berjalan dan menengok.

Cheryl!

Tangannya yang memegang spidol warna beradu dengan kertas putih polos. Prilakunya sepertinya tak berubah. Dan, wajahnya masih bisa kukenali.

"Cheryl?" Panggilku.

Dia -yang kuyakini Cheryl- mendongakkan kepalanya. Menatapku lekat-lekat yang tepat berjongkok disampingnya.

Dia menaruh alat gambarnya dan, "ALEEEEXXXX!!!!" Dia melompat ke arahku dan memelukku erat-erat.

Sudah seperti pelukan nenek terhadapku, hahaha.

"Kamu Alex kan? Benar-benar Alex kan?" Tanyanya.

Setelah dia memelukku erat, dia baru bertanya seperti itu sekarang?

"Yup." Jawabku.

Dia menautkan kedua alisnya. Apa iya dia tidak percaya? "Bohong!" Tuduhnya, "Punya bukti apa kamu kalau kamu benar-benar Alex?"

Aku menghela nafasku. Dia sungguh-sungguh tidak percaya? Benar-benar aneh.

"Buktinya, 3 tahun lalu kamu memberiku bunga dan memintaku merawatnya." Aku duduk dan menyandarkan punggungku ke pohon, "Walau itu sedikit merepotkan." Tambahku lirih.

Greb!

Cheryl lagi-lagi memelukku. Dia sudah percaya? Syukurlah.

"Aaahh, Cheryl kira kamu lupa pada Cheryl. Lalu, kamu gak akan kesini lagi." Ujarnya lirih.

"Enggak mungkin. Aku kan udah bilang kalo setiap 3 tahun sekali aku kesini. Tepatnya setiap musim panas."

Sebenarnya, aku ingin sekali tertawa mendengar cara dia memanggil dirinya masih sama. Yap, dengan sebutan namanya sendiri. Tapi, setelah melihat raut mukanya, sepertinya dia benar-benar sedih.

"Hei, aku punya kabar gembira!" Celetukku.

Dia mengalihkan pandangannya dari kertas gambarnya. "Apa?"

"Kamu tahu Harrington Junior High School?" Tanyaku. Cheryl terdiam sebentar lalu menggeleng.

"Benarkah kamu tidak tahu? Uwaah, itu benar-benar aneh. Itu salah satu sekolah favorit di New York! Dan kamu tahu? Berita gembiranya, aku diterima masuk disana!"

Cheryl menatapku dengan tatapan berbinar-binar. "Wah, benarkah? Kamu hebat sekali Alex! Bukankah itu prestasi hebat? Waahhh, Cheryl benar-benar ingin sepertimu!"

Aku terkekeh. "Dan, aku punya sesuatu untukmu!" Ujarku.

"Apa? Apa? Apa?" Tanyanya menggebu-gebu sembari mengguncang-guncang pundakku.

Aku mengeluarkan sesuatu dari kantong jaket yang kupakai. "Ini."

"Benarkah ini untuk Cheryl?" Tanyanya ragu-ragu. Aku mengangguk dan memakaikan kalung yang kuberi di lehernya. Yap, aku memberikannya kalung dengan bandul bunga lily.

"Apa tidak mahal? Cheryl harus bayar berapa?" Tanyanya lagi dengan polos. Aku suka melihat tatapan polosnya.

"Hei, ini tidak mahal. Aku sengaja membelikannya agar kamu tidak lupa padaku. Kamu gak usah bayar." Jawabku dengan menekankan pada beberapa kata.

"Baiklah. Terima kasih Alex!" Dia memamerkan senyum dilekukan bibirnya.

*****

Aku menambah laju kecepatan sepeda. Menyusuri melewati banyak ladang gandum di kanan kiri.

Yap, kami sedang bersepeda. Tepatnya aku yang membonceng Cheryl. Tadi, setelah asyik bercerita tentang kehidupan kami masing-masing, ia mengusulkan untuk bersepeda. Tentu saja aku menyetujuinya.

"Uwaaah, angin nya sangat menyejukkan!!!" Teriak Cheryl yang sedang berdiri di atas sepeda. Jemari mungilnya mencengkram erat bahu-bahuku.

"Alex?" Tanya Cheryl dengan sedikit berteriak, melawan angin yang lumayan kencang.

"Yaaa?"

"Bukankah memberi seorang anak perempuan hadiah itu seperti mengajaknya kencan? Rena bilang begitu." Tanya Cheryl yang lagi-lagi dengan keluguannya, "Apa berarti Alex mengajak Cheryl kencan?"

Aku merasa wajahku memanas. Bagaimana bisa dia menanyaiku hal seperti itu? Seorang anak perempuan!

Aku terdiam sampai akhirnya kembali ke tempat awal kami. Wajahku masih terasa panas. Cheryl menghampiriku.

"Alex, apa kamu sakit?" Cheryl menatapku lekat-lekat. Memperhatikan apa ada yang salah denganku. Dan itu, jelas-jelas membuatku salah tingkah.

"E-enggak kok, Cher. Aku baik-baik aja." Jawabku. Dia memasang wajah aku-tidak-percaya. Dia mendekatkan tangannya ke dahiku. Yah, dia masih sedikit lebih tinggi dariku.

Aku bisa merasakan wajahku semakin memanas. "Alex! Wajahmu semakin memerah! Kamu harus pergi ke dokter!" Pekiknya.

Aku menahan tawaku. Bagaimana mungkin dia bisa sepolos ini?

"Tidak, Cheryl. Aku tidak sakit. Sungguh." Aku beralih menatap matahari yang sudah mau tenggelam, "Aku harus kembali Cheryl."

Dia menatapku, "Baiklah, rawat ini juga ya!" Kata Cheryl dan memberikanku beberapa tangkai mawar berwarna peach.

"Baiklah, sampai jumpa besok!" Aku berlari meninggalkan Cheryl dan sesekali menengok ke belakang sambil melambaikan tanganku.

Aku menghentikan langkahku saat sudah memasuki setapak yang jauh dari tempat Cheryl.

Aku merasakan hal aneh di dadaku. Rasanya seperti berdesir dan hangat.Pertama kalinya aku merasakan ini setelah berpacaran dengan Alice.

Kurasa, aku menyukaimu, Cheryl.

---------

Ea ea ea wkwkwk.
Gimana menurut kalian part ini? Fufufu gaje banget ya XD
Tinggalkan jejak yaa;)

Fleurs de Cheryl [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang