2

26 1 0
                                    

"Kau... kau penjahat"Ucapku tanpa sadar setelah mengingat kejadian sebelumnya yang kualami.

Pria itu tertawa, tapi tawanya terdengar seram ditelingaku. Kini ia membelai pipiku dengan jarinya. Membuatku lagi-lagi memejamkan mata karena ketakutan.

"Jangan takut Camellia, selagi kau tidak kabur dariku dan berbuat macam-macam, kau akan senang bersamaku"Jawab Pria itu kali ini tangannya berganti membelai bibir bawahku. Membuatku semakin gemetaran.

Aku yakin dia tahu aku belum pernah berdekatan dengan lelaki manapun seperti ini. Maka dari itu ia melakukan ini untuk mengintimidasiku dan itu sangat berhasil.

"Oh satu lagi, namaku Adrian, bukan penjahat"Lanjutnya.

Aku sungguh takut dengannya, aku sungguh ingin pulang ke rumah Nonna.

"Kumohon, aku ingin pulang. Aku tidak akan macam-macam"Pintaku. Air mata menetes dari mataku saking takutnya aku.

Adrian membelai pipiku, menghapus airmata yang menetes.

"Sudah kukatakan, selagi kau bersamaku kau akan senang. Sekarang bersihkan tubuhmu lalu makan Cara Mia. Kau tertidur 3 hari tanpa membersihkan tubuh dan makan"Balas Adrian dengan suara yang lebih lembut tapi tetap terdengar menyeramkan bagiku. Kemudian ia mengecup bibirku tanpa permisi. Lalu melenggang keluar kamar ini.

"Apa? Tiga hari?"Gumamku tak percaya.

Apa yang sudah ia lakukan sebenarnya?

Kemudian aku menyentuh bibirku yang barusan ia kecup itu. benar-benar Bastardo! Dia bahkan mengambil ciuman pertamaku seenaknya. Tapi aku tak bisa berbuat apa pun, jika tidak aku pasti dihabisi. Nonna, selamatkan aku siapa saja selamatkan aku. Apakah Ayah dan Mas Elang akan mencariku?

Apa yang harus kulakukan sekarang?

**********

Aku membuka pintu kamar mandi secara perlahan. Kutolehkan kepalaku keluar, memastikan keadaan sekitar aman. Sial sekali aku ini, bisa lupa mengenai baju salin yang aku kenakan. Sekarang aku harus lama-lama berdiam diri di kamar mandi dengan tubuh hanya berbalut Bathrobe dan berdoa agar Mafia tampan bernama Adrian benar-benar enyah dari kamar ini, agar ia bisa bebas mencari pakaian di dalam lemari.

Ia mendorong pintu lebih lebar, mulai berjalan keluar dari Kamar mandi, berjalan mengendap supaya tidak menimbulkan suara. Siapa tahu Adrian menyebalkan itu ada di balik pintu kamar dan mendengar suaranya. Ia tak mau sampai Mafia Bastardo itu sampai melihatnya saat ini.

"Ku pikir kau berniat bunuh diri di dalam"Aku berjingkat kaget mendengar suara berat yang kukenali itu.

Seketika aku merapatkan Bathrobeku dan merasa waspada, apalagi ketika melihat Adrian yang berdiri dari duduknya di sebuah sofa diujung kamar dekat jendela. Sial aku tak melihatnya

"A..anu... itu... apa kau memiliki pakaian wanita?"Tanyaku dengan ragu. Kuusahakan tatapanku tak melihatnya yang semakin mendekat padaku karena aku tahu saat ini ia malah menatap tubuhku ini.

Ya Tuhan, tolong hambamu ini

Aku memejamkan mata merasa ngeri ketika merasakan tangan Adrian menyentuh bahuku yang terbalut Bathrobe putih ini. Ia membalikkan tubuhku menghadapnya. Kurapalkan mantera lagi agar Adrian segera menjauh dan memberikanku pakaian. Aku sungguh tak ingin ia berbuat macam-macam padaku.

"A..aku... Pakaian..."Ucapku terbata. Sungguh tubuhku mulai gemetaran karena Adrian menatapku dengan mata tajamnya itu.

Tetapi tak kusangka ia malah menarikku kedalam pelukannya, membuatku mendapatkan sengatan kecil ketika ia menyerukkan kepalanya di lekukan leherku. Bahkan ia meniup-niup kecil leherku yang membuatku merasa geli sekaligus merasa panas.

Roman D'ItalianoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang