Kulangkahkan kakiku menuju sebuah Hotel di bilangan Kuningan Jakarta sambil menarik koperku, setelah satu jam yang lalu tiba di Jakarta untuk acara Konferensi Pemuda-Pemudi Internasional. Aku salah satu perwakilan Mahasiswi Indonesia yang berasal dari Yogyakarta dalam acara ini. Yah, meskipun aku baru saja di wisuda dua minggu kemarin yang artinya aku bukan Mahasiswi lagi, Teman-teman tetap menunjukku sebagai perwakilan dari Yogyakarta karena diriku yang bisa berbahasa Inggris, Italia dan Russia.
Mengingat wisuda membuatku sedih, karena yang datang hanya Nonna seorang diri bersama beberapa teman tanpa adanya Ayah dan Mas Elang yang entah berada dimana sekarang itu. Mengingat keluargaku, sama saja seperti membuka luka yang tidak pernah sembuh sejak lama. Luka bahwa Ibuku telah pergi meninggalkan dunia semenjak aku dilahirkan ke Dunia. Hal itulah membuat Ayah menenggelamkan dirinya ke bisnis warisan Eyang Kakung itu, tidak pernah dirumah, membuatku jauh darinya. Tapi aku masih merasa beruntung beliau masih berusaha menghubungiku walaupun sangat jarang. Itulah yang membuatku yakin Ayahku menyayangiku dan tidak mengkambing hitamkan diriku sebagai penyebab perginya Ibu.
Lain dengan Ayah, lain dengan Mas Elang yang memilih menyendiri di Apartementnya di Jakarta. Tidak pernah menghubungiku dan semakin membuatku kesepian jikalau tidak ada Nonna. Maka dari itu aku memilih tinggal bersama Nonna di rumah Joglo megahnya. Kadang aku berpikir, Nonna sudah tua, bagaimana jika ia meninggalkanku juga dan membuatku sendirian.
Aku mengangkat kedua bahuku. Berusaha bersikap tak perduli dan memilih berbicara dengan Resepsionis untuk mengambil kunci kamarku yang telah kupesan itu. Setelah itu aku menuju kamarku yang terletak di lantai 10 itu. Aku melihat sekeliling, berharap menemukan seseorang yang seusia denganku yang artinya kemungkinan ia juga peserta Konferensi. Tapi sejauh mata memandang, aku hanya melihat orang-orang berbaju rapi layaknya Pengusaha disini.
Mungkin hanya aku saja yang menginap di sini.
Tadinya aku juga tidak setuju usulan Nonna yang menyuruhku sekalian menginap di Hotel yang sama dengan tempat Konferensi. Aku lebih memilih menginap di Hotel biasa di tempat lain, jadi aku bisa sekalian berkeliling Jakarta berhubung jarang sekali aku diperbolehkan keluar Yogyakarta sendirian. Aku tersenyum kemudian menggeleng kepala, merasa lucu dengan tingkah Nonna yang saat ini berumur 59 tahun yang terlampau posessif terhadapku itu. tapi lagi-lagi aku bersyukur aku masih memiliki Nonna yang masih terlihat Ayu di umurnya yang sekarang ini.
Aku berbelok diujung koridor untuk menaiki lift. Aku melihat ada tiga orang Pria Asing yang berdiri di depan lift untuk menunggu. Satu orang tampak terlihat santai dengan pakaian casualnya. Wajahnya terlihat tampan dilihat dari samping dengan rahang tegas dan bulu-bulu halus disekitar rahang dan pipinya. Kemudian aku memandang dua orang yang terlihat seperti Pengawal dari Pria Tampan itu, terlihat dari pakaiannya yang sama dengan setelan jas hitam dan celana bahan hitam.
Aku mengendikkan bahu, kemudian mengambil tempat disamping seoranng Pengawal. Tubuhku menghadap tembok keramik yang menampilkan penampilanku hari ini dengan sneakers putih nike, celana jeans dan kaus bertuliskan Yogyakarta dengan candi Prambanan dibelakangnya juga koper hitam disebelahku. Dari sana aku juga bisa melihat rambut cokelat bergelombangku yang sengaja ku cepol asal itu karena cuaca Jakarta yang panas ini. Aku bercermin, merapihkan untaian rambut warisan Nonna ini yang keluar dari cepolanku. Kemudian dering ponselku berbunyi. Aku segera mengambil smartphoneku itu dari tas kecil yang kusampirkan di bahu itu.
Nonna's Calling
"Pronto Nonna?"Jawabku setelah menyentuh icon hijau di layar.
"Kalau sudah sampai langsung istirahat"aku mendengar ucapan Nonna diseberang sana. Lalu aku merasa sedang ditatap, kemudian kutolehkan kepalaku dan mendapati Pria Asing tampan itu sedang menatapku, kemudian ia memalingkan wajahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Roman D'Italiano
Roman d'amour18+ Camellia Bella Diasmoro seorang Keturunan Diasmoro yang memiliki Kerajaan Batu Bara. Sosok yang kalem dan polos karena ia berasal dari Daerah yang kental dengan budaya lemah lembutnya, Yogyakarta. Tapi ia juga sosok yang menyenangkan dan pintar...