F I R S T

501 21 0
                                    

Musim dingin di kota London benar-benar mematikan. Badai salju mulai turun, hingga mau tak mau, Athena harus mempercepat langkahnya untuk sampai di apartemennya. Mata Athena terpejam tatkala butiran salju menyentuh kulit pipinya, rasa dingin dari butiran salju itu sampai merasuk ke dalam tulang-tulang Athena. Bahkan jika Athena bernafas, nafasnya terlihat seperti angin putih.

Sampai di depan pintu apartemennya, Athena kemudian menekan password apartemennya. Setelah itu Ia masuk dan berjalan menuju kamar mandinya. Pikirannya saat ini adalah merilekskan pikirannya juga tubuhnya dengan mandi air hangat. Pekerjaannya cukup berat, Athena adalah seorang supermodel terkenal. Dan manager sialannya itu menerima kontrak pada sebuah majalah terkenal di London. Dan itu menguras tenaga Athena yang harus menjalani pemotretan sampai jam 9 malam. Bayangkan!

Andai saja Lyana bukan sahabatnya sekaligus managernya, Athena sudah pasti akan menendang bokong sexy Lyana.

"Hufft... Lyana sialan," ujarnya kesal.

Aroma wangi Vanilla menyeruak ke seisi kamar mandi. Dan aroma itu mengurangi sedikit beban Athena. Pikiran Athena menerawang saat tadi, di jalan Ia bertemu-bukan bertabrakan seorang lelaki yang begitu tampan.

"Awhh...." ringis Athena menahan sakit di bokongnya. "Ah, maaf, apakah kau tidak apa-apa?" Ujar lelaki itu sambil mengulurkan tangannya kepada Athena. Athena menyambut uluran tangan lelaki itu.

Athena menatap mata biru milik lelaki di hadapannya. Oh astaga. Lelaki itu begitu menawan, Athena terperangah menatap lelaki itu. Lelaki itu menaikkan sebelah alisnya bingung, lalu lelaki itu melambai-lambaikan tangannya di wajah Athena. "Nona, nona?" Athena tersadar dari lamunannya lalu semburat merah muncul di pipinya, tanda dia malu. "Eh, ini semua salahku. Aku yang tidak berhati-hati tadi. Jadi maafkan aku." Lelaki di hadapannya menggeleng, "Tidak nona. Aku yang salah dan jika kau terluka aku yang akan membiayai pengobatan di rumah sakit," ujar lelaki di hadapannya penuh rasa bersalah.

"Ah, tidak usah tuan. Aku juga tidak apa-apa. See? Aku baik-baik saja." Athena mengendikkan bahunya tak peduli. Lelaki di hadapannya tersenyum. Dan itu adalah senyum termanis yang pernah Athena lihat, bahkan lebih manis dari senyum Jason. Perasaan hangat menyeruak di dadanya, perasaan yang sudah lama mati itu terasa lagi.

Mengingat Jason membuat perubahan wajah pada Athena, dan lelaki itu menyadarinya. "Nona, apakah kau baik-baik saja?" tanya lelaki itu khawatir. Athena mengangguk pelan, lalu menatap mata biru lelaki itu. "Baiklah, jika begitu aku harus pergi."

"Athena."

Athena baru saja ingin pergi meninggalkan lelaki tampan itu berbalik, lalu menatap lelaki itu bingung. Kenapa lelaki itu bisa mengenalnya? Apa mereka pernah berteman? Tatapan Athena berubah menjadi menyelidik sambil menatap lelaki itu penuh selidik. Athena berusaha mengingat-ingat apakah dulu Ia pernah berteman dengan lelaki itu.

Lelaki itu terkekeh pelan menyadari tatapan menyelidik dari Athena. "Jangan menatapku seperti itu. Aku mengetahui namamu karena kau sering terpampang di majalah yang sering ku baca. Dan tadi aku baru menyadari jika kau adalah Athena Claire Victoria Walker." kata lelaki itu menjelaskan. Athena mengangguk mengerti. "Jadi, kenapa kau memanggilku?"

"Jika nanti kau terluka kau bisa menghubungiku." Lelaki itu mengeluarkan sebuah kartu nama. Lalu memberikannya kepada Athena. "Ini ambillah, aku orang yang bertanggung jawab, Athena." Dada Athena terasa hangat saat lelaki itu menyebut namanya. Terasa sangat pas jika Athena mendengarnya.

Athena tersenyum hangat membalas lelaki itu. "Baiklah, aku akan menghubungi mu jika aku baru tersadar jika aku terluka," ujar Athena. "Ya, Athena. Aku akan menunggu hal itu." Lalu lelaki itu pergi dari hadapannya, punggung atletis pria itu sungguh menggoda. Athena baru sadar jika lelaki itu begitu mempesona. Dengan mata birunya yang menenangkan, rambut berwarna coklat tembaga. Wajah aristrokatnya yang menawan, serta badan tegap atletisnya.

Athena tersadar dari lamunannya yang diyakininya cukup lama. Lelaki itu bahkan berkali kali lipat lebih tampan daripada Jason.

***

Selesai dengan ritual mandinya, Athena berjalan mendekati tas ber-merk Hermesnya. Athena membuka kancing tasnya lalu mencari kartu nama pria yang sejak tadi berhasil mencuri perhatiannya. Athena mendapatkan kartu nama itu, lalu membaca nama lelaki tadi.

Leoniel Revano Parker.

Nama yang cukup bagus. Lalu Athena membaca informasi berikutnya, dan Athena tak kalah terkejutnya, Leoniel adalah anak dari Rafael Parker. Astaga. Berarti lela-maksudnya Leoniel adalah salah satu dari anak Rafael Parker. Athena tak menyangka dapat bertemu salah satu dari anak Rafael Parker, pebisnis sukses dengan cabang perusahaannya yang sudah menguasai benua Eropa dan Amerika. Dan mungkin sekarang merambat ke Asia

Mengingat kembali wajah Leoniel membuat dada Athena membuncah, perasaan nyaman dan hangat menyeruak. Perasaan asing yang membuatnya mau tak mau tersenyum lagi mengingat Leoniel.

"Leoniel," gumam Athena tanpa sadar. Cukup lama Athena berdiam diri tanpa bergerak. Hanya disitu. Bunyi deringan ponsel memecah keheningan, membuat Athena kembali ke dunia nyatanya. Lalu Athena bergerak mengambil benda pipih berwarna putih dengan logo apel digigit itu.

Nomor tidak dikenal

Athena menaikkan sebelah alisnya, lalu mengangkat telepon itu.

"Halo, ini dengan Athena Claire Victoria Walker," jawab Athena sopan.

"Hai." Athena tertegun, suaranya terdengar tak asing di telinga Athena, tetapi siapa?

"Ini aku, Leoniel." Athena tersenyum tanpa sadar saat mengetahui jika Leoniel lah yang menelponnya. "Oh, hai, Leoniel. Kenapa kau menelponku malam-malam?" Tanya Athena.

"Oh, maaf. Aku hanya ingin memastikan lagi jika kau tak terluka saat ku tabrak tadi. Jadi, apakah kau mungkin baru merasakan sakit?" Tanpa sadar Athena menggeleng, walaupun dirinya sadar jika Leoniel tak akan tau jika Ia menggeleng. "Ayolah, aku tak apa-apa," jawab Athena.

Kemudian Athena mendengar jika di seberang sana Leoniel sedang terkekeh pelan. Oh astaga, bahkan kekehannya pun terdengar begitu merdu. "Athena? Kau masih disana?" Athena tersadar, "Oh, y-ya. Aku masih disini."

"Baiklah. Jika kau kenapa-napa telepon saja aku, okay?"

"Ya," jawab Athena.

"Baiklah, aku putuskan dulu." Suara bariton milik Leoniel mengakhiri semua percakapan mereka, dan entah kenapa Athena merasa kehilangan.

***

AthenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang