Purple Rose

155 31 1
                                    

Musim gugur, 19 Oktober 2004.

Aku berjalan menelusuri setapak yang sama seperti sebulan yang lalu. Hari ini, aku diam-diam ingin memberi Cheryl kejutan.

Entah seharusnya aku mengeluh atau bersyukur, karena dirumah nenek ada acara makan bersama keluarga besar, aku dan keluargaku harus kesini.

Kurasa aku harus bersyukur. Bukan begitu? Karena ini masih pagi, aku berencana mengajak Cheryl ke kota kecil di dekat lembah ini. Lagipula, makan acara makannya nanti malam.

Aku sampai tepat di sebelah gadis itu. Kulihat kalung yang kuberikan masih betengger di lehernya. Dia terlihat tidur sangat pulas.

Aku ikut berbaring di sebelahnya. Lebih baik aku membatalkan rencanaku bukan? Sayang sekali kalau harus membangunkan tidur cantiknya.

Yah, dia memang cantik.

***
Aku mengerjap-ngerjapkan mataku. Aku melihat bayangan seseorang. Segera aku terduduk.

"Alex?"

Ternyata Cheryl.

Aku baru sadar, tadi aku sampai disini dan melihat Cheryl tertidur. Lalu, aku ikut berbaring disampingnya dan.. Sepertinya aku juga ikut tertidur.

"Iya?"

"Kenapa kamu disini? Bukankah kamu baru kembali ke New York sebulan yang lalu? Lagipula ini masih musim gugur. Bukankah seharusnya tiga tahun lagi kamu kembali?" Tanya Cheryl dengan satu tarikan nafas.

"Cheryl kamu kalau nanya bisa satu-satu bukan?" Aku menarik nafas sebentar, "Aku kesini karena nenekku mengadakan acara makan malam keluarga besar. Tapi, tiga tahun lagi pasti aku kesini lagi. Dan, tentu saja aku ingin membuat kejutan untukmu!" Jelasku.

"Cheryl sangaaaaatttt senang Alex kesini lagi!" Serunya sambil memelukku sangat erat. Catat, sangat erat. Membuat jantungku berdegup tidak karuan.

"Ini jam berapa?" Tanyaku.

Cheryl melihat jam tangan yang ia pakai. "Jam sepuluh."

"Apa kamu mau ke kota? Kota dekat dari sini bukan?" Tawarku.

"Mau! Memang dekat sih, hanya 10 menit. Tapi kita kesana naik apa?"

Aku terdiam. Lalu aku melirik sepeda Cheryl yang tergeletak di hamparan rumput. Dan tak lupa, lengkap dengan keranjang anyamannya yang sudah penuh bunga.

"Naik itu saja."

***
Kami asyik bermain di taman ria. Menaiki wahana-wahana, memakan gulali, dan bermain permainan yang mendapatkan hadiah.

"Ayo, Alex! Dapatkan boneka itu! Cheryl suka boneka itu!" Pinta Cheryl.

Aku mengarahkan pistol mainan yang kupegang ke arah pion yang harus dijatuhkan demi mendapat boneka yang Cheryl inginkan.

Dorrr

"Kena!" Seruku. Penjaga kios itupun berjalan kearah kami sambil membawa boneka beruang ukuran sedang dengan membawa bunga lily putih.

"Terima kasih, Alex!" Ucap Cheryl dan tersenyum sangaatt manis kepadaku.

Kalau aku menyatakan perasaanku, apa kamu akan menerimanya?

"Ayo kita pulang." Cheryl menarik tanganku dan berjalan ke arah tempat aku memarkirkan sepedanya.

Di sepanjang perjalanan, Cheryl sibuk berceloteh. Tentang sekolahnya, teman-temannya, keluarganya, dan hampir semuanya!

Hanya pendengaranku, Nona Angin, ladang gandum, dan matahari yang hampir tenggelam yang mendengar celotehannya.

Sikap childish-nya masih belum hilang. Tapi aku menyukai sifatnya yang itu.

Aku menyandarkan sepeda Cheryl di pohon.

"Baiklah, aku harus pulang Cheryl. Dan, besok pagi aku kembali ke New York." Pamitku.

"Yaaahhh..." Sejenak senyum di wajah Cheryl menghilang, lalu kembali lagi. "Baiklah, tapi kamu harus rawat juga bunga yang ini! Dan jaga barang yang Cheryl beri ini!"

Dia memberiku beberapa tangkai bunga mawar ungu -seperti biasa- dan sebuah gelang hitam dengan bandul 'C'.

"Kurasa, hanya ini yang bisa Cheryl berikan padamu, Alex. Dan lagipula, gelang ini sama dengan punyaku!" Tambahnya sambil menunjukkan gelang hitam yang sama sepertiku melekat di pergelangan tangannya. Hanya saja, bandulnya 'A'.

"Tak, apa. Baiklah, sampai jumpa tiga tahun lagi, Cheryl!" Teriakku saat kakiku mulai berlari menjauhi Cheryl. Dia tersenyum dan melambai-lambaikan tangannya.

Kurasa belum saatnya. Benar bukan? Apa sebaiknya mungkin 3 tahun lagi?

----------
Thanks~
Tinggalkan jejak ya;)

Fleurs de Cheryl [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang