tiga

3.6K 327 48
                                    

Perlu kalian tau, perjuangan gue nulis chapt ini. Dua kali ngulang karna naskah yang udah mau dipublish tiba2 hilang:')

thanks banget yang udah sabar nunggu.

Ku persembahkan chapter ini untuk kalian *alay.

Selamat membaca~

------------------------

Mata Veo memicing ke arah dimana kakak angkatnya itu sedang berbincang dengan seorang guru muda yang memiliki bentuk tubuh ideal. Ugh, jangan ditanya lagi betapa seksinya tubuh yang guru itu miliki sehingga kerap membuat semua siswi iri kepadanya dan seluruh siswa menahan gairah melihatnya.

"Gue rela jadi simpenan Mr.Vero, Veo... Gue rela, rela bangettt...," Zeta. Ya, gadis berdarah Amerika yang baru saja dikenalnya tadi pagi. Bule ini adalah teman sebangku Veo, walaupun baru mengenalnya namun dirinya sudah merasa nyaman dengan tingkah Zeta yang ceplas-ceplos dan asik.

Veo mempertemukan alisnya sehingga dahinya mengkerut. Kini, mereka berdua tengah berada di loker masing-masing yang letaknya berdekatan dengan kantor guru. Sehingga mereka bisa memperhatikan kegiatan dua guru hot itu.

"Ve, liat, deh. Lo gak tau, kan, kalo seluruh siswi disini benci sama Mrs.Ghea! Liat, deh, caper gitu ke guru kesayangan kita," Zeta memulai lagi gosipnya. Matanya menatap tajam ke arah Mrs.Ghea yang baru diketahui Veo, guru itu mengajar matematika.

Veo berdecih. "Wait, what? Kita? Lo aja kali, ya, gue mah engga."

Zeta mendengus. Ia kini menoleh ke arah teman barunya. Tatapan mereka saling bertubrukan.

"What do you mean, Ve? Lo gak tertarik gitu sama Mr.Vero? Apalagi pertama kali lo sekolah disini, lo udah nyari masalah aja sama tuh guru,"

Veo memutar bola matanya malas. Ia menggeleng mantap. Zeta hanya tidak tahu saja kalau guru yang ia puja-puja itu adalah kakak angkat yang paling menyebalkan bagi Veo. Dan Veo tak ada niat sekalipun untuk mengakui kenyataan itu.

"Gak selera sama om-om,"

Zeta melotot. Ia langsung beringsut dari posisinya dan menghadap ke arah Veo. Membuat Veo ikut menegakkan tubunya, bingung.

"Are you fucking kidding me? Dia bukan om-om, gila! Mr.Vero masih 19 tahun, hey, come on, wajah menawannya itu gak cocok buat dibilang om-om!" Zeta nyeroscos, ia menampakan wajah seakan-akan mengisyaratkan 'h-e-l-l-o?!' ala anak alay. Membuat Veo mengangkat salah satu alisnya.

"Veo, gue rasa lo lesbi. Jangan munafik, lo itu kayak cerita romantis novel yang sering gue baca. Bilang gak tertarik sama cowok ganteng, eh tau-taunya suka. Kan lucuk,"

"Lo boleh tau, tapi, plis, jangan sok tau." Veo langsung meninggalkan tempat dimana Zeta baru saja menyandarkan punggungnya ke pintu loker. Sempat terkejut ketika melihat Mrs.Ghea mencium pipi Mr.Vero secara tiba-tiba.

"Fuck--?" Zeta mengumpat. Sampai akhirnya menyadari bahwa Veo sudah berjalan cepat meninggalkannya. "Veo, tunggu!"

Wajah Veo memerah. Perasaan dongkol sudah menggerayangi sebagian besar hatinya. Entah karna perkataan Zeta atau yang lainnya. Yang jelas ia benar-benar tidak selera untuk menggubris Zeta yang sengaja bergurau atau semacamnya.

"Veo, lo ngambek sama gue?" Terdengar Zeta mendekat, membuat Veo makin berjalan cepat. Tangannya serasa diraih oleh Zeta namun ia menepisnya. Zeta terus mengulangi perlakuan itu hingga membuat Veo jengkel.

Ia menoleh ke belakang hendak memarahi Zeta, namun tubuhnya seakan menabrak sesuatu dengan keras sehingga dirinya terhuyung ke belakang. Dan beruntungnya, ia tidak jatuh tersungkur.

LilSistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang