Disinilah aku sekarang, disebuah mobil Range Over hitam bersama si Mafia super duper kurang ajar. Setelah berdebat dengannya agar aku ikut membeli berbagai perlengkapan wanita untuk diriku sendiri. Sungguh aku tidak rela jika ia harus memilih sendiri untukku. Aku bergidik membayangkannya, membuatku jijik dan aku tidak akan mau memakainya jika sampai ia membelikan sendiri. Tetapi itu tidak cukup. Setelah aku mengancamnya untuk kabur dari rumahnya dan membuktikannya dengan berusaha menerobos para Penjaga yang ada membuatnya menyerah dan mengijinkanku ikut dengannya. Tentunya sepanjang perjalanan, ia baru saja menyudahi acara pidatonya agar aku tidak mencoba kabur karena sekarang kami keluar tanpa Pengawalan.
Ya, kalau ada kesempatan tentu saja aku kabur.
Aku tersenyum mencoba merangkai adegan untuk bisa melarikan darinya saat nanti membeli pakaian.
"Jangan coba-coba melakukan hal yang ada dipikiranmu Cara Mia"Interupsinya.
Aku menoleh dengan cepat kearahnya.
"Memang apa yang aku pikirkan?"Tanyaku pura-pura tak tahu.
"Jangan kau kira aku bodoh, aku tahu kau berniat akan kabur. Lihat saja, sekali kau kabur dan aku pasti berhasil menangkapmu kembali. Kau sama sekali tidak akan keluar dari mansionku se.la.ma.nya"Jawabnya dengan nada tegas dan anti dibantah.
Aku mendengus kesal, mengibaskan sebelah tanganku, seolah aku menghalau ucapannya.
"Aku sudah tahu, kau sudah mengulangnya sampai sepuluh kali"Balasku kemudian.
Kemudian aku merasakan mobil berhenti setelah 30 menit kami keluar dari Mansion megah klasik milik Adrian. Aku melihat kesekitar dan sepertinya kami telah sampai di tempat tujuan yang sebenarnya aku belum tahu kemana. Setelah mobil terparkir dengan sempurna, aku mengikuti Adrian yang keluar dari mobil. Aku beruntung karena saat ini sedang musim panas. Jadi aku tidak merasa kedinginan disini dengan pakaian yang sedikit terbuka ini.
Aku memilih mengikat asal rambutku tanpa pita sambil memperhatikan toko-toko Pakaian yang terlihat mewah berjejer disepanjang jalan disini. Aku mengikat rambut agar aku tidak merasa kepanasan dengan rambutku yang terurai sebahu itu. beberapa orang yang lewat dihadapanku menatapku seakan aku makhluk langka. Bahkan ada yang terang terangan menyapaku.
"Ciao Bella"Ucap salah seorang lelaki yang lewat.
Lalu aku merasakan sebuah tangan merambat di pinggangku, kemudian ia membawaku masuk kesalah satu toko yang ada di pinggir jalan yang ada di Kota Adria ini.
Didalam, kami disambut oleh Pramuniaga yang lebih tinggi dariku, aku melihat kesekitar ke beberapa pakaian yang dipajang dengan patung untuk memperindahnya.
"Tolong bantu dia memilih pakaian yang dia suka"Ucap Adrian pada Pramuniaga itu.
"Kau pilih saja semua yang kau mau"Ucapnya kemudian padaku.
Pramuniaga pun membawaku untuk melihat dan memilih-milih pakaian. Sambil memilih aku berpikir mengenai apa yang dikatakan Signore Morino bahwa Adrian memperlakukanku tidak seperti tawanan yang seperti ada di film-film. Bahkan ia membelanjakanku dan membiarkan aku keluar walaupun aku yakin ia tahu bahwa bisa saja aku kabur dan melaporkannya. Hah yasudahlah, itu tidak penting untuk dipikirkan. Itu kan memang sudah kewajibannya.
Setelah mendapatkan bermacam-macam pakaian, mulai dari dress berlengan, jeans pendek, pakaian dalam, kaus dan baju tidur. Aku pun keluar menuju kasir, disana Adrian sudah menunggu untuk segera membayar apa yang telah kuambil. Ia menatapku sambil mengelus dagunya yang ditumbuhi bulu halus itu.
"Apa? Kau keberatan dengan semua ini?"Tanyaku sambil mengangkat kedua tanganku yang penuh baju.
"Bukan, hanya saja kukira kau bukan gadis penyuka shopping"Jawabnya kemudian mengambil dompetnya yang berwarna hitam dibalik saku celananya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Roman D'Italiano
Romance18+ Camellia Bella Diasmoro seorang Keturunan Diasmoro yang memiliki Kerajaan Batu Bara. Sosok yang kalem dan polos karena ia berasal dari Daerah yang kental dengan budaya lemah lembutnya, Yogyakarta. Tapi ia juga sosok yang menyenangkan dan pintar...