Aku akan mencungkil kedua bola mata orang itu. Kemudian akan kubelah perutnya dengan pisau daging yang ada di meja dapur rumahku, dan kutarik keluar ususnya. Lalu kuiisi perutnya dengan bebatuan runcing yang berserakan di pekarangan rumahku. Setelah itu akan kupatahkan lehernya, kuputuskan dari badannya. Dan kepalanya yang sudah terlepas dari tubuhnya itu akan kumasukkan ke dalam perutnya, dan terakhir, kujahit perutnya dengan ususnya yang panjang dan menjijikkan. Setelah itu akan kubakar dia!
Aku masih ingat betul janjiku terhadap siapapun yang telah membunuh Episch waktu itu. Dan kini, aku menatap sosok yang terbaring berdarah-darah di lantai keramik ruang tamu sebuah rumah di Postdamer Street.
Gadis itu perutnya terjahit dan berdarah-darah, kepalanya telah tiada. Perutnya menggembung, penuh berisi bebatuan runcing dan sebuah kepala. Jahitan di perutnya, aku yakin sekali, itu adalah ususnya, panjang dan menjijikkan!
Kemudian kulihat Antonio Eldorra menyulut sebatang korek api setelah menyiramkan minyak gas di sekujur tubuh itu.
Kurasakan butiran airmataku menetes, mungkin. Bahkan aku sendiri tak bisa merasakan tubuhku.
Gadis itu adalah aku. Lebih tepatnya, ragaku. Tubuhku.
Dengan penuh senyum kemenangan dan senyum miring khasnya yang menyerupai iblis itu, Antonio Eldorra meninggalkan jasadku begitu saja setelah yakin seluruh bagian tubuhku telah tersulut api, terbakar.
“Elberta?” aku mengenali suara itu. Berbalik, aku menatap sosok yang berjalan terseok-seok dengan posisi kakinya yang sangat mengerikan.
“Nicola…”
Mata Nicola yang sendu menatapku, seakan menyesali kematianku. Seharusnya dia lebih menyesali kematiannya.
“Maafkan aku, Nic… Seharusnya waktu itu aku tidak…”
“Sudahlah, Elberta. Semua sudah terjadi. Dan aku senang kita bisa bertemu lagi.”
Kami saling tersenyum dan saling mendekat untuk berpelukan. Tetapi aku lupa bahwa kami takkan bisa saling menyentuh.
“Elberta, aku punya ide bagus.”
“Apa yang kaupikirkan, Nic?”
“Sekarang saatnya menghabisi nyawa Antonio Eldorra.”
KAMU SEDANG MEMBACA
He'd Never Stop! (Devil 1)
Mystère / Thriller"Urusan kita belum selesai." Suaranya dingin dan dalam. Lebih menyerupai desisan yang halus dan menusuk.